Rabu, 18 November 2015

PROFIL GURU KU

PROFIL GURU KU

KH. Al-Bazzi Nawawi,  Trowulan

Saya sangat begitu terkesan dengan profil salah satu guru saya ini, KH. Al-Bazzi Nawawi namanya. Sebagian besar masyayikh di kota Mojokerto menggelarinya sebagai " Sufi nya Mojokerto " , sebagian riwayat menuturkan bahwa gelar itu yang pertama kali mengucapkan adalah Al-Arifu billah KH.  Ahyat Halimi,  pengasuh Pon-Pes Sabilul Muttaqien Mojokerto. Awal kisah adanya julukan itu adalah ketika suatu hari dimasa mudanya beliau diminta oleh Mbah Ahyat ( KH. Ahyat Halimi ) untuk membantu mengajar para santri di Pon-Pes Sabilul Muttaqien yang diasuhnya. Dengan halus dan tawaddhu'nya,  beliau menjawab,  " Nyuwun ngapunten Yai,  tuyo kulo namung sekedik, mangke kocak-kacik teng ndalan santri kulo uman nopo, Yai " ( Mohon maaf Kyai, air / ilmu saya cuman sedikit sekali,  nanti kalau saya bawa pulang pergi tiap hari tumpah sedikit demi sedikit dijalan,  santri saya dapat apa,  Kyai ). Mendapat jawaban demikian Kyai Ahyat Halimi maklum dan faham atas posisi Gus Al waktu itu yang semenjak didaulat menggantikan abahnya KH. Nawawi Romli mengasuh pondok yang dirintisnya, yang semula terkenal pondok kitab dan thoriqoh menjadi pondok Tahfidzhul Quran dan thoriqoh dengan nama PPTQ Al-Ittihad. Aktifitas beliau selalu mengutamakan santri,  sehingga demi istiqomah mengajar santri-santrinya beliau enggan apabila diminta untuk ceramah,  dan bahkan pak Ahmadi mantan bupati Mojokerto pernah menawarkan hadiah 100 juta lewat ajudannya untuk meminta kesediaan beliau tausiyah selama 30 menit saja,  tapi beliau tolak dengan halus. Beliau lebih memilih sebagai guru " mburi dampar " ketimbang " ngarep dampar ".

Dan ketika itu Gus Al ( panggilan KH. Al-Bazzi Nawawi waktu itu ) sudah dibaiat sebagai mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyah mengantikan abahnya,   Syaikh Nawawi Romli yang sakit keras menjelang kewafatannya. Gus Al dibaiat dalam usia 33 tahun sepulang beliau nyantri dari pondok Kedinding yang diasuh oleh Hadrotussyaikh Usman Al-Ishaqi,  kholifah thoriqoh Qodiriyah yang konon dalam manaqibnya setelah beliau dibaiat gurunya ( Kyai Romli Tamim Peterongan ) beliau diangkat menjadi kholifah thoriqoh Qodiriyah langsung oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Jailany r.a. Sebagaimana ketika Haul Akbar Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. tahun 1389 H, dalam sambutannya al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menceritakan tentang perjalanan orang tuanya ke tanah suci dan bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Ra. yang menyatakan pada al-Habib Ali: “Khalifah saya adalah Utsman Surabaya.”

Beliau ( Kyai Al Bazzi ) juga sempat nyantri selama 2 tahun di pesantren Panji Buduran Sidoarjo yang diasuh oleh seorang ulama besar ahli tafsir,  Al-arifubillah KH. Abbas Khozin. Kyai Abbas Khozin ini yang konon terkenal sebagian dari karomahnya adalah apabila beliau sedang mbalagh ( ngaji ) tafsir dihadapan santri-santrinya kereta api selalu berhenti disamping pondoknya,  hal ini dikarenakan banyaknya santri yang mengeluh karena dekatnya pondok dengan rel kereta api sehingga ketika pengajian berlangsung mereka sering terganggu dengan suara kereta yang lewat sampai banyak dari para santri yang ketinggalan murodi ( memaknai ) kitab yang disampaikan oleh Kyai Abbas.
Melihat hal itu,  Kyai Abbas berkata,  " mulai saiki saben pengajianku, sepur sing liwat kudu mandek " ( mulai sekarang setiap pengajian saya berlangsung,  kereta api yang lewat harus berhenti ). Dan begitulah,  setiap pengajian beliau berlangsung, kereta api yang lewat tiba-tiba berhenti,  tapi tidak ada penumpang yang turun oleh karena seolah kereta tetap berjalan sebagaimana biasa.

Ada beberapa kisah unik yang menunjukkan ketawaddhuan beliau kepada Alloh,  guru dan sesamanya, yang saya ketahui dari beberapa narasumber termasuk pengalaman saya sendiri. Diantaranya adalah :

* Beberapa teman saya yang senior pernah meminta pada beliau agar pondoknya dibuatkan plakat papan nama supaya semua orang tahu bahwa tempat belajar mereka adalah sebuah ponpes, hal ini dikarenakan posisi rumah beliau dan musholla ada jalan yang sebenarnya buat lalu lalang santri malah sering digunakan jalur kendaraan umum bagi mereka yang menginginkan jalan pintas ke Desa terdekat, dan banyaknya orang yang kebingungan mencari alamat ponpes beliau atau yang mau mendaftarkan putranya. " sing nekakno murid iku dudu plakat,  tapi Alloh " ( yang mendatangkan santri itu bukan papan nama pondok,  tapi Alloh ) kata beliau ketika itu. Pada akhirnya atas kesepakatan pengurus dibuatlah papan nama ponpes Al-Ittihad,  Tawangsari Trowulan-Mojokerto. Mengetahui itu beliau diam saja.

* Salah satu ketawaddhu'an beliau adalah pada suatu ketika semasa menjadi santri Mbah Kyai Adlan Aly Cukir, beliau tidak mau menambah hafalan Qur'annya sebelum Mbah Adlan memberi beliau hafalan tambahan,  padahal beliau dikenal cerdas,  tapi beliau selalu mengutamakan guru,  berapapun jumlah ayat yang Mbah Adlan baca untuk dihafal. Waktu itu akhirnya hafalan beliau selesai dalam waktu 6 bulan berikut tafsir jalalain,  menurut sebagian cerita ada yang mengatakan 3 bulan. Hingga pada suatu hari Mbah Adlan matur ( bilang ) pada abah beliau,  Mbah Kyai Nawawi bahwa putra beliau yang bernama Al-Bazzi telah selesai hafalannya. Singkat cerita,  akhirnya Kyai Nawawi mengundang masyayikh Quran di daerah Mojokerto guna membuktikan kebenaran bahwa putranya telah hafal dengan sempurna.  Maka tepat dibulan Romadhon beliau didaulat menjadi imam tarowih dengan catatan harus mengkhotamkan Al Quran selama 21 hari, dengan fadhol Alloh tak sekalipun beliau mengulang satu ayat karena kekeliruan baca. Sehingga selepas khotam,  Mbah Kyai Nawawi berdiri dihadapan para masyayikh dan jamaah lainnya seraya berkata,  " mulai sakniki kulo manut kalean putro kulo Al " ( mulai sekarang saya patuh pada putra saya Al-Bazzi ).

* Selepas dari Cukir dan Tebuireng beliau nyantri di pondok pesantren Siwalan Panji Buduran-Sidoarjo,  yang di asuh oleh Kyai Abbas Khozin selama 2 tahun. Beliau ketika itu dapat beberapa hari disana dipanggil oleh Kyai Abbas agar jadi pengajar saja,  jangan jadi santri.  Peristiwa unik yang melatar belakanginya adalah waktu itu saking banyaknya santri yang ngaji,  tempat beliau mendengarkan sambil ngesahi ( memberi makna ) kitab hanya didepan kamar beliau yang agak jauh dari masjid pondok,  dan dikarenakan kondisi waktu itu speaker belum ada sehingga tidak semua santri bisa memberi makna kitabnya dengan sempurna,  hanya yang dapat menjangkau suara Kyai Abbas saja yang dapat memaknai lengkap. Tapi teman-teman beliau heran oleh karena makna kitab beliau lengkap,  " sampean krungu ta kang ?" ( sampean kedengaran kah Kang ) tanya teman beliau. " Ngaji yo kudu krungu to kang , nek gak krungu gak ngaji jenenge " ( ngaji yang harus dengar kang,  kalau nggak dengar bukan ngaji namanya ) kurang lebih demikian jawab beliau ketika itu.

*  Beliau tidak mau lantai rumahnya dikeramik,  hal ini sebagai bentuk itba' kepada guru beliau Al Mursyid al Kamil Mukammil Hadrotus Syaikh Usman Al-Ishaqi,  kedinding-Surabaya. Syaikh Usman adalah ayahanda dari Al Mursyid al Kamil Syaikh Asrori Al-Ishaqi. Konon,  Syaikh Usman sepulang dari ibadah haji enggan masuk kedalam rumahnya ketika melihat lantai rumahnya dikeramik, dan beliau meminta agar lantai rumahnya dikembalikan seperti semula ( plesteran semen ), setelah dibongkar dan dikembalikan seperti semula,  barulah beliau berkenan masuk. Agaknya inilah yang menjadi ketawaddhuan Kyai Al kepada haliyah sang guru,  sehingga konon beliau pernah berpesan kepada keluarga agar jangan menganti ubin  dengan keramik lantai sebelum beliau meninggal. Tapi karena ada seorang tamu yang bernadzar jika usahanya sukses ia ingin mengkeramik lantai rumah Kyai Al. Beliau sempat menolak permintaan sang tamu,  tapi karena terus didesak dengan alasan nadzar tersebut,  akhirnya sang tamu di izinkan dengan syarat teras rumah saja yang dikeramik.

* Bisa dibilang saya adalah santri yang paling nakal ketika itu,  sampai Bu Nyai Dah pernah hendak mengusir saya dari pondok. Alasannya kuat,  karena mulai mendaftar santri baru hingga 1 tahunan saya belum pernah aktif setor ngaji sama sekali. Teguran pengurus pun kebal bagi saya, sampai bu Nyai turun tangan sendiri,  sebab Kyai Al punya cara unik untuk menegur santri-santri yang nakal,  yaitu dengan titip salam melalui santri yang aktif. Ini adalah bentuk ta'ziran halus beliau. Jika sampai 3 kali salam beliau tidak di indahkan maka beliau membiarkan santri tersebut.

*  Beliau termasuk salah satu Kyai yang tak mudah memberi ijazah doa maupun wirid sekalipun pada sesama kyai, apalagi murid beliau sendiri. Hingga suatu hari saya punya inisiatif cara agar mendapat ijazah langsung dari beliau,  dan ketika khoul Abah beliau Kyai Nawawi,  selesai pembacaan tahlil di makam abahnya saya coba beranikan diri menghadang beliau dan meminta kesedian beliau untuk saya foto dengan berbekal kamera Hp Nokia Supernova 7210 dengan resolusi 2 Mp ( waktu itu saya benar-2 konyol dan nekad ) sampai beliau berkata,  " gawe opo Ni foto,  nek mbok pajang tok gawe delok-delok an,  nek kangen aku fatehahono,  sampek..sampek " ( Buat apa Ni foto,  kalau cuman kamu pajang buat lihat-lihatan saja,  kalau kamu kangen saya bacakan fatihah, pasti sampai..). Konon beliau tidak mau kalau foto beliau dipajang diruang tamu bagi siapapun santri yang punya,  boleh dipajang asal dikamar. Ini menandakan bahwa beliau tidak ingin dikenal. Dengan kekonyolan saya ini akhirnya saya dapatkan ijazah khusus dari beliau.

* Berkaitan dengan syahadah sanad Quran, beliau sangat enggan memberi kepada santri yang khotam, bahkan yang lancar dan lanyah sekalipun. Hingga pada suatu saat ada senior saha yang meminta syahadah sanad tersebut,  dan beliau dengan arif berkata,  " opo awakmu wes rumongso pantes jenengmu dijejer bareng poro ulama-ulama iku " ( apa kamu sudah merasa pantas namamu disejajarkan dengan nama para ulama-ulama besar itu ). Ini adalah bentuk ketawaddhuan beliau terhadap nama nama ulama Ahlul Quran yang termaktub dalam sanad tersebut. Bahkan beliau sendiri enggan menulis nama beliau dibawah nama gurunya, Allamah Al Hafidz Al Mursyid Kyai Adlan Aly dari Cukir-Jombang,  sekalipun beliau sendiri dikenal sebagai Kyai yang Arifbillah dan Sufi nya kota Mojokerto.

Sidoarjo,  30 Juli 2015

Foto kenang-kenangan ku ketika jadi lurah pondok di PPTQ Al-Ittihad ( rambut agak gimbal ) pojok sendiri

Kamis, 12 November 2015

IMAM YAHYA BIN MA'IN SANG PENULIS 1 JUTA HADIST

YAHYA BIN MA'IN, SANG MAESTRO HADIST BRILIAN YANG PERNAH MENULIS 1 JUTA HADIST

Al Hafidz Adz Dzahabi dalam kitabnya Siyaru A'lam an Nubala, Jilid 11,Hal. 71 menuturkan tentang profil Imam Yahya bin Ma'in ;

هو الامام الحافظ، الجهبذ ،سيد الحفاظ ، وملك الحفاظ ،شيخ المحدثين ابو زكريا يحي بن معين بن عون بن زياد بن بسطام ، ولم يكن من العرب وانما والي بعض بني مرّ منهم فقيل له : المري ولاء ، البغدادي ولادة ومنشئا ،احد اعلام المحدثين الكبار. ولد في بغداد سنة ثمان وخمسين ومئة من الهجرة، ونشأ في بغداز وكتب العلم وهو ابن عشر سنين ، وكان ابوه معين من نبلاء الكتاب لعبد الله بن مالك علي خراج الري ، فخلّف له الف الف درهم ، فانفقها كلها علي تحصيل الحديث حتى لم يبق له نعل يلبسه.
سمع الحديث من عبد الله بن المبارك ،وهشيم بن بشير ، واسماعيل بن عياش ، وسفيان بن عيينة ، وعبد الرزاق الصنعانى باليمن ، ووكيع بن الجرح ، ويحي بن سعيد القطان ، وعبد الرحمن بن مهد وخلق كثير سواهم ، بالعراق والشام والجزيرة ومصر والحجاز.
وروي عنه الامام احمد بن حنبل ، والبخاري ، ومسلم، وابو داود ، وعباس الدوري البغدادي وهو رواية علمه ، وابو زرعة الرازي ، وابو حاتم الرازي ، وعثمان بن سعيد الدارمي ، وابو يعلى الموصلي ، وخلائق لا يخصون كثرة.

Beliau adalah imam yang cerdas, ahli hafal, berguru pada ahli hadist,  Abu Zakariya Yahya bin Ma'in ( Mu'in ) bin 'Aun bin Ziyad bin Bistham.  Beliau bukan dari keturunan Arab tapi pernah menjadi pemimpin bani Murr. Beliau lahir di Baghdad pada tahun 158 H,dan dibesarkan disana. Beliau mulai menulis apa yang beliau dengar dari para ulama sejak usia 10 tahun. Ayahnya merupakan salah seorang penulis yang handal, yang bekerja pada Abdulloh bin Malik. Sewaktu ayah beliau meninggal, beliau ( Yahya bin Ma'in ) mendapatkan warisan 1 juta Dirham, dan beliau gunakan semuanya untuk menuntut ilmu hadist sampai tidak tersisa sedikitpun, dan bahkan sandal pun beliau tak punya.
Beliau meriwayatkan hadist dari Abdulloh bin Al Mubarok, Husyaim bin Basyir, Isma'il bin 'Iyas, Sufyan bin Uyainah, Abdul Rozak Ash-Shon'ani di Yaman, Waki' bin Jarroh, Yahya bin Sa'id Al Qotthon, Abdurrohman bin Mahdi serta banyak lagi yang lainnya baik di Irak, Syam, Al Jazair, Mesir dan Hijaz.
Yang meriwayatkan hadist dari beliau antara lain Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Al Bukhori,  Imam Muslim, Abu Dawud, Abbas ad Duriy, Al Baghdady, ( beliau adalah penerus dan penyambung ilmu Imam Yahya bin Ma'in ) Abu Zar'ah Ar Rozi, Utsman bin Said Ad Darimy, Abu Ya'la al Maushiliy dan masih banyak lagi yang lainnya.

Akan halnya kehebatan Imam Yahya bin Ma'in ini, di dalam kitab " Qimatuz Zaman ' Indal Ulama, Karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, Hal. 35 menuturkan pernyataan Imam Ali bin Al-Madiniy yang mengatakan ;

انتهى علم الناس الي يحي بن معين

" Ilmu manusia telah habis oleh Yahya bin Ma'in "

Dan berkata Abdul Kholiq bin Manshur ;

قلت لعبد الله بن الرومي : سمعت بعض اصحاب الحديث يحدِّث باحاديث يحي بن معين، ويقول : حدثني من لم تطلع الشمس على اكبر منه , فقال ابن الرومي : وما تعجب ؟ سمعت علي بن المديني يقول : ما رايت في الناس مثله ، وما نعلم احدا من لدن آدم كتب من الحديث ما يحي بن معين. قال محمد بن نصر المروزي : سمعت يحي بن معين يقول : كتبت بيدي ألف ألف حديث (¹). قال الذهبي ; يعني بهذا العدد المكرر من الحديث الواحد ، الا تراه قال ; لو لم نكتب الحديث خمسين مرة ما عرفناه.

" Aku berkata kepada Abdulloh Ar Rumi, " Saya sering mendengar para perawi hadist ketika meriwayatkan hadist-hadist Yahya bin Ma'in, berkata " Telah meriwayatkan kepadaku orang yang dimana matahari tak akan pernah lagi memunculkan orang besar ( melebihi ) kebesaran Yahya bin Ma'in ".
Jangan heran, Ibnu Ar Rumi sendiri pernah mendengar Ali ibnu Al Madiniy mengatakan ;
" Saya belum pernah melihat orang seperti Yahya bin Ma'in, dan saya belum mendapatkan sejak Nabi Adam hingga saat ini orang yang menulis hadist sebanyak Yahya bin Ma'in ".

Muhammad bin Nasr Al Marwazi mendengar Yahya bin Ma'in berkata ;
" Saya telah menulis tidak kurang dari 1 juta hadist " [¹]. ( Para ahli hadist mengkatagorikan semua khobar atau kalimat dari ucapan Rosululloh SAW, ucapan sahabat, tabi'in dan tafsiran makna yang sulit ataupun redaksi yang kabur maknanya atau semisalnya, sebagai hadist. Apabila diriwayatkan dengan sanad, maka yang dimaksud dengan lafadz hadist diatas adalah dalam bentuk yang lain ).

Imam Syamsuddin Adz Dzahabi menjelaskan bahwa jumlah tersebut termasuk hadist-hadist yang terulang. Bukankan engkau pernah mendengar bahwa Yahya bin Ma'in berkata ;

لو لم نكتب الحديث خمسين مرة ما عرفناه

" Kalau saya belum menulis satu hadist sampai 50 kali, berarti saya belum mengetahuinya ".

Imam Ahmad bin Hanbal berkata ;

كل حديث لا يعرفه يحي بن معين فليس بحديث ، يحي بن معين رجل خلقه الله لهذا الشأن ، يظهر كذب الكذابين.

" Semua hadist yang tidak diketahui oleh Yahya bin Ma'in, berarti bukan hadist, beliau adalah orang yang diciptakan oleh Alloh hanya untuk tujuan membersihkan hadist dan menjaga keotentikan hadist dari kebohongan dan kepalsuan "

Oleh karena inilah Abu Hatim Ar Rozi sampai berkata ;

اذا رايت البغدادي يحب احمد بن حنبل فاعلم انه صاحب سنة، واذا رايته يبغض يحي بن معين فاعلم انه كذاب.

" Apabila engkau melihat penduduk Baghdad mencintai Ahmad bin Hanbal, maka ketahuilah bahwa dia pecinta sunnah. Dan apabila engkau melihat Ahmad bin Hanbal membenci Yahya bin Ma'in, maka ketahuilah bahwa dia seorang pendusta ".

As Sayyid Murtadho Az Zabidi dalam kitab Ithaf as Sadaat al Muttaqin bi Syarhil Ihya' Ulumiddin, Jilid 1,Hal 359, menuturkan ;

قال صالح بن احمد الحافظ ; سمعت ابا عبد الله محمد بن عبد الله قال ، سمعت ابي يقول : خلّف يحي بن معين من الكتب مئة قمطر ، واربعة عشر قمَطرا. واربعة حباب شرابية مملوءة كتبا.

" Sholih bin Ahmad Al Hafidz mendengar dari Abu Abdillah Muhammad bin Abdulloh bahwa dia mendengar ayahnya berkata ," Yahya bin Ma'in ketika wafat meninggalkan kitab karyanya sebanyak 114 rak dan 4 peti penuh ".

Benar-benar luar biasa produktifitas Ulama-ulama kita ini.

————————
Danny Ma'shoum

Sidoarjo, Kamis, 27 Agustus 2015

Rabu, 11 November 2015

DALIL ANJURAN " NYANTRI "

DALIL " Nyantri "

بسم الله الرحمن الرحيم

Ayat 122 dari Suroh At-Taubah ini bisa dijadikan dalil anjuran nyantri dipondok pesantren, majelis-majlis ta'lim, dan juga sebagai dalil bahwa santri itu harus Up todate keilmuannya ( liyatafaqqohu ) kapanpun tiap saat tiap waktu,  sekalipun sudah pulang kampung, bukan merasa cukup dengan idiom " nerimo ing pandum " tanpa adanya perkembangan sama sekali, atau bahkan merasa tidak mampu dengan keterbatasan yang tak pernah di uji cobakan.

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ.

[Surat At-Taubah 122]

" Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ".

Saya yakin, bahwa dari ayat inilah lahirnya sebuah kata hikmah ;

ما زلنا طالبين لله

Selamanya kita "santri " penuntut ilmu karena Alloh.

Sebab apapun bentuk definisi lain dari sosok penuntut ilmu, bagi saya, selama niatnya " Lillah " dialah santri.

Sidoarjo, 15 Agustus 2015

Kamis, 05 November 2015

Aku, Guruku, dan Mbah Thoyib Wringin Anom

AKU, GURUKU DAN MBAH THOYIB WRINGIN ANOM

Kisah dari pengalaman pribadi ini terjadi sekitar tahun 1999, aku dan kedua temanku dari Batam, malam itu berinisiatif sowan ke pondok Mbah Thoyib Wringin Anom, sosok kharismatik yang terkenal kewaliannya dan merupakan salah satu murid andalan dari Mbah Kyai Sahlan Tholib Sidorangu, Krian-Sidoarjo, sosok waliyulloh yang dikenal sahabat akrab Nabiyulloh Khidir as.
Sebenarnya tidak ada hal yang hendak diutarakan dari keinginan kami bertiga sowan ke Mbah Thoyib, selain sekedar ingin tahu lebih dekat saja seperti apa sosok wali yang terkenal unik ini.

Dan malam itu, jam dinding kamar pondok menunjukkan pukul 21:30. Dari kamar atas terlihat pintu gerbang pondok sudah di tutup oleh kamtib pondok. Melihat kondisi seperti itu, kedua sahabatku hendak mengurungkan niat untuk sowan ke Mbah Thoyib.

" Sudah jam segini, Kang...pintu gerbang sudah ditutup, kita lewat mana.. dan lagian jam segini mana ada angkot jurusan terminal jombang "? Tanya temanku.

" Oh..gampang itu, kita lewat atap genteng Kyai Hasan saja, nanti kalau sudah dekat talang air kita lompat ke halaman rumah Pak Haromain !?" Sahut ku menawarkan solusi. " Masalah ndak ada angkot itu gampang,..kita jalan kaki sampai pertigaan Sambong-Santren, nanti kita naik bis dari arah Kediri langsung Surabaya, Oke !".

"Yo wes, manut sampean wae lah, Kang ". Sahut mereka.

Rumah Kyai Hasan kebetulan berdekatan dengan kamar kami, hanya saja kebetulan posisi kamar kami lebih tinggi dari atap rumah beliau. Beliau adalah menantu Kyai Ahmad Nasrulloh ( keponakan KH Abdul Wahab Hasbulloh, konseptor berdirinya NU ) yang terkenal 'Alim dan waro' , yang konon dalam riyadhohnya sempat ditemui Imam Al-Ghozali dan sempat pula dibacakan kitab Ihya' Ulumiddin sampai khatam oleh Imam Al-Ghozali, begitupun kitab Shohih Bukhori beliau mengalami hal yang sama pula. Dan antara rumah beliau dengan rumah Kyai Nasrulloh ( ayah mertuanya hanya dipisah jalan keluar masuk santri.

Sebenarnya kedua teman saya ragu atas solusi yang saya ajukan. Setelah saya yakinkan bahwa kalau ada apa-apa sayalah yang bertanggung jawab, akhirnya mereka berdua pun bersedia.

Malam itu kami bertiga mengendap-endap merayap diatas genting rumah Kyai Hasan. Kedua temanku sudah sampai duluan diujung talang air dan segera saja melompat kehalaman rumah Pak Haromain. Kini hanya tinggal saya sendiri yang masih ditengah atap, dan tiba-tiba, " kletheekk " salah satu genting retak terinjak diiringi bunyi suara berdehem dari arah bawah. Ya...itu adalah suara dehem khas Kyai Hasan. Antara takut dan khawatir ketahuan, segera sampai diujung talang air saya pun melompat dan lari pontang- panting dengan mereka berdua yang sedari tadi menunggu dengan was-was.

Setelah dirasa cukup aman, sampai depan Musholla Darussalam, kami bertiga berjalan menuju arah pertigaan Sambong, dan tak lama kemudian sebuah bus arah Surabaya menghampiri kami.

Sampai depan Masjid Jamik dekat pasar Krian kami pun turun. Jam tangan menunjukkan pukul 23:00, dan setelah istirahat sejenak, kami bertiga pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju arah Desa Sumengko Kec. Wringin Anom, yang berbatasan antara kota Gresik dan Sidoarjo. Disanalah Mbah Thoyib tinggal.

Sekitar hampir 2 jam kami berjalan, oleh karena angkot jurusan Wringin Anom hanya sampai selepas Maghrib saja beroperasinya. Ada kisah unik yang saya alami, bahwa pertama kali sowan ke Mbah Thoyib dengan paman saya naik angkot tersebut, si sopir hanya narik separuh ongkos dari biasanya kalau tujuan penumpang adalah sowan ke Mbah Thoyib, dan bahkan kadang gratis. Kata para sopir2 itu, kalau ditarik ongkos penuh, maka angkot mereka bakal sepi penumpang dan begitupun sebagaimana yang dialami para tukang becak disana.

Sekitar jam 1 dini hari, kami sudah sampai depan Pondok Beliau. Entah apa nama ponpes beliau waktu itu, yang teringat jelas dibenak kami hanyalah tulisan terpampang jelas dipintu masuk yang bertuliskan " SABAR, AKAS, NERIMAN, LOMAN, TEMEN (bersungguh-sungguh) ". Uniknya, pintu gerbang pondok dibuat mungil sehingga untuk memasukinya harus sedikit merunduk ( mungkin sebagai isyarat ketawadhu'an ) dan hebatnya lagi pondok sebesar itu hanya dibangun selama 40 hari saja selesai. Disebelah pintu gerbang bagian dalam adalah Masjid tempat aktifitas beliau mengajar santri-santrinya, dan malam itu juga sungguh Alloh memberi kesempatan kami bisa menjumpai beliau sedang khusyuk berdzikir di mihrobnya dengan dua orang tamu sedang berdiri tak jauh dari tempat beliau bersimpuh dihadapanNya. Suasana malam waktu itu begitu hening, dan kami bertiga dengan setia menunggu beliau selesai dalam munajatnya.

Tak berapa lama kemudian beliau menoleh kebelakang dan beranjak bangkit menghampiri kami dan tamu tersebut. ( dialog saya terjemahkan dalam bahasa indonesia saja )

Setelah kedua tamu dan kedua teman saya bersalaman, tibalah giliran saya bersalaman dengan beliau, tapi tanpa saya duga tangan saya ditepis oleh beliau seraya bertanya pada tamu tersebut.
" Dari mana ini ?". Tanya beliau. " Dari Bogor, Kyai " sahut mereka. Setelah selesai urusan mereka pun keluar dan tibalah giliran kami.
" Ada apa kemari ?" tanya beliau dengan sorot mata tajam.
" Kami dari TambakBeras Jombang, Kyai..mau minta barokah doa Kyai " . Pada kesempatan itu kembali saya berusaha menyalami tangan beliau, tapi tetap saja ditepis oleh beliau. Saya coba lagi, ditepis lagi, coba lagi ditepis lagi.

Sambil berjalan mengikuti beliau melangkah keluar, beliau memberikan nasehat2nya, dan saya pun tak putus asa agar bisa menyalami beliau, tapi tetap saja ditepisnya. Begitu sampai depan serambi masjid, tiba-tiba beliau membalikkan badan dan menatap saya dengan tajam. Lalu beliau berujar ;

" Kamu tau kenapa saya enggan kamu salami tangan saya ?".
" Maaf Kyai, saya tidak tahu ?" jawab saya gemetar.
" Kamu ini jadi santri kok nakal ( mbeling ) betul, kepala kyai sendiri kok di injak-injak..sudah itu ndak pamitan dulu sama Kyaimu !!". Sahut beliau.
Saya pun tertunduk sambil sesekali melirik kedua teman saya nahan ketawa.
Sejenak beliau diam, sorot matanya yang tajam terus memandangi saya yang kebingungan dan salah tingkah, dalam benak saya berkata " kapan saya nginjak kepala Kyai saya ???", kalau ndak pamitan memang iya "

Tiba-tiba beliau nyeletuk " Masih belum merasa juga !!".

Saya semakin bingung ( maklum saja, orang kalau sedang dimarahi bisa bento mendadak )

Seketika suara beliau terdengar lembut ditelinga saya.
" Jangan diulangi lagi ya..Nih " ( beliau menyodorkan tangannya dan saya ciumi sepuasnya )
" Malam ini sudah larut, kamu tidur sini apa langsung pulang ?" Tanya beliau.

" Insya Alloh kami langsung pulang saja Kyai, sebab besok kami harus sekolah ".

" Ya terserah, kalau kamu pulang sekarang ya harus jalan kaki " Sahut beliau. Setelah mendoakan kami bertiga, kami pun pamit pulang, dan tak lupa saya sempatkan mencium kembali tangan lembutnya. Sembari beliau beranjak keluar masjid, sesekali saya menoleh, ada rasa kekaguman pada sosok beliau, badannya kurus dibalut jubah panjang dengan selendang penutup kepala, agak tinggi perawakannya dan dari raut wajah teduhnya menyiratkan kekhusyukan dalam dhohir batinnya, alis mata beliau hampir menjuntai menutup tepi ujung matanya, dan diusia yang ke 90an tahun itu masih terlihat enerjik dan tongseng kalau orang jawa bilang. Pada kunjungan pertama bersama paman saya dulu saya sempat melihat kamar tidur beliau tepat disamping serambi masjid, kamar seukuran 3x4 itulah rumah sekaligus tempat tidur beliau. Tempat tidurnya jauh dari sederhana, bayangkan saja tempat istirahat beliau itu terbuat dari bambu yang hanya digelari tikar pandan diatasnya, bahkan menurut sebagian muridnya bahwa bambu yang dipakai dipan ruas2 nya tidak dipangkas halus dan terkesan diabiarkan agak bergerigi agar beliau tidak merasa nyenyak dalam tidurnya, sehingga membantunya terus terjaga sepanjang malam.
Menurut cerita seorang warga, bahwa masa mudanya dulu Mbah Thoyib adalah orang kaya raya, namun setelah mengalami pergolakan bathin, Alloh mempertemukannya dengan Hadrotussyaikh Kyai Sahlan Tholib Sidorangu-Krian dan diangkat menjadi murid dengan syarat harus mau meninggalkan semua kekayaannya demi menjalani riyadhoh-riyadhoh yang diperintahkan Kyai Sahlan, dan atas idzin Alloh beliau mampu melewatinya sampai Alloh menjadikannya Ulama besar yang kharismatik.

Dalam perjalanan pulang, teman saya tak henti-hentinya menertawakan sikap saya barusan.
" He, Kang..sampean paham ndak maksud ucapan Mbah Thoyib tadi ?" Tanya seorang teman.
" Ya setelah keluar dari pondok tadi saya baru paham kesalahan saya, sudah ndak idzin Kyai Nasrulloh, eh malah lewat atap rumah Kyai Hasan..mecahin genting rumahnya pula ". Jawab saya sambil menghisap dalam-dalam rokok Gudang Garam Internasional kesukaanku. Sesekali kami tertawa, ya...menertawakan kebodohan dan kenakalan kami.
Asap rokok kami bertiga tampak mengepul lebat diudara, dengan ditemani suara deru kendaraan truk lalu lalang kami bertiga berjalan menuju arah pasar Krian.

* Kurang lebih begitulah sekelumit kisah kenakalan ku dan nasehat2 beliau kepada kami. Kini Beliau sudah tiada, nasehat2 dan isyarat2 beliau sampai sekarang masih membekas dalam hati saya.

Lahumul fatihah..

Danny Ma'shoum


———————

Foto Mbah Kyai Thoyib Sumengko-Wringin Anom

MUNAJAT-MUNAJAT INDAH IMAM IBNU 'ATHOILLAH

MUNAJAT-MUNAJAT INDAH IMAM IBNU 'ATHOILLAH AS SAKANDARIY AL MISHRY

( Bagian Ke-1 )

بسم الله الرحمن الرحيم

Tulisan ini terinspirasi dari kajian kitab al-Hikam yang dibaca oleh Guru ku Syaikhuna al 'Alim al Fadhil KH. Muhammad Djamaludin Ahmad pada rutinan " malem selosoan " di Pon-Pes Bumi Damai Al Muhibbin, Tambakberas- Jombang.

Munajat- munajat dan doa yang begitu indah dan syahdu ini oleh Imam Ibnu 'Athoillah selepas beliau merampungkan maqolah-maqolah sufistiknya yang beliau tulis dalam sebuah karya masterpiece nya yang sangat masyhur di dunia kethoriqohan maupun ketasawwufan, Al Hikam.

Begitu masyhurnya kitab fenomenal ini, sebagai kitab yang merupakan pegangan bagi para salik / muried thoriqoh dalam menapak jenjang menuju taman hati, wushul ilalloh, hingga banyak ulama-ulama generasi sesudahnya berlomba-lomba mensyarah maqolah-maqolah beliau menjadi sebuah karya tersendiri dalam mengulas rahasia-rahasia yang tersembunyi dibalik ucapan hikmahnya yang begitu sarat dengan isyarat-isyarat ketuhanan. Sebut saja kitab Syarhul Hikam, sebuah kitab yang disusun oleh 'Alimul 'allamah wal Habr al Bahrul Fahamah Muhammad bin Ibrohim yang terkenal dengan sebutan Ibnu 'Ibad An Nafary ar Rondy, kitab ini sering dipakai dipesantren-pesantren yang nota bene bercorak tasawwuf, kemudian kitab Iqodul Himam fii Syarhil Hikam yang disusun oleh Al 'Arifubillah As Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Ajibah Al Hasani, lalu kitab Syarhul Hikam al 'Athoiyyah yang disusun oleh As Syaikh Al Muhaddist al Hafidz Muhammad Hayat as Sindy al Madani, dll.

Imam Ahmad Ibnu Athoillah As-Sakandary Al-Mishry, seorang Sufi besar yang bermadzhab Maliki, penyair ulung, juru bicara para sufi yang bahasa sufistiknya banyak menjadi pijakan para pelaku tarekat zaman sekarang, yang banyak pengikutnya dan seorang Guru Besar di Universitas Al-Azhar kala itu. Imam Ibnu Athoillah dilahirkan tahun 658 H dikota Al-Iskandariyah ( Alexandria ), Mesir, dan wafat tahun 709 H.

MUNAJAT- MUNAJAT IMAM IBNU 'ATHOILLAH.

١. الهى أنا الفقير في غناي فكيف لا اكون فقيرا في فقرى

" Tuhanku, akulah hamba yang fakir didalam kekayaanku ini, maka bagaimana tidak dapat merasakan kefakiran didalam kefakiranku ini ".

٢. الهى أنا الجاهل في علمى فكيف لا اكون جهولا في جهلى

" Tuhanku, akulah hamba yang bodoh dalam ilmu pengetahuanku ini, maka bagaimana tidak lebih bodoh lagi dalam hal-hal yang aku tidak ketahui "

٣. الهى ان اختلاف تدبيرك وسرعة حلول مقاديرك منعا عبادك العارفين بك عن السكون الى عطاء واليأس منك في بلاء

" Tuhanku, sesungguhnya dalam perubahan-perubahan aturanMu dan cepat tibanya takdirMu, kedua-duanya ini telah menahan para hambaMu yang 'arif untuk tenang pada pemberian atau patah harapan daripadaMu karena suatau bala' dan ujian ".

Maksudnya adalah, bahwa orang-orang arif itu merasa senang mendapat karunia apapun dari Alloh, baik musibah ataupun nikmat karena kedua hal ini tidak akan menurunkan rasa butuh mereka kepada Alloh.

٤. الهى منى ما يليق بلؤمى ومنك ما يليق بكرمك

" Tuhanku, padaku pasti akan terjadi apa-apa yang layah dengan sifat kerendahan, kekurangan dan kebodohanku. Dan padaMu pasti akan terbit apa-apa yang layak dengan kemulyaan dan kebesaranMu ".

٥. الهى وصفت نفسك باللطف والرأفة بى قبل وجود ضعفى ، افتمنعنى منهما بعد وجود ضعفى ؟

" Tuhanku, Engkau telah menyebut diriMu dengan sifat belas kasih sejak sebelum adanya kelemahan bentukku ini, Maka apakah kini Engkau tolak diriku ini dari kedua sifatMu itu setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku ini ".

٦. الهى ان ظهرت المحاسن منى فبفضلك ولك المنة عليّ ، وان ظهرت المساوئ منى فبعدلك ولك الحجة عليّ

" Tuhanku, jika timbul daripadaku amal kebaikan, maka itu semata-mata karena karuniaMu, dan Engkau yang berhak menuntut padaku. Sebaliknya, jika terjadi daripadaku suatu kejahatan, maka itu semata-mata karena keadilanMu, dan Engkau berhak menuntutku atas kejahatan itu ".

٧. الهى كيف تكلى الى نفسى وقد توكلت لى وكيف أضام وانت الناصر لى ام كيف أخيب وانت الحفى بى

" Tuhanku, bagaimana Engkau kembalikan padaku untuk mengurusi diriku, padahal Engkau telah menjamin aku, dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau yang menolong aku, bagaimana aku akan kecewa padahal Engkau yang kasih padaku ".

٨. ها انا اتوسل اليك بفقرى اليك ، وكيف اتوسل اليك بما هو مُحال ان يصل اليك ، ام كيف اشكو اليك حالى وهي لا تخفى عليك ، ام كيف أُترجم لك بمقالى وهو منك برز اليك ، ام كيف تخيب آمالى وهي قد وفدت اليك ، ام كيف لا تحسن احوالى وبك قامت واليك

" Inilah aku mendekat kepadaMu dengan perantara kefaqiranku kepadaMu, dan bagaimana aku akan dapat berperantara kepadaMu dengan sesuatu yang mustahil bisa menyampaikanku padaMu. Dan bagaimana aku akan menyampaikan kepadaMu perihal keadaanku, padahal tidak tersembunyi daripadaMu. Dan bagaimana akan aku jelaskan padaMu akan keadaanku, sedang kata-kata itu daripadaMu dan kembali kepadaMu. Atau bagaimana akan kecewa harapanku, padahal telah datang menghadap kepadaMu. Atau bagaimana tidak akan menjadi baik keadaanku, sedang ia berasal daripadaMu dan kembali pula kepadaMu ".

٩. الهى ما الطفك بى مع عظيم جهلى وما ارحمك بى مع قبيح فعلى

" Tuhanku, alangkah besar lemah lembutMu terhadap diriku, padahal sangat dunguku, dan alangkah besarnya rahmatMu kepadaku, disamping sangat jeleknya perbuatanku ".

١٠ . الهى ما اقربك منى وما ابعدنى عنك

" Tuhanku, alangkah dekat Engkau padaku, dan alangkah jauhnya aku dariMu ".

١١. الهى ما أرأفك بى فما الذى يحجبنى عنك

"Tuhanku, alangkah kasihMu padaku, maka apa yang telah menghalangiku dariMu ".

١٢. الهى قد علمت باختلاف الآثار وتنقلات الاطوار ان مرادك منى ان تتعرف اليّ في كل شيئ حتى لا اجهلك في شيئ

" Tuhanku, aku telah mengerti dengan perubahan keadaan dan pada tiap-tiap pergantian masa, bahwa tujuanMu untuk memperkenalkan kekuasanMu kepadaku dalam segala keadaan dan masa, sehingga aku tak lupa padaMu dalam sesuatu apapun ".

١٣. الهى كلما اخرسنى لؤمى أنطقنى كرمك ، وكلما أيأستنى أوثافى اطمعطنى منتك

" Tuhanku, tiap-tiap aku dibungkam mulutku oleh sebab dosa-dosaku, maka terbuka mulutku oleh sebab melihat kemurahanMu yang tak terhingga. Dan tiap-tiap aku berputus asa untuk mendapat rahmatMu karena sifat-sifat kerendahanku, maka terbukalah harapan-harapanku ketika melihat karuniaMu ".

١٤. الهى من كانت محاسنه مساوئ فكيف لا تكون مساويه مساوئ ومن كانت حقائقه دعاوى فكيف لا تكون دعاويه دعاوي

" Tuhanku, seorang yang dalam semua kebaikannya masih banyak kekurangan, maka bagaimanakah tidak menjadi kesalahan-kesalahan itu debagai suatu dosa. Dan orang semua ilmu dan pengertiannya itu hanya pengakuan belaka, maka bagaimana tidak akan menjadi semua pengakuannya itu kepalsuan belaka ".

١٥. الهى حكمك النافذ ومشيئتك القاهر لم يتركا لذي مقال مقالا ولا لذي حال حالا

" Tuhanku, hukum putusanMu yang pasti terlaksana dan kehendakMu yang memaksa, keduanya tidak memberi kesempatan bagi orang yang pandai untuk berkata-kata, atau orang yang mempunyai kesaktian untuk menunjukkan kesaktiannya ".

Bersambung....

———————
Sidoarjo, Jum'at 6 November 2015
Danny Ma'shoum

Rabu, 04 November 2015

KRITERIA AHLUL QUR'AN

FATWA IMAM AL KHOLILI TENTANG AYAT KE 32 SUROH AL FATHIR

( Sebuah kriteria tentang Ahlul Qur'an )

بسم الله الرحمن الرحيم

والصلاة والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين. اما بعد

Pada ayat ke-32 dari Suroh Al Fathir yang terletak pada juz 22 ini agaknya menjadi barometer dari kriteria para qori al Quran maupun penghafal Al Quran ( al Hafidz / al Hamil ).
Akan tetapi dalam artikel ini, saya lebih memfokuskan pada karakter ahl Al Quran atau para pengahafalnya, sebab disini lebih berkaitan tanggung jawab secara personal maupun sosial, lebih tepatnya tanggung jawab dalam skala sosial keagamaan, yaitu dalam konteks penjagaan orisinilitas Kalamulloh dari tangan-tangan jahil yang dapat merusak kemurnian ajaran suci Ilahiyah yang termaktub didalamnya. Dengan demikian, urgensi redaksi lafadznya dapat terjaga dan terdeteksi sepanjang masa jika terjadi distorsi pada lafadz-lafadznya sehingga sangat dikhawatirkan mempengaruhi makna jika saja Alloh SWT tidak " mengajak bekerja sama " dengan hamba-hamba yang telah dipilihnya.

Sebagaimana Hadist yang diriwayatkan Imam An-Nasai dalam kitabnya " Fadhoilul Qur'an ", Hal. 98 -99 ;

اخبرنا عبيد الله ابن سعيد عن عبد الرحمن قال : حدثني عبد الرحمن بن بديل ميسرة عن ابيه عن انس ابن مالك قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : ان لله اهلين من خلقه، قالوا : ومن هم يا رسول الله ؟ قال : اهل القرآن هم اهل الله وخاصته.

اسناده حسن فرجاله كلهم ثقات سوي عبد الرحمن بن بديل، قال عنه الحافظ لا بأس به انظر التقريب ١/٤٧٣ ووثقه الطيالسي وقد صحح هذا الحديث المنذري في الترغيب والترهيب انظر ٢/٣٥٤، والبوصيرى في مصباح الزجاجة بزوائد ابن ماجه ورقة ١٤. وقد اخرجه احمد في مسنده ٣/١٢٧ ،١٢٨، ٢٤٢ ، والحاكم في المستدرك ١/٥٥٦، وابن ماجه في سننه رقم ٢١٥، وابو داوود الطيالسي ذكره البوصيرى والدارمي في سننه رقم ٣٣٢٩، والبزار في مسنده ذكره القرطبي في تفسيره ١/١.

" Telah memberitahukan kepada kami 'Ubaidulloh ibn Sa'id dari 'Abdur Rohman, yang berkata : Abdur Rohman ibn Bidyl bercerita kepadaku dari ayahnya dari Anas ibn Malik, berkata Anas : Rosululloh SAW bersabda : " Sesungguhnya Alloh memiliki keluarga dari makhluk ciptaanNya ". Maka berkata para sahabat, " Siapakah mereka wahai Rosululloh ?, Rosululloh berkata ;" Ahlul Qur'an itulah keluarganya Alloh, dan orang-orang yang dikhususkanNya ".

Isnad Hadist ini hasan dan para rijalul hadistnya  semuanya terpercaya kecuali Abdur Rohman ibn Bidyl/ Budayl, Al Hafidz ibnu Hajar berkata tentangnya, " tidak ada masalah dengan Abdur Rahman ibn Bidyl " Lihat kitab At-Taqrib juz 1 / Hal. 473, dan Imam At-Thoyalisy menganggapnya sebagai rowi yang tsiqoh. Imam Al Hafidz Al Mundziry mensohihkannya sebagaimana dalam kitabnya At-Targhib wat Tarhib, jilid 2, Hal. 354, serta Imam Al-Bushiry dalam kitabnya yang berjudul Mishbahuz Zujaajah bi Zawaaidi bni Majah, lembar ke 14. Imam Ahmad ibn Hanbal mengeluarkan riwayat hadist ini dalam Musnadnya, jilid 3, Hal. 127, 128, 242, dan Imam Al-Hakim dalam Mustadrok nya , jilid 1, Hal. 556. Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan nya pada No. 215, dan Imam Abu Dawud At-Thoyalisy sebagaimana yang dituturkan Imam Al-Bushiry dan Imam Ad-Darimi dalam Sunan Ad-Darimi, No. 3329, dan Imam Al-Bazzar didalam Musnad nya sebagaimana yang telah dituturkan Imam Al-Qurthuby didalam Tafsirnya jilid 1, Hal. 1.

Kata "Ahlul Quran " sangat bersifat spesifik yang terkait dengan spesialisasi dari keahlian tentang ke-Quran-an, bisa seorang hafidz ataupun pengkaji ayat-ayat Al Quran.
Berkaitan dengan hal ini, Alloh memberi sebuah mandat berupa kepercayaan kepada sebagian dari hamba-hambaNya untuk ikut berinteraksi dalam penjagaan KalamNya, sebagimana Alloh tegaskan dalam sebuah ayat ;

اِنَّا نَحْنُ  نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ

" Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya ".
[QS. Al-Hijr: Ayat 9]

Kata " Kami " ( Nahnu : Arab ) dalam pengertian ayat diatas, seakan Alloh SWT mengajak hamba-hambaNya untuk ikut andil dalam penjagaan ini, bukan berarti Alloh tidak mampu menjaga sendiri kitab suci-Nya, akan tetapi disinilah suatu pengajaran dari sebuah ketawaddhuan yang hendak Alloh ajarkan pada hambaNya, atau katakanlah Alloh telah menawarkan sebuah " proyek Ilahiyah " pada hamba-Nya untuk bekerja sama dalam penjagaan terhadap kemurnian Al Quran yang telah diwahyukan pada sang Rosul terkasihNya, Muhammad SAW.

Dalam fasilitas kekhususan yang telah diberikan oleh Alloh kepada hamba terpilihnya sebagai " keluarga Alloh " ini, tidak semuanya bisa masuk pada kategori kelas VIP, artinya masih menyisakan kelas-kelas dibawahnya dengan predikat yang disematkan pada personal masing-masing dari hambaNya.
Dalam Al Quran, hal ini telah di isyaratkan dengan jelas oleh Alloh sebagaimana pada ayat berikut ;

ثُمَّ اَوْرَثْنَا  الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۚ  فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ   وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ   ۚ  وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ  ؕ  ذٰلِكَ  هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُ  ؕ

" Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar ".
[QS. Fatir: Ayat 32]

Berkaitan dalam konteks ayat diatas, perlu adanya suatu pembahasan yang gamblang tentang kriteria " dzolimun linafsih, muqtashid dan sabiqun bil khoirot ". Dan dari beberapa referensi yang saya miliki, agaknya kitab fatwa al Kholily lah yang dapat saya jadikan rujukan dalam pembahasan ini. Kitab kumpulan fatwa Imam al Kholily ini disusun oleh beliau sendiri, al-Imam as Sayyid Muhammad Kholily yang wafat dipertengahan bulan Jumadits tsany, tahun 1147 H ( beliau dimakamkan di dalam kompleks Masjidil Aqsho- Palestina, yang juga merupakan tempat kholwatnya ).

Dalam kitab fatawa syikhul Islam wal muslimin al 'Alim al 'amil asy Syikh Muhammad al Kholily asy Syafi'i ra, jilid 1, Hal. 7 , tertulis sebagaimana berikut ;

( سئل ) في قوله تعالى ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات ما معنى ذلك. ( أجاب ) المعنى أورثنا أعطينا لان الميراث اعطاء وقيل أورثنا أخرنا ومنه الميراث لانه تأخر عن الميت ومعناه أخرنا القرآن من الامم السالفة واعطيناكموه واهلناكم له الذين اصطفينا من عبادنا قال ابن عباس يريد امة محمد صلى الله عليه وسلم قسمهم ورتبهم واختلف المفسرون في معنى الظالم والمقتصد والسابق قال عقبة بن صهبان سألت عائشة رضي الله عنها عن قوله تعالى ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا، قالت يابنى كلهم فى الجنة اما السابق بالخيرات فمن مضى على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وشهد له رسول الله صلى الله عليه وسلم بالجنة واما المقتصد فمن اتبع اثره من اصحابه حتى لحق به واما الظالم فمثلى ومثلكم فحبطت نفسها معنا، وقال مجاهد والحسن وقتادة فمنهم ظالم لنفسه وهم اصحاب المشئمة ومنهم مقتصد هم اصحاب الميمنة ومنهم سابق بالخيرات باذن الله هم السابقون المقربون من الناس كلهم، وعن ابن عباس قال السابق المؤمن الخالص والمقتصد المرائى والظالم الكافر نعمة الله غير الجاحد لها لانه حكم الثالثة بدخول الجنة فقال جنات عدن يدخلونها وقال الحسن السابق من رجحت حسناته على سيئاته والمقتصد من استوت  حسناته وسيئاته والظالم من رجحت سيئاته على حسناته وقيل الظالم من كان ظاهره خيرا من باطنه والمقتصد الذى يستوى ظاهره وباطنه والسابق الذى باطنه خير من ظاهره وقيل الظالم من واحد الله تعالى بلسانه ولم يوافق فعله وقوله والمقتصد من واحد الله بلسانه واطاعه بجوارحه والسابق من واحد الله تعالى بلسانه واطاعه بجوارحه واخلص له عمله وقيل الظالم التالى للقرآن والمقتصد القارئ له العامل به والسابق القارئ له العامل بما فيه وقيل الظالم اصحاب الكبائر والمقتصد اصحاب الصغائر والسابق الذى لم يرتكب كبيرة ولا صغيرة  وقال سهل بن عبد الله السابق العالم والمقتصد المتعلم والظالم الجاهل انتهى بعونه والله تعالى اعلم.

Imam Al Kholily as Syafi'i ditanya tentang firman Alloh Ta'ala " Tsumma aurotsnal kitaaballadziinas thofainaa min 'ibaadinaa faminhum dzholimun linafsih wa minhum muqtashid wa minhum saabiqun bil khoirooti.." , apakah makna dari ayat tersebut.

Beliau menjawab : " Yang dimaksud dari pengertian " aurotsnaa " adalah "a'thoinaa, karena harta warisan ( pusaka ) adalah suatu pemberian. Dan dikatakan " aurotsnaa " adalah " akhkhornaa ( kami meninggalkan ) dan dari pada itu ( disebut ) harta warisan atau tinggalan, karena itu merupakan tinggalan dari orang yang meninggal / mayyit, dan maknanya adalah kami meninggalkan kitab suci Al Quran dari orang-orang terdahulu dan kami memberikannya tinggalan itu kepadamu sekalian dan keluargamu dari orang-orang yang kami pilih dari hamba-hamba Kami ( Alloh ).
Telah berkata Ibnu 'Abbas, " Dimaksudkan kepada ummat Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam tiap divisi serta level mereka.
Para ahli tafsir telah berbeda pendapat tentang makna " adz dzholim wal muqtashid dan as saabiq ". Telah berkata Uqbah bin Shohban, " Aku bertanya pada 'Aisyah ra pada firman Alloh Ta'ala, " Tsumma aurotsnal kitaab alladzhiinas thofainaa min 'ibaadinaa, maka berkata 'Aisyah : " Wahai anakku, mereka semua di surga, adapun " as Saabiqu bil khoiroot " adalah mereka yang telah dulu hidup dimasa Rosululloh SAW dan  beliau Rosululloh SAW telah memberi kesaksian kepada mereka dengan surga ( sebagai ahli surga ), adapun " al Muqtashid " yaitu mereka yang mengikuti jejak beliau dari golongan sahabat-sahabatnya sampai mereka berjumpa dengan beliau, sedangkan " adz dzholimu " adalah seumpama aku dan kalian, maka 'Aisyah menjadikan ( baca : mengumpamakan ) dirinya termasuk kriteria ini.

Telah berkata Mujahid dan al Hasan serta Qotadah bahwa makna " faminhum dzholimun linafsihi " adalah golongan kiri, sedangkan " wa minhum muqtashid " adalah golongan kanan, adapun " sabiqun bil khoiroti bi idznillah " adalah mereka-mereka yang telah lalu yang telah mendekat pada Tuhannya dari golongan manusia seluruhnya.

Dan dari Ibnu 'Abbas telah berkata," as sabiq adalah orang mukmin yang murni keimananya, dan muqtashid adalah orang yang munafiq atau penipu, dan adz dzholim adalah orang yang kufur terhadap nikmat Alloh tanpa tahu rasa terima kasih atas pemberian nikmat tersebut, karena itu telah menjadi ketetapan bagi ketiganya dengan sebab dimasukkannya kedalam surga, maka berkata Ibnu 'Abbas , " Yaitu surga 'Adn yang  akan mereka masuki ".

Berkata al Hasan, " as Sabiq adalah orang yang kebaikannya mendominasi daripada keburukannya, dan al Muqtashid adalah orang yang kebaikan dan kejelekannya sama berimbang, sedangkan adz dzholimu adalah orang yang kejelekannya mendominasi daripada kebaikannya.

Dan dikatakan, bahwa adz dzholim adalah orang yang lahiriyahnya lebih baik daripada bathiniyahnya, dan al muqtashid adalah orang yang lahir dan bathin nya sama, sedangkan as sabiq adalah orang yang bathiniyahnya lebih baik daripada lahiriyahnya.
Dan dikatakan bahwa " adz dzholim " adalah orang yang meng Esa kan Alloh Ta'ala dengan lisannya akan tetapi tidak sesuai dengan perilakunya ( tidak sama antara ucapan dan perbuatannya ), dan " al muqtashid " adalah orang yang meng Esa kan Alloh Ta'ala melalui lisannya dan menjalankannya dengan anggota tubuhnya ( ucapan dan perbuatan sama ), dan " as sabiq " adalah orang yang meng Esa kan Alloh Ta'ala melalui lisannya dan menjalankan dengan segenap anggota badannya serta memurnikan ke ikhlasan didalam setiap perbuatannya.

Dan dikatakan, bahwa " adz dzholim " adalah orang yang sekedar membaca Al Qur'an, dan " al muqtashid " adalah orang yang membaca Al Qur'an yang selalu berinteraksi dengannya, dan " as sabiq " adalah orang yang membaca Al Qur'an lalu mengamalkan isi kandungannya.

Dikatakan bahwa " adz dzholim " adalah golongan orang-orang yang berlebihan, " al muqtashid " adalah golongan orang-orang yang kekurangan, dan " as sabiq " adalah orang yang tidak berada diantara keduanya.
Telah berkata Sahl bin 'Abdulloh , " As sabiq adalah guru, al muqtashid adalah pelajar dan al jahil adalah orang yang bodoh.

Beliau mengakhiri fatwanya dengan perkataan " Telah selesai dengan pertolongan dari Alloh Ta'ala "

Mudah-mudahan sekelumit kajian ini bisa memberikan kita pencerahan dalam memahami ayat-ayatNya.

Amiin Yaa Arhamar rohimiin

——————
Sidoarjo, Rabu 4 November 2015

Danny Ma'shoum