MAKNA IKHLAS BESERTA TANDA-TANDANYA DAN RIYA' DALAM PANDANGAN ULAMA SUFI ( MUTASHOWWIFUN )
Definisi-definisi Ikhlas dan tanda-tandanya beserta riya menurut para Ulama Sufi ini saya sadur dari kitab " Ad-Durrotun Nafisah min Syuruhil Hikam al 'Athoiyyah li Qoshdi Mahabbatillah ", Hal. 76-91, karya Syaikhy wa murobbi ruhiy KH. Muhammad Djamaluddin Ahmad, Tambak Beras-Jombang.
( * ) Syaikh Junaid Al-Baghdady ( w. 297 H / 910 M ) ;
الإخلاص تصفية العمل من الكدورات
" Ikhlas adalah, membersihkan amal dari kotoran-kotoran amal ".
( * ) Syaikh Sahl bin Abdillah Al-Tustary ( w. 200-283 H / 815-896 M ) ;
الإخلاص ان يكون سكون العبد وحركاته لله تعالى خاصة
" Ikhlas adalah, apabila semua diam dan geraknya hamba hanya khusus karena Alloh Ta'ala semata ".
( * ) Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatho' Ad-Dimyathi ( muallif kitab Ianatut Tholibin ) ;
الإخلاص ان يكون قصد الانسان في جميع طاعته واعماله مجرد التقرب الى الله تعالى
" Ikhlas adalah, apabila tujuan manusia dalam semua amal ibadahnya melulu hanya pendekatan diri kepada Alloh Ta'ala ".
* Abu Utsman Al-Makki ;
الإخلاص نسيان رؤية الخلق بدوام النطر الى الخالق فقط
" Ikhlas adalah, melupakan memandang makhluq dengan selalu memandang Kholiq saja ".
( * ) Al-Harits Al-Muhasibi ( w. 243 H / 857 M ) ;
الإخلاص هو اخراج الخلق عن معاملة الربّ
" Ikhlas adalah, tidak memandang makhluq dari ibadah kepada Tuhan ".
—————
RIYA' DAN ANTISIPASINYA
( * ) Sayyid Abdulloh bin Alwy Al-Haddad dalam kitabnya An-Nashoih ad Diniyyah ;
الذي يعمل لقصد التقرب الى الله تعالى وطلب مرضاته وثوابه هو المخلص، والذي يعمل لله ولمراآت الناس هو المرآئى وعمله غير مقبول، والذي يعمل لمراآت الناس فقط ولو لا الناس لم يعمل اصلا امره خطر هائل، وريائه رياء المنافقين نعوذ بالله من ذلك ونسأله العافية من جميع البليات
" Orang yang beramal karena tujuan taqorrub ( pendekatan diri ) kepada Alloh Ta'ala serta mencari ridho dan pahalaNya, orang tersebut adalah Mukhlis ( orang yang ikhlas ). Dan orang yang beramal karena Alloh Ta'ala dan karena riya' ( pamer ) pada masyarakat, maka orang itu adalah riya' ( tukang pamer ) dan amalnya tidak diterima. Dan orang yang beramal hanya karena riya' pada masyarakat, dan seandainya tidak ada masyarakat maka ia tidak akan beramal sama sekali. Maka persoalan orang itu adalah sangat dikhawatirkan dan berbahaya, dan riya'-riya'nya termasuk riya' nya orang munafiq. Kami mohon perlindungan kepada Alloh Ta'ala dari hal-hal tersebut dan kami mohon kepada Alloh Ta'ala agar selamat dari semua ujian ".
( * ) Syaikh Ali bin Ahmad Al-Jaizi, dalam kitabnya Tuhfatul Khowwash, menjelaskan tentang kedudukan riya' ;
الرياء هو فعل العبادة بقصد اطلاع الناس لتحصيل مال او جاه او مدح وهو من الكبائر، وكل عمل خالطه الرياء فهو باطل مردود، واما غيره كحج مع تجارة وطهارة مع تبرد ففيه الثواب بقدر باعث الآخرة ولو مغلوبا، والرياء يدخل كل الاعمال حتي الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم على الاصح كما افتى به شيخ الاسلام والرملي
" Riya adalah melakukan ibadah dengan tujuan supaya dilihat oleh masyarakat agar memperoleh harta, kedudukan atau pujian. Riya' itu termasuk dosa besar ( dalam hati ). Semua amal yang dicampur dengan riya' adalah batal dan tertolak. Adapun amal yang lain seperti Haji disertai dengan dagang, dan bersuci disertai dengan tujuan mendapatkan rasa segar dibadan, maka amal itu ada pahalanya sebatas dorongqn karena akhirat walaupun hanya sedikit. Dan riya' itu bisa masuk kedalam semua amal hingga membaca sholawat Nabi SAW ( pun bisa kemasukan ). Hal ini menurut Syaikhul Islam Zakaria al-Anshori dan Imam Ar-Romli ".
Kemudian dalam Kitab Nashoihud Diniyyah nya, As-Sayyid Abdulloh bin Alwy Al-Haddad memberi solusi agar terhindar dari penyakit riya' sebagaimana kata beliau ;
ومهما خاف على نفسه الرياء فليخف اعماله ويفعلها في السر حيث لا يطلع عليه الناس فذلك احوط واسلم وهو افضل مطلقا اعني العمل في السر حتي لمن لم يخف على نفسه الرياء الا للمخلص الكامل الذي يرجو اذا اظهر العمل ان يقتدي به الناس فيه نعم ومن الاعمال ما لا يتمكن الانسان من فعله الا ظاهرا كتعلم العلم وتعليمه وكالصلاة في الجماعة والحج والجهاد ونحو ذلك فمن خاف من الرياء حال فعله شيئا من هذه الاعمال الظاهرة فليس ينبغي له ان يتركه بل عليه ان يفعله ويجتهد في دفع الرياء عن نفسه ويستعين بالله تعالى فانه نعم المولى ونعم المعين
" Seandainya seseorang itu mengkhawatirkan dirinya terjangkit riya', maka hendaklah ia merahasiakan amal-amalnya dan melakukannya secara samar, sekiranya masyarakat tidak melihatnya. Hal yang demikian itu adalah lebih berhati-hati dan lebih selamat. Dan amalan sirri itu adalah lebih utama secara muthlaq hingga bagi orang yang tidak menghawatirkan dirinya terjangkit penyakit riya', kecuali bagi orang yang sempurna keikhlasannya ( al-Mukhlis al-Kamil ) yang memperlihatkan amalnya dengan harapan agar amal perbuatannya diikuti oleh masyarakat. Dari berbagai macam amal, ada amal yang manusia tidak mungkin melakukannya kecuali dengan jelas dan tampak, seperti menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, sholat berjamaah, beribadah haji, berperang dan sesamanya. Barang siapa yang khawatir terjangkit riya, maka seharusnya ia tidak meninggalkan amal-amal itu, bahkan harus melakukannya dan berusaha dengan keras untuk menolak riya' dalam dirinya serta memohon pertolongan Alloh SWT, karena Alloh adalah sebaik-baik Dzat Yang Menguasai dan sebaik-baik Dzat Yang Menolong ".
————
TANDA-TANDA IKHLAS
( * ) Imam Al-Ghozali ( 450-505 H ) ;
علامة الأخلاص ان يكون الخاطر يألفه في الخلوة كما يألفه في الملاء، ولا يكون حضور الغير هو السبب في حضور الخاطر كما لا يكون حضور البهيمة سببا في ذلك فما دام يفرق في احواله بين مشاهدة إنسان ومشاهدة بهيمة فهو خارج عن صفو الإخلاص مدنس الباطن بالشرك الخفي من الرياء وهذا شرك اخفى في قلب ابن آدم من دبيب النملة السوداء في الليلة الظلماء على الصخرة الصماء.
" Tanda-tanda ikhlas ialah, apabila khothir ( Bhs Jawa : Krentek'e ati ) merasa senang ditempat yang sepi, seperti halnya senang diantara banyak orang, dan kedatangan orang lain tidak menjadi sebab datangnya khotir ( krentek'e ati ), seperti halnya datangnya binatang tidak menjadi sebab datangnya khothir tersebut. Maka seseorang itu masih membeda-bedakan dalam tingkah lakunya antara dilihat manusia dan dilihat binatang, berarti ia keluar dari kejernihan ikhlas dan mengotori hatinya dari syirik khofi, yang dimana syirik khofi itu lebih samar daripada merayapnya semut hitam dimalam yang gelap diatas batu besar yang keras ".
( * ) Syaikh Abu Madyan Al-Hadidy, dalam kitab al-Hikam ;
علامة الإخلاص ان يفنى عنك الخلق في مشاهدة الحق
" Tanda-tanda ikhlas adalah, apabila telah sirna darimu memandang makhluk dalam memandang Al-Haq ".
( * ) Syaikh Ahmad bin 'Alan, dalam syarahnya ;
اذ حقيقة الإخلاص : الخلوص من شهود الاكوان والدخول في مقام الاحسان
" Karena hakekatnya ikhlas adalah lepas dari memandang makhluk dan masuk didalam maqom ihsan ".
( * ) Imam Al-Ghozali r.a ;
الاصل في الإخلاص استواء السريرة والعلانية
" Asal ( pokok ) didalam keikhlasan adalah kesamaan antara isi hati dan perbuatan lahiriyah ".
Dalam hal ini seperti yang dikatakan Umar ibn Al-Khottob r.a kepada seorang lelaki ;
عليك بعمل العلانية، قال : يا أمير المؤمنين وما عمل العلانية ؟، قال : ما اذا اطلع عليك لم تستحي منه
" Berpeganglah dengan amal 'alaniyyah ( amal yang tampak ). Laki-laki itu bertanya ; " Wahai amirul mukminin apakah amal 'alaniyyah itu ?". Umar menjawab ;" Yaitu amal yang apabila kamu dilihat orang, maka kamu tidak merasa malu kepadanya ".
Abu Muslim al-Khaulani r.a. berkata ;
ما عملت عملا أبالب ان يطلع الناس عليه الا اتياني اهلي والبول والغائط وهذه درجة عظيمة لا ينالها كل احد
" Tidaklah aku mengerjakan suatu amal yang aku peduli dilihat manusia kecuali bersenggama dengan istri, kencing dan berak. Hal ini merupakan derajat yang sangat agung, yang tidak semua orang dapat memperolehnya ".
( * ) Syaikh Fudhail bin 'Iyadh ( 105-187 H / 723-803 M ) ;
ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجل الناس شرك ، والإخلاص ان يعافيك الله منهما
" Meninggalkan amal karena manusia adalah riya' ( pamer ), dan beramal karena manusia adalah syirik, sedangkan ikhlas adalah engkau diselamatkan oleh Alloh dari keduanya ".
( * ) Imam Al-Ghozali r.a. ;
واما ترك الطاعة خوف الرياء فلا وجه له بل ينبغي ان يعمل ويخلص الا اذا كان العمل فيما يتعلق بالخلق كالقضاء والامانة والوعظ فاذا علم من نفسه انه بعد الخوض فيه لا يملك نفسه بل يميل الى دواعي الهوى فيجب عليه الاعراض والهرب كذلك فعل جماعة من السلف.
" Adapun meninggalkan taat karena takut riya ', maka tidak ada alasan untuk hal itu, bahkan seyogyanga ia tetap beramal dan berusaha ikhlas, kecuali apabila amal itu tentang sesuatu yang berkaitan dengan makhluk, seperti menjadi Qodhi ( hakim ), memegang amanah, memberikan mau'idzhoh. Maka apabila ia mengetahui dari dirinya bahwa sesungguhnya setelah ia menyelami begitu dalam ia tidak dapat menahan nafsunya bahkan cenderung pada pengaruh-pengaruh hawa nafsu, maka wajib baginya untuk lari dan berpaling dari pekerjaan itu. Demikian itu adalah perilaku sebagian besar orang-orang salaf ".
Mudah-mudahan bermanfaat.
———————
Sidoarjo , Selasa 24-3-2015.
Danny Ma'shoum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar