Selasa, 01 September 2015

BANYAK OMONG ADALAH MUSIBAH TERBESAR KITA SAAT INI

بسم الله الرحمن الرحيم

" BANYAK OMONG " ADALAH MUSIBAH TERBESAR KITA SAAT INI

Judul diatas sengaja saya buat dan saya jadikan tema pada artikel kali ini agar bisa menjadi sebuah inspirasi produktifitas kita dalam berkarya melalui tulisan, karya ilmiyah serta amaliyah sebagai jawaban atas merosotnya minat belajar generasi saat ini, terutama kaum santri selaku pewaris keluhuran khazanah ilmu-ilmu ke agama an. Topik kali ini adalah statement dari sebuah prediksi akurat dari apa yang pernah dilontarkan oleh para generasi salaf dahulu.

Al Imam Al Hafidz Ibnu Rojab al Hanbaliy ( L. 736 H - W. 795 H dalam usia 59 tahun ) berkata dalam kitabnya Fadhlul ' Ilmis Salaf 'Alal Kholaf, Hal. 26,28 dan 47 ;

وقد فتن كثير من المتأخرين بهذ – اي بكثرة الكلام – فظنوا ان من كثر كلامه وجداله وخصامه في مسائل الدين فهو اعلم ممن ليس كذلك،وهذا جهل محض .
وانظر الي اكابر الصحابة وعلمائهم كأبي بكر وعمر وعثمان وعلي، ومعاذ وابن مسعود وزيد بن ثابت كيف كانوا كلامهم اقل من كلام ابن عباس،وهم اعلم منه
وكذلك كلام التابعين اكثر من كلام الصحابة ، والصحابة اعلم منهم، وكذلك تابعو التابعين كلامهم اكثر من كلام التابعين ، والتابعون اعلم منهم.

فليس العلم بكثرة الرواية، ولا بكثرة المقال ، ولكنه نور يقذف في القلب ، يفهم به العبد الحق، ويميز به بينه وبين الباطل،
ويعبر عن ذلك بعبارات وجيزة محصلة للمقاصد.

وقد كان النبي صلي الله عليه وسلم أوتي جوامع الكلم واختصر له الكلام اختصارا،ولهذا ورد النهي عن كثرة الكام والتوسع في القيل والقال.

وقد ابتلينا بجهلة من الناس يعتقدون في بعض من توسع في القول من المتأخرين انه اعلم ممن تقدم، فمنهم من يظن في شخص انه اعلم من كل من تقدم من الصحابة ومن بعدهم لكثرة بيانه ومقاله، ومنهم من يقول : هو اعلم من الفقهاء المشهورين المتبوعين !

Artinya kurang lebih begini :

" Sungguh telah banyak dari generasi terakhir yang ditimpa musibah banyak omong, kemudian sebagian dari mereka menganggap bahwa orang yang banyak bicaranya dan perdebatannya dalam masalah agama berarti lebih pintar dari orang yang diam. Ketahuilah bahwa ini adalah pendapat yang keliru dan bodoh.

Cobalah engkau perhatikan para pembesar dari golongan sahabat dan ulama'-ulama'nya, semisal Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu'adz bin Jabal dan Abdulloh ibnu Mas'ud serta Zaid bin Tsabit, pembicaraan mereka lebih sedikit daripada Ibnu Abbas, akan tetapi mereka lebih mengerti dari Ibnu Abbas.
Begitu pula para tabi'in, perkataan mereka tidak sejarang para sahabat, akan tetapi para sahabat lebih pandai daripada tabi'in. Begitu juga orang-orang setelah tabi'in ( yaitu Tabi'ut tabi'in ) pembicaraan mereka lebih banyak dari para tabi'in, dan tabi'in lebih memahami syariat Islam daripada tabi'it tabi'in.

Jadi, kepandaian itu bukan dengan banyak meriwayatkan omongan orang atau banyak bicara, akan tetapi kepandaian itu merupakan " nur " yang diletakkan oleh Alloh dalam hati seorang hamba. Dan dengan nur itu, seorang hamba dapat mengetahui akan kebenaran dan dapat membedakan antara yang hak dan bathil, serta mampu merumuskan kebenaran itu dalam kalimat yang relatif singkat namun mengandung sarat akan makna dan mengena pada sasaran. Seperti halnya Rosululloh Shollallohu 'alaihi Wasallam yang telah di prioritaskan oleh Alloh dengan " Jawami'ul kalim " ( bisa mengungkapkan kalimat yang sedikit namun sarat makna dan padat dan berisi ). Oleh sebab itu ada sebuah hadist yang melarang kita banyak bicara atau bercerita tentang hal-hal yang tidak bisa dijamin kebenarannya dan tidak juga dapat diketahui endingnya.

Kita sekarang telah ditimpa bencana banyak bicara, banyaknya orang bodoh yang selalu menyangka bahwa orang yang banyak bicara dizaman sekarang ini berarti lebih pandai dari orang-orang dulu ".

BEBERAPA PENGAKUAN DARI GENERASI SALAF TENTANG KEUNGGULAN GENERASI MEREKA

Sebagaimana dikutip oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah yang lahir tahun 1336 H- wafat tahun 1417 H,dalam bukunya yang berjudul " Qimatuz Zaman 'indal Ulama', Hal. 90-92. Sebagaimana berikut :

١. قال مجاهد بن جبر المكي، التابعي الجليل، وشيخ القراء والمفسرين، الحافظ المحدث الإمام، الفقيه العابد، المولود سنة ٢١ والمتوفى سنة ١٠٤ رحمه الله تعالى ; ذهب العلماء ! فلم يبق الا المتعلمون، وما المجتهد فيكم اليوم الا كاللاعب فيمن كان قبلكم ". من " التاريخ الكبير " لأبن ابي خيثمة ( مخطوط )

1. Imam Mujahid bin Jabr Al Makki, beliau seorang tabi'in, guru para qori' dan para mufassir, Al-Hafidz Al-Muhaddist Al-Imam, lahir pada tahun 21 H dan wafat tahun 104 H rohimahulloh, telah berkata ;

" Para ulama' telah pergi, dan yang tinggal sekarang hanya pelajar-pelajar. Dan para mujtahid sekarang tidak lebih seperti anak-anak yang suka bermain di era salaf ".  ( Di kutip dari kitab " At-Taarikh al Kabir karya Ibnu Abi Khoitsamah. Kitab ini masih berupa tulisan tangan pengarangnya atau belum dicetak ).

٢. وقال بلال بن سعد الأشعري الدمشقي، التابعي الجليل، والإمام الرباني الواعظ، شيخ اهل دمشق، احد الثقات الزهاد، والعلماء العباد المتوفي بحدود سنة ١٢٠ رحمه الله تعالي ; زاهدكم راغب، ومجتهدكم مقصر، وعالمكم جاهل، وجاهلكم مغتر ". من كتاب الزهد للإمام هبد الله بن المبارك، ص ٦٠  .

" Bilal bin Sa'ad al Asy'ary ad Dimasyqi, seorang tabi'in besar, Imam ar Robbaniy al Wa'idz ( ahli nasehat ), guru penduduk Damsyq, salah seorang yang terpercaya dan ahli zuhud, ulama'nya para ahli ibadah yang wafat di penghujung tahun 120 H rohimahulloh, berkata ;
" Orang zuhud dari kalian masih tergolong lalai. Mujtahid dari kalian masih tergolong sembrono. Orang pandai dari kalian masih tergolong bodoh, dan orang bodoh dari kalian adalah yang banyak tertipu ". ( Dinukil dari kitab " Az-Zuhd " karya Imam Abdulloh ibn Al Mubarok, Hal. 60 ).

٣. وقال حماد بن زيد : قيل لأيوب السختياني— البصري، التابعي الجليل، والحافظ الامام،أحد الاعلام، سيد الفقهاء والعلماء، المولود سنة ٦٨، المتوفي سنة ١٣١ رحمه الله تعالي ; العلم اليوم اكثر ام اقل ؟ قال : الكلام اليوم اكثر، والعلم كان قبل اليوم اكثر ". من " المعرفة والتاريخ " للفسوي ٢ : ٢٣٢  .

" Hammad bin Zaid berkata, " Ayyub as Sakhtiyaniy al Bashri seorang tabi'in besar, Al Imam Al Hafidz, salah seorang yang paling 'alim, penghulu para fuqoha' dan para ulama', yang lahir pada tahun 68 H dan wafat pada tahun 131 H rohimahulloh, ( beliau ditanya );

" Ilmu pengetahuan sekarang ini lebih banyak atau sedikit "?. Beliau menjawab, " Pada era sekarang berbicara lebih banyak, sedangkan pada era dulu ilmu pengetahuan lebih banyak ". ( Di nukil dari kitab " Al Ma'rifah wat Taarikh " karya Al Fasawi, jilid 2,Hal. 232 ).

٤. وقال ابو عمرو بن العلاء البصري، التابعي الجليل، المولود سنة ٧٠ والمتوفي سنة ١٥٤ رحمه الله تعالي، احد القراء السبعة، واعلم اهل عصره بالقرآن والقراءآت والعربية والأدب والشعر والنحو، وكانت كتبه التي كتبها عن العرب الفصحاء، الذين خلطهم ولقيهم، قد ملأت بيتا له الي قريب من السقف ; " ما نحن فيمن مضى ، الا كبقل في اصول نخل طوال ". من " موضع اوهم الجمع والتفريق " للحافظ الخطيب البغدادي،١ : ٥

" Abu 'Amr bin al 'Alla' al Bashry, seorang tabi'in besar yang lahir tahun 70 H dan wafat tahun 104 H rohimahulloh yang merupakan salah satu ahli qiro'at sab'ah, dan orang yang paling 'alim di masanya tentang Al-Qur'an, qiro'at, bahasa arab, sastra, syair dan nahwu dan adalah kitab-kitab yang ditulisnya menggunakan bahasa arab fushah ( murni ), berkata ;
" Tidaklah kami ini dibandingkan dengan orang-orang dulu, melainkan seperti jamur kecil yang tumbuh disekeliling pohon kurma yang tinggi ". ( Di nukil dari kitab " Muwaddhihu Auhamil Jam'i wat Tafriiq " karya Imam Al Khothib Al Baghdady, jilid 1,Hal. 5 ).

Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, memberikan komentarnya ;

فهؤلاء الأئمة التابعون الاربعة من بلدان متباعدة وفي ازمان مختلفة، قد اتفقت عبارتهم علي مضمون واحد هو اعلمية السلف السابقين علي مثلهم السلف الخالفين، فكيف من تأخر زمانهم عنهم قليلا او كثيرا، فالبون بينهم شديد وكبير وان كانوا أئمة كبارا. وقد نبه الي هذا غير واحد من العلماء الكبار، ولو طال كلامهم وضيق المقام لنقلت كلام عدة من الأئمة في هذا الموضوع.

Mereka adalah 4 imam tabi'in yang berasal dari negara yang berbeda saling berjauhan dan hidup dizaman yang berlainan. Namun inti dari pendapat mereka adalah satu, serta sepakat bahwa para generasi dahulu lebih pandai dari generasi sekarang. Apalagi kalau dibandingkan dengan generasi sebelum salaf, maka akan tampak sekali perbedaan yang sangat kontras sekalipun mereka telah mencapai kedudukan pemimpin yang tinggi.
Banyak sebenarnya dari para ulama' besar yang menuturkan hal ini. Kalau saja bukan karena panjangnya apa yang mereka katakan serta terbatasnya kitab ini, maka akan saya tuliskan pendapat-pendapat mereka dalam bab ini ".

Marilah kita berkarya betapapun sedikitnya ilmu yang kita miliki, agar generasi ( anak cucu ) kita tidak terwarisi oleh kemalasan dan segudang alasan ketidak sempatan kita demi meninggalkan kebanggaan pada diri mereka karena terlahir dari sulbi para pecinta ilmu dan amal serta karya.

Danny Ma'shoum
Sidoarjo.
Rabu, 2 September 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar