Jumat, 24 April 2015

KISAH MBAH HASYIM ASY'ARI DENGAN MAHA GURU THORIQOH AN-NAQSYABANDIYAH

KISAH HADROTUS SYAIKH KH. MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI DAN MAHA GURU THORIQOH AN-NAQSYABANDIYAH.

Kisah ini saya sadur dari terjemah Kitab At-Tibyan fi Nahyi an Muqothoatil Arham wal Ikhwan, Hal. 29-33, karya Hadrotus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy'ari, Tebuireng-Jombang.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rosululloh SAW bersabda ;

ثلاث لا ترفع صلاتهم فوق رؤوسهم شبرا، رجل أم قوما وهم له كارهون، وإمرأة باتت وزوجها عنها ساخط، وأخوان متصارمان.   رواه ابن ماجه وابن حبان

" Tiga macam orang yang sholatnya tidak diangkat walau hanya sepanjang jari diatas kepala, yaitu : Seseorang yang menjadi imam ( sholat ) dari masyarakat, sementara masyarakat itu membencinya. Wanita yang semalam mendapat murka dari suaminya. Dan dua orang muslim yang saling memutus persaudaraan ".  ( HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban )

Dari Abu Huroiroh, Rosululloh bersabda  ;

تفتح ابواب الجنة يوم الاثنين والخميس، ويغفر لكل عبد لا يشرك بالله شيئا الا رجل كان بينه وبين اخيه شحناء، فيقال : أنظروا هذين حتى يصطلحا.   رواه مسلم

" Setiap hari Senin dan Kamis pintu-pintu surga terbuka, dan semua hamba yang tidak menyekutukan Alloh SWT mendapat ampunan kecuali lelaki yang menjalin permusuhan dengan saudaranya ". Maka dikatakan ( oleh Alloh kepada malaikatNya ) " Wahai malaikatku, tundalah ( ampunanku ) untuk mereka, sehingga mereka berdua berdamai ".  ( HR. Muslim )

Abu Dawud berkata, " Jikalau alasan hujroh ( mendiamkan ) itu karena Alloh SWT ( untuk kebaikan agama ), maka hujroh tidak apa-apa ( tidak berdosa ), karena Rosululloh pernah mendiamkan sebagian istrinya selama empat puluh hari, dan Ibnu Umar pun pernah mendiamkan putranya sampai dia meninggal dunia ".

Namun aku ( KH. Muhammad Hasyim Asy'ari ) berpendapat, " Hujroh yang punya tujuan karena Alloh SWT untuk ukuran Rosululloh SAW dan Ibnu Umar masih bisa diterima akal. Namun untuk ukuran kita, maka itu perlu dipikir dan diangan-angan dengan mendalam ".

Berkaitan dengan hadist diatas,Hadrotus Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari lalu menuturkan sebuah kisah yang pernah dialaminya ;

" Sungguh, saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa ada seseorang yang berilmu, sangat giat dalam beribadah, sholat dimalam hari, puasa disiang hari, dia tidak pernah berbicara kecuali secukupnya, dia haji berkali-kali sampai akhirnya mendapat gelar Maha Guru Thoriqoh An-Naqsyabandiyah. Dan pada hari-hari tertentu dia uzlah ( menyendiri ) dirumahnya dari pergaulan manusia. Dia tidak keluar rumah kecuali hanya untuk sholat jama'ah dan memimpin dzikir.
Pada suatu hari dia keluar rumah untuk sholat Jum'at. Ketika sampai dimasjid dia marah-marah kepada orang-orang yang berada dimasjid dan berbicara kepada mereka dengan kata-kata yang kotor, kemudian dia pun pulang lagi kerumah. Dan kadang-kadang pada hari yang lain dia disowani oleh pejabat negara untuk meminta barokah doa dari dia agar kehidupannya nyaman dan mapan. Dan sang pejabat seringkali memberinya uang yang banyak, sang kyai pun menerimanya dan menyambutnya dengan ramah dan santun.
Setelah beberapa hari, aku mendatangi rumahnya dan aku lama sekali menunggu sambil berdiri didepan pintu seraya aku panggil berkali-kali. Tapi dia tidak mau datang menghampiriku. Akhirnya istrinya datang menghampiriku dibalik pintu, dan dia berkata, " Sesungguhnya saudaramu tidak mau beranjak keluar dari tempat ibadahnya untuk menemui siapapun ".

Kemudian aku berkata, " Sampaikan dan katakan pada suamimu, bahwa saudaramu Hasyim Asy'ari ingin bertemu. Maka keluarlah, jika tidak, maka aku akan masuk dan mengeluarkannya secara paksa ".

Kemudian istrinya memberitahu kepadanya tentang kedatanganku dan diapun akhirnya keluar menemuiku. Lalu aku bertanya kepadanya, " Wahai saudaraku, telah sampai kabar kepadaku bahwa kau telah berbuat begini dan begitu. Lantas apa yang mendorongmu untuk berbuat seperti ini dan itu ?".
Kemudian dia menjawab, " Aku telah melihat manusia tidak berupa bentuk aslinya. Aku melihat mereka seakan-akan berwujud kera ".
Lantas aku menjawabnya pula, " Jangan-jangan setan telah mengelabuhi pandanganmu dan menggoda hatimu. Dia ( setan ) berkata kepadamu, tetaplah kamu senantiasa dirumah dan jangan keluar rumah biar masyarakat menyangka kamu bagian dari wali-wali Alloh SWT yang akhirnya mereka berbondong-bondong datang untuk sowan kepadamu dan meminta berkah darimu dan memberimu hadiah yang banyak. Maka sadarlah wahai saudaraku. Bukankah Rosululloh SAW bersabda kepada Sayyidina Abdulloh bin Amr, " Dan sesungguhnya tamu mu atas kamu ada hak ". Seraya Rosululloh bersabda dalam hadistnya ;

من كان يؤمن بالله ةاليوم الأخر فليكرم ضيفه

" Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka sebaiknya dia memuliakan tamunya ".

Kemudian selang beberapa hari, kyai yang bergelar Maha Guru ( Syaikh ) Thoriqoh An-Naqsyabandiyah itu datang kerumahku dan dia berkata kepadaku ;
" Engkau benar wahai saudaraku, sekarang telah aku tinggalkan uzlahku ( menyendiriku ) dan aku berjanji akan menjalankan seperti apa yang telah dijalankan oleh kebanyakan manusia ".

Akhirnya sang kyai tadi hidup bermasyarakat sampai dia wafat.

Allohuma ighfir lahu.

————
Sidoarjo. 25-04-2015.
Danny Ma'shoum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar