Jumat, 04 September 2015

KISAH TELADAN MBAH KYAI M.MUBASYIR MUNDZIR DAN IBU NYAI ZUHRIYYAH MUNAWWIR

KETIKA KETAWADDHU'AN SUAMI YANG AHLI DZIKIR DAN KETELADANAN ISTRI YANG HAFAL AL-QUR'AN TELAH MENYATU

( Sebuah inspirasi dari biografi Auliya'illah Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir ( pendiri Pon-Pes Ma'unah Sari, Bandar Kidul-Kediri ) dan Mbah Nyai Zuhriyyah Munawwir ( putri Allamah KH. M. Munawwir Krapyak-Yogyakarta )

** Buku biografi beliau ini adalah pemberian dari sahabat karib saya ( bahkan sudah seperti saudara sendiri ) sekaligus cucu keponakan dan putri keponakan dari Mbah Mubasyir Mundzir sendiri ( KH. Kawakib ) Ning Kuni Zulfa Inayah **

Hari itu, tepatnya pada hari Jum'at ( akhir bulan Juni 1973 ), suasana komplek pesantren Al-Munawwir sedikit berbeda dari hari biasanya, hening dan khidmat. Pada hari itu berlangsunglah pernikahan KH. M. Mubasyir Mundzir dengan Ibu Nyai Zuhriyyah binti Kyai Munawwir dengan suasana yang sangat sederhana, dan mahar uang beliau waktu itu sebesar Rp. 10.000. Dimana yang bertindak selaku Wali adalah KH. Ahmad Munawwir ( kakak dari mempelai putri ), adapun yang meng-aqad-i adalah KH. Ali Maksum, sedangkan sebagai saksinya adalah Bapak Syai'an dan Gus Thoha. Untuk kemudian Gus Thoha juga yang bertindak sebagai pembaca doa.

Saat pernikahan itu, beliau berusia 55 tahun, dan Ibu Nyai Zuhriyyah berusia 35 tahun, menurut hitungan kalender Hijriyyah. Sebuah usia yang teramat matang dan dewasa untuk membina rumah tangga.

Pada masa-masa awal beliau berdua berumah tangga, saat itu Kyai Mundzir belum mempunyai rumah / ndalem, dan dengan penuh kesetiaan dan pengertian serta pengabdian, Ibu Nyai pun menerima dengan ikhlas, dan bahkan beliau menerima ketika dititipkan ke tetangga apabila Kyai Mundzir sedang ada urusan diluar, tapi begitupun Ibu Nyai Zuhriyyah sedikitpun tidak mengeluh dan sama sekali tidak menyesalkan sikap Kyai Mundzir kepadanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, Kyai Mundzir maupun Ibu Nyai Zuhriyyah senantiasa saling menjaga dan menghormati ke-istiqomahan masing-masing pihak.
Saat menjalani kehidupan rumah tangga, baik beliau yang mashur sebagai 'Abid ( ahli ibadah ) maupun Ibu Nyai sebagai seorang Hafidzhoh ( penghafal Al Quran ) masih tetap mengalankan kebiasaan dan amalan-amalan sebagaimana krtika beliau berdua belum menikah. Tentunya dengan tanpa melalaikan hak dan kewajiban rumah tangga kedua belah pihak.

Seringkali, tatkala beliau selesai sholat dan dzikir, beliau ingin bercengkrama dengan Ibu Nyai Zuhriyyah. Namun begitu melihat Ibu Nyai sedang " nderes " ( muroja'ah hafalan Al-Qur'an nya ), niat itu beliau urungkan dan beliau kembali sholat dan dzikir lagi.

Demikian sebaliknya, tatkala diwaktu senggang Ibu Nyai Zuhriyyah berkeinginan ingin bercengkrama dengan beliau, ternyata beliau masih khusyu' menjalankan sholat dan dzikir sehingga akhirnya Ibu Nyai pun mengurungkan niat tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terjadi hal-hal yang terkadang membuat trenyuh dan terharu bagi siapapun yang mendengar dan meresapinya.

Seringkali beliau berkata kepada Ibu Nyai, " Nyai, apa uang belanjanya masih ?!". Apabila uang belanja memang habis,  Ibu Nyai Zuhriyyah menjawabnya dengan santun dan penuh rasa pengertian, " Uang belanjanya kebetulan habis Yai ?! ". Setelah mendengar jawaban itu, beliaupun kemudian mengajak Ibu Nyai berdoa dengan ucapan lemah lembut, " Ya sudah, mari kita berdoa bersama, saya yang berdoa, Nyai yang mengamininya ".

Tidak berapa lama kemudian, bikaromatillah wa bijuudihi, rezeki pun mengalir mencukupi segala kebutuhan rumah tangga yang penuh berkah ini.

Pernah pula disaat menjelang lebaran, Ibu Nyai sama sekali tidak memiliki uang sepeserpun untuk belanja menyambut hari raya idul fitri. Namun Ibu Nyai pun tidaklah mau mengungkapkan hal ini, hingga beliau ( Kyai Mundzir ) dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, menanyakannya kepada Ibu Nyai Zuhriyyah. Dan selanjutnya, pasangan suami istri yang sabar dan qona'ah itu berdoa bersama. Tidak berapa lama kemudian bi 'aunillah al hamdulillah, rezeki pun mengalir mencukupi segala kebutuhan belanja lebaran saat itu.

Di saat lain, pada suatu ketika, sarung yang dimiliki oleh beliau telah habis dibagikan kepada para santri, tinggal kini yang melekat di badan dan itupun sudah saatnya untuk dicuci. Beliau pun bertanya kepada Ibu Nyai, sekiranya Ibu Nyai memiliki pakaian yang bisa dijadikan sebagai ganti sarung untuk sholat.
Namun ternyata, Ibu Nyai Zuhriyyah pun tidak memiliki apa yang dimaksudkan oleh beliau. Atas dawuh beliau, akhirnya sprei tempat tidur yang digunakan oleh Ibu Nyai, di gunting dan di bagi menjadi tiga, untuk dijadikan sebagai sarung Mbah Kyai Mundzir.

Sungguh suatu pernikahan yang ideal. Dengan dilandasi niat mulia untuk beribadah kepada Alloh dan ketaqwaan, biduk rumah tangga itu dibangun dengan pilar-pilar saling pengertian, mengarungi kehidupan untuk berlabuh di pelabuhan yang hakiki,  yaitu Ridho Alloh robbul 'izzati.

* Saya taslim, bahwa inilah sebuah rumah tangga yang benar-benar dilandasi Ridho Alloh, dan semata-mata mencontoh keteladanan rumah tangga Risululloh.

Sebagaimana sebuah maqolah mengatakan ;

" Cinta itu, adalah dua jiwa dalam satu fikiran, dan dua hati dalam satu tujuan ".

———
Kamis, 3 September 2015.

Danny Ma'shoum

9 komentar:

  1. assalamualaikum,,, kang maksum, saya bisa dapatkan buku atau softfile nya dari mana??

    BalasHapus
  2. Wa 'alaikumussalam warohmah...sampean datang saja ke ponpes Maunah Sari Bandar Kidul, di kopontren pondok buku biografi beliau ini dicetak dan dijual, soalnya setahu saya dari cucu Mbah Mundzir yang ngasih buku, bahwa buku ini belum dijual secara bebas

    BalasHapus
  3. Pondok maunah alamat lengkapnya gmn ya?

    BalasHapus
  4. Pondok maunah alamat lengkapnya gmn ya?

    BalasHapus
  5. Umi Ahmad @ Jl. Kyai H. Agus Salim No.8, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 63118, Indonesia

    BalasHapus
  6. Kemuliyaan Beliau sudah termaksur sampai penjuru dunia... sebagai tambahn suatu ketika mbah Mundzir melakukan riadhoh di makkom Ampel untuk mendapat petunjuk tentang siapa Ghouts Hazaz Zaman RA sekarang..Beliau mendapat Khatib sebanyak 3 kali yg menyebutkan Belaiu Mbah KH Abdul Madjid Ma'ruf RA seorang Sultonul Aulia Hazaz Zaman RA.Setelah Beliau mendapat Kabar Gaib tersebut Belau langsung bergegas sowan kepangkuang Dalem Mbah KH. Madjid RA utk derek makmum beliau RA. Mbah KH Madjid adalah pengasuh Ponpes Kedonglo Kediri yg sagat zuhud untuk memperjungkan Fafiruilloh SAW...semoga menjadi berkah bagi semua

    BalasHapus
  7. Assalaamu alaikum,,maaf mau nanya kalo mau riyadloh qur'an gmn peraturannya,wktunya brp hr,trus ada ijazah plus sanadnya nggak?

    BalasHapus
  8. Wa'alaikumsalam warohmah… Bisa langsung datang ke pondok yang hendak sampean tuju kang, semisal di Mangun sari tulungagung, Pp sunan pandanaran, Kaliurang jogja, atau di Betengan Demak dll, biasanya plus ijazah dalail Quran nya sekalian.. Biasanya kalau dalail Quran ada istiqomah jumlah murojaah hafalan perhari…

    BalasHapus