PARA BIDADARI DUNIA
Ada keterangan cukup menarik dari kitab Ihya' Ulumiddin nya Imam Al-Ghozali, seputar karakter wanita yang sebagian para Ulama besar dahulu menjatuhkan pilihannya pada sosok-2 yang layak dijadikan istri sebagai pendamping hidup dan sudah barang tentu demi kemaslahatan agama tentunya. Dan hal ini memungkinkan bahwa istri-2 beliau ( para Ulama ) ini adalah sosok bidadari bagi pribadi mereka. Dan bagaimana pula nasehat-nasehat salafus sholih dalam hal ini.
Dalam kitab Ihya' Ulumiddin-nya Imam Al-Ghozali, Jilid 2, Hal. 40. dituturkan sebagai berikut ;
والغرور يقع في الجال والخلق جميعا فيستحب ازالة الغرور في الجمال بالنظر و الخلق بالوصف والاستيصاف فينبغى ان يقدم ذلك علي النكاح ولا يسوصف في اخلاقها وجمالها الا من هو بصير صادق خبير بالظاهر والباطن ولا يميل اليها فيفرط في الثناء ولا يحسدها فيقصر فالطباع مائلة في مبادى النكاح ووصف المنكوحات الي الافراط والتفريط وقل من يصدق فيه ويقتصد بل الخداع والاغراء أغلب والاحتياط فيه مهم لمن يخشى علي نفسه التشوف الي غير زوجته .فاما من اراد من الزوجة مجرد السنة اوالولد او ندبير المنزل فلو رغب عن الجمال فهو الي الزهد اقرب لأنه علي الجملة باب من الدنيا وان كان قد يعين علي الدين في حق بعض الاشخاص، قال ابو سليمان الداراني الزهد في كل شيئ حتى في المرأة يتزوج الرجل العجوز إثارا للزهد في الدنيا، وقد كان مالك بن دينار رحمه الله يقول يترك احدكم ان يتزوج يتيمة فيؤجر فيها إن اطعمها وكساها تكون خفيفة المؤنة ترضي باليسير ويتزوج بنت فلان وفلان يعني ابناء الدنيا فتشتهى عليه الشهوات وتقول اكسنى كذا وكذا، واختار احمد بن حنبل عوراء علي اختها جميلة فسأل من اعقلهما فقيل العوراء فقال زوجونى اياها فهذا دأب من لم يقصد التمتع.
فاما من لا يؤمن علي دينه مالم يكن له مستمتع فليطلبالجمال فالتلذذ بالمباح حصن للدين.
وقد قيل اذا كانت المرأة حسناء خيرة الاخلاق سوداء الحدقة والشعر كبيرة العين بيضاء اللون محبة لزوجها قاصرة الطرف عليه فهي صورة الحور العين فان الله تعالي وصف نساء اهل الجنة بهذه الصفة في قوله — خيرات حسان—اراد باخيرات حسنات الاخلاق، وفي قوله — قاصرات الطرف — وفي قوله — عربا اترابا — العروب هي العشقة لزوجها المشتهية للوقاع وهي تتم اللذة والحور البياض والحوراء شديدة بياض العين شديدة سوادها في سواد الشعر والعيناء الواسعة العين.
Terperdaya itu terjadi lantaran kecantikan bersama dengan budi pekerti. Maka disunnahkan menghilangkan terperdaya pada kecantikan itu dengan melihat dan terperdaya dengan budi pekerti saja, dengan disifatkan dan diperhatikan sifat-2 dari karakter wanita yang akan dinikahi. Maka sebaiknya yang demikian itu didahulukan dari pernikahan, dan tidaklah diterima pensifatan tentang budi pekerti dan kecantikan wanita yang akan dinikahi itu selain dari orang yang melihat benar, dapat dipercaya dan mengetahui dengan lahir dan batin, serta netral ( tidak condong ) pada wanita itu ( sampai ) berlebihan memujinya, dan tidak dengki pada wanita itu sehingga ia tak perlu berlama-lama dengan hal beginian.
Sifat manusia itu condong mengenai hal-2 yang menyangkut dengan hal-2 pada awal pernikahan dan pensifatan terhadap wanita-2 yang akan dinikahi, berkaitan dengan kelebihan-2 dan kekurangan-2nya. Dan sedikit sekali orang yang menjelaskan secara jujur dan menyederhanakan akan hal ini, tetapi menipu dan menjelek-jelekkannya yang lebih banyak terjadi. Maka dari itu, berhati-hatilah mengenai hal yang demikian ini, adalah penting sekali bagi orang khawatir terhadap dirinya sendiri akan memperoleh yang tidak pantas untuk dijadikan istrinya.
Adapun orang yang berkeinginan menikah semata-mata mengikuti sunnah atau memperoleh keturunan dan untuk mengatur rumah tangga, maka kalau ia tidak menghendaki kecantikan niscaya ia lebih mendekati kepada zuhud. Karena kecantikan itu umumnya adalah suatu pintu dari duniawi, meskipun bagi sebagian orang terkadang dapat membantu dalam hal agama.
Imam Abu Sualaiman Ad-Daroni berkata : " Zuhud itu terdapat pada tiap-tiap hal, bahkan terhadap wanita yang dinikahi oleh seorang laki-laki atas wanita yang sudah tua bangka, oleh karena mengutamakan kezuhudan di dunia ".
Malik bin Dinar rahimahulloh berkata : " Salah seorang darimu meninggalkan menikahi wanita yatim, lalu diupahinya wanita itu. Kalau ia memberi makan dan pakaian, maka perbelanjaan terhadap wanita itu adalah ringan, yang rela dengan yang sedikit. Dan ia mengawini anak sifulan dan sifulan lainnya, yaitu anak-anak dunia, maka bergejolaklah hawa nafsunya, dan wanita itu berkata : " Berilah aku pakaian ini dan itu ".
Imam Ahmad bin Hanbal memilih wanita yang matanya juling dari saudara nya yang cantik untuk dijadikan istrinya, maka beliau bertanya ," Siapakah yang paling berakal diantara kedua wanita itu ? Maka orang menjawab, " Yang juling itu ". Lalu Imam Ahmad bin Hanbal berkata ," Nikahkan aku dengan wanita itu ". Maka inilah sifatnya orang-2 yang tidak tertuju pada kesenangan semata-mata.
Adapun orang yang tidak merasa aman terhadap agamanya, selagi ia tidak mempunyai tempat kesenangan, maka hendaklah mencari kecantikan. Sebab memperoleh kelezatan dengan yang diperbolehkan adalah benteng bagi Agama.
Dan sungguh telah dikatakan, bahwa apabila wanita itu cantik, baik budi pekertinya, hitam pekat mata dan rambutnya, besar matanya, putih kuning warnanya, mencintai suaminya, tidak banyak memandang kepada suaminya, maka wanita yang demikian itu adalah bentuk BIDADARI. ( karena ) Sesungguhnya Alloh Ta'ala mensifatkan wanita-wanita penduduk surga dengan sifat-sifat tadi. Sebagaimana dalam firmanNya ;
...خيرات حسان
yang artinya," Didalam surga itu bidadari-bidadari yang baik, cantik jelita " ( Suroh Ar-Rohman, juz 27, ayat 70 ). Yang dimaksud dengan " Khoirotun " adalah yang baik akhlaqnya.
Dan dalam firmanNya lagi ;
..قاصرات الطرف
yang artinya :" Didalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya..." ( Suroh Ar-Rohman, juz 27, ayat 56 ).
Dan firmanNya lagi :
عربا اترابا
yang artinya :" Penuh kecintaan dan sebaya umurnya ". ( Suroh Al-Waqiah, juz 27, ayat 37 )
'Uruban itu artinya ; wanita itu asyik kepada suaminya, amat rindu dengan persetubuhan, dan dengan persetubuhan itu sempurnalah kelezatan. Dan bidadari itu matanya putih, rambutnya hitam mengikal dan matanya agak meluas ".
—————
*Danny Ma'shoum
Sidoarjo, 17 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar