Senin, 06 April 2015

SEPUTAR HUKUM-HUKUM BERKAITAN DENGAN MASALAH KE-QUR'AN AN

BEBERAPA KAJIAN HUKUM-HUKUM SEPUTAR MASAIL QUR'AN
——————————

(1). DASAR SEBUTAN AL HAFIDZ ATAU AL-HAMIL BAGI PENGHAFAL AL-QUR'AN

Sebutan Al Hafidz dengan Al Hamil, bagi penghafal Quran adalah sama saja, sama baiknya dan sama benarnya. Hanya saja dalam konteks sekarang lebih tepatnya dengan sebutan Al Hafidz.

ta'bir kitab :

١. المعجم الوسيط، الجزء الاول، ص ١٨٥.
الحافظ : من يحفظ القرآن الكريم او من يحفظ عددا عظيما من الحديث.

1. Kitab Al Mu'jamul Wasith, juz 1, Hal. 185.

Al Hafidz : yaitu orang yang menjaga / menghafal Al Quran Al Kariim, atau orang yang menghafal dalam jumlah besar dari Hadist Nabi SAW.

٢. مختار الصحاح، ص ١٥٦.

قلت وكذا ذكر ثقلت في الفصيح و ( الحملة ) بفتحتين جمع حامل يقال هم حملة العرش وحملة القرآن.

2. Kitab Mukhtarus Shohah, Hal. 156.
Aku berkata " seperti halnya  pentingnya kefasihan didalam membaca Al Quran. dan lafadz " Al Hamalah " bentuk jamak dari lafadz " Haamil ". Dikatakan ; mereka yang memikul Arsy dan Al Quran.

٣. المعجم الوسيط، ج ١ / ١١٩ —مادة : ح م ل.

( حملت ) المرأة—حملا. الى ان قال ؛ و—القرآن. ونحوه : حفظه وعمل به.

3. Kitab Al Mu'jamul Wasith, jilid 1, Hal. 119 pada materi lafad ح م ل / حمل.

Perempuan itu mengandung / membawa beban—sampai pada perkataan ; " Dan—Al Quran ( — maksudnya membawa / menopang ). semisal ; Menghafalnya dan mengamalkannya.

——————

(2). HUJJAH SEPUTAR MENETESNYA DARAH SAYYIDINA UTSMAN IBN AFFAN PADA SEBAGIAN AYAT AL-QUR'AN

Hujjah hikayat menetesnya darah Sayyidina Utsman Ibn Affan RA pada ayat " فسيكفيكهم الله وهو السميع العليم ".

الاستعاب بهامش الاصابة, الجزء الثالث , ص 76-78
ونصه , قال الواقدي قتل عثمان يوم الجمعة..الي ان قال..واكثرهم يروي ان قطرة او قطرات من دمه سقطت علي المصحف علي قوله جلا وعلا " فسيكفيكهم الله وهو السميع العليم.

Didalam Kitab Al Isti'ab bihamisy Al Ashobah, juz 3, Hal, 76-78, pada nash,: Telah berkata Imam Al Waqidy, Sayyidina Utsman ibn Affan dibunuh pada hari jum'at---sampai pada perkataan---- Sebagian besar dari mereka ( Jumhur Ulama' ) meriwayatkan bahwa sesungguhnya tetesan atau tetesan2 dari darah beliau ( Sayyidina Utsman ) jatuh pada Mushaf pada ayat " Fa sayakfiikahumulloh wahuwas samii'ul 'aliim.

وفي تفسير ابن كثير الجزء الاول, ص 188.
ونصه, قال ابن ابي حاتم قرأ علي يونس ابن عبد الاعلي...الي قوله..فوقع الدم علي " فسيكفيكهم الله وهو السميع العليم

Dan didalam tafsir ibnu Katsir, juz awal, Hal. 188, pada Nash, Telah berkata Imam ibnu Abi Hatim yang telah membacakan kepada Yunus ibn 'Abdul A'laa...sampai pada perkataan...maka jatuhlah ( menetes ) darah Sayyidina Utsman pada ayat," Fa sayakfiikahumulloh wahuwas samii'ul 'aliim.

—————

(3). MARJI' TENTANG LARANGAN MENGAMBIL NAFAS DITENGAH-TENGAH MEMBACA AL-QUR'AN

Tidak diperbolehkan mengambil nafas sewaktu membaca Al-Quran ditengah-tengah kalimat, kecuali memang benar-benar ada hajat atau dalam keadaan dhorurot. Adapun ta'bir kitabnya adalah ;

النشر في القراءآت العشر, الجزء الاول, صحيفة 242.
( خامسها ) ان التنفس علي الساكن في نحو ; الأرض, والآخرة, وقرآن و مسؤلا ; ممنوع اتفاقا كما لا يجوز التنفس علي الساكن في نحو ; الخالق, والبارئ, وفرقآن, ومسحورا ; اذ تنفس في وسط الكلمة لا يجوز.

(1). An-Nasyr fii Qiroatil 'Asyr, Juz 1, Hal. 242.

Sesungguhnya mengambil nafas bagi orang yang menghentikan ( bacaan ) semisal pada lafadz ," Al ardhu, wal aakhirotu, wa qur'aana, wa mas'ulan " adalah dilarang menurut kesepakatan ulama', sebagaimana tidak diperbolehkan mengambil nafas baginya semisal pada lafadz ," Alkholiqu, walbaari`u, wa furqoona, wa mashuuron ", jika ia mengambil nafasnya ditengah-tengah kalimat ( yang dibaca ), maka tidak boleh.

وفي حاشية بجيرمي خطيب, الجزء الاول, ص 374.
( فرع ) اخر الوجه جواز تقطيع حروف القرآن في القرآءة في التعليم للحاجة الي ذلك. اه

(2). Didalam kitab Hasyiyah Bujairomi Khotib, Juz 1, Hal. 374.

( cabang ). Pendapat lain mengatakan boleh memutus huruf ( ayat ) Al-Quran didalam pembacaan dalam pembelajaran karena adanya hajat tersebut.

——————

(4). HUKUM MENULIS AYAT AL QURAN BAGI MUHDIST ( Orang yang berhadast )

التبيان في اداب حملة القرآن، ص. ١٩٢

فصل : ويحرم علي المحدث مس /  مصحف وحمله، سواء حمله بعلاقته او بغيرها، وسواء مس نفس المكتوب او الحواشي او الجلد، ويحرم مس الخريطة والغلاف والصندوق اذا كان فيهن المصحف. هذا هو المذهب المختار، وقيل لا تحرم هذه الثلاثة، وهو ضعيف. ولو كتب القرآن في لوح فحكمه حكم المصحف، سواء قل المكتوب او كثر حتى لو كان بعض اية كتب للدراسة حرم مس اللوح.

At-Tibyan fii Adaabi Hamalatil Qur'an, Hal. 192 ,Karya Imam An-Nawawiy Damaskus, pada nash ;
Pasal : Diharamkan atas orang yang berhadast menyentuh mushaf atau membawanya, baik membawanya dengan pegangannya atau dengan lainnya, baik ia menyentuh tulisannya atau tepinya atau kulitnya. Diharamkan pula menyentuh wadah dan sampul serta kotak tempat mushaf itu berada, inilah madzhab yang terpilih. Ada yang mengatakan bahwa ketiga macam ini tidak diharamkan akan tetapi pendapat ini lemah. Andaikata Al-Quran ditulis pada sebuah papan, maka hukumnya sama dengan hukum mushaf itu sendiri, baik tulisannya sedikit ataupun banyak. Bahkan seandainya hanya sebagian ayat yang ditulis untuk belajar tetap diharamkan menyentuh papan tersebut.

————

(5). HUKUM MENULIS AL-QURAN DENGAN HURUF LATIN ('AJAMIYYAH )

Seringkali kita jumpai banyak penulisan penggalan ayat-ayat Al-Quran dalam sebuah komentar-2 menggunakan tulisan latin. Dan alasan yang paling original sekali adalah Keyboard Hp belum terinstal Arabic keyboard, atau alasan klasik, Hp Jadul, atau karakter font tidak mendukung penulisan teks arab.
Bagaimana tinjauan fiqh dalam Hal ini.

Marji' (1).
Kitab I'anatut Tholibin, Hal. 68 ;

وكتابته بالعجمية اى يحرم كتابته بالعجمية ورايت في فتاوى العلامة ابن حجر انه سئل هل يحرم كتابة القرآن بالعجمية كقرائته فاجاب رحمه الله بقوله قضية ما في المجموع عن الاصحاب التحريم.

" Menulisnya dengan tulisan latin, yaitu diharamkan menulisnya dengan tulisan 'ajam / latin, dan saya melihat didalam kitab Fatawa 'Allamah Imam Ibnu Hajar bahwa sesungguhnya beliau ditanya tentang apakah hukum menulis Al-Quran dengan tulisan latin sebagaimana pembacaannya. Maka beliau rohimahulloh menjawab dengan perkataannya bahwa keharaman itu sudah menjadi keputusan mayoritas Sahabat.

—————

(6). HUKUM SEPUTAR KESUNNAHAN MENCIUM MUSHAF.

Sunnah mencium Mushaf sebagaimana qiyas kesunnahan mencium Hajar Aswad..

نهاية القول المفيد, صحيفة 244.
ونصه ; ويستحب تقبيل المصحف بالقياس علي تقبيل الحجر الاسود لانه هدية من الله عز وجل فشرع تقبيله, ويستحب تطييبه وتعظيمه

Dalam Kitab Nihayatul Qoulil Mufid, Hal. 244.
" Dianjurkan mencium Mushaf dengan qiyas terhadap diperbolehkannya mencium Hajar Aswad. Karena itu merupakan hadiah dari Alloh azza wajalla, maka di Syariatkan menciumnya, dan dianjurkan memberi wewangian dan memuliakanya.

—————

(7). MARJI' TENTANG DASAR RUNTUTAN BACAAN SECARA KESINAMBUNGAN SETELAH KHOTMIL QUR'AN

Seringkali kita jumpai pada acara / moment simaan Quran / khotmil Quran, Qori masih melanjutkan bacaan setelah suroh An-Naas disambung bacaan Al Fatihah kemudian Alif Laam Miim sampai pada " ulaaika humul muflihuun " kemudian disambung lagi bacaan akhir suroh Al Baqoroh ( Aamanar rosuul — anta maulaana fanshurnaa ' alal qoumil kaafiriin ), dan ternyata hal ini juga dilakukan Nabi SAW.

١. سراج القارئ المبتدئ، ص. ٤٠٠

تكميل : في مسائل تتعلق بالحتم. الاول ثبت النص عن المكى من رواية البزي وقنبل وغيرهما ان من قرأ وختم الي آخر الناس قرأ الفاتحة والي المفلحون من اول البقرة وشاع العمل بهذا في سائر بلاد المسلمين في قراءة العرب وغيرها للمكى وغيره سواء انوى ختم ما شرع فيه ام لا ولهم علي ذلك ادلة منها ما هو مأثور عن النبي صلي الله عليه وسلم ومنها ما هو عن السلف ومنها ما هو عن المقتدي بهم من الخلف فقد روي عن المكى من طرق عن درباس مولذ ابن عباس عن عبد الله ابن عباس عن ابي ابن كعب رضي الله عنهم عن النبي صلي الله عليه وسلم انه كان اذا قرأ قل اعوذ برب الناس افتتح من الحمد ثم قرأ من البقرة الي واولئك هم المفلحون ثم دعا بدعاء الختم ثم قام.

Didalam kitab Sirojul Qori' Al Mubtadi', Hal. 400.

Penyempurnaan ; didalam masalah yang berkaitan dengan khotmil Quran. Pertama ,penetapan nash dari Al-Makki dari riwayat Imam Al-Bazzi dan Imam Qunbul dan selain keduanya, bahwa sesungguhnya amaliyah ini, yaitu orang yang membaca dan mengkhotamkan ( bacaan Al Quran ) sampai akhir suroh An-Naas, lalu ( dilanjutkan ) membaca Al-Fatihah sampai pada " Ulaaika humul muflihuun " dari awal suroh Al-Baqoroh sudah menjadi amaliyah yang tersebar luas di seluruh negara-negara Islam ( baik ) amliyyah bacaan di negara Arab sendiri maupun negara selainnya.
Dan bagi Al Makkiy dan selainnya sama saja, apakah didalam khotmil Quran disyariatkan begitu atau tidak. Dan ada beberapa petunjuk bagi mereka terhadap hal tersebut, setengah daripadanya adalah apakah ( amaliyah ) itu perbuatan Nabi SAW, ataukah dari amaliyah para Ulama salaf, ataukah meneladani dari amaliyyah para Ulama kholaf, maka sungguh telah diriwayatkan dari Al Makkiy dari jalur Dirbaas , hamba sahaya dari Ibnu Abbas dari Abdulloh Ibnu Abbas dari Ubay Ibn Ka'ab ( mudah2 Alloh meridhoi mereka semua ) dari Nabi SAW, sesungguhnya ada pada diri beliau ketika membaca " Qul a'uudzu birobbin Naas " membukanya dengan bacaan tahmid kemudian membaca ( sebagian ayat ) dari suroh Al-Baqoroh sampai pada ayat " wa ulaaika humul muflihuun ", kemudian berdoa dengan doa khotmil Quran, lalu beliau berdiri.

Kesimpulan saya pribadi, jika mengacu pada keterangan diatas, maka tambahan seperti bacaan ayat kursiy lalu berlanjut pada " aamanar rasuul...dst sampai akhir suroh Al Baqoroh, adalah sebagai pelengkap saja, jadi diambil bagian awal suroh yaitu Alif Laam Miim—wa ulaaika humul muflihuun, kemudian bagian tengah suroh Al-Baqoroh, yaitu dimulai dari bacaan ayat kursiy saja, kemudian diambil pada bagian akhir suroh Al Baqoroh, yaitu mulai dari ayat " Aamanar rosuulu—fanshurnaa alal qoumil kaafiriin ". Semata-mata ikhtiar Ulama kita dalam rangka tabarrukan Suroh Al-Baqoroh dan hikmahnya bahwa dengan berakhirnya suroh An-Naas bukan berarti pembacaan telah selesai, karena untuk membaca serta mengkaji dan menggali potensi yang ada pada ayat2 Al Quran tidak akan pernah selesai sampai kita meninggal, sebab terus akan menimbulkan ilmu baru dengan semakin lama dibaca dan diulang akan banyak hal2 baru yang akan terungkap.

——————

(8). HUKUM MEROKOK DIDALAM MAJELIS SIMA'AN / KHOTMIL QURAN.

Merokok bagi seorang santri seolah menjadi style yang tak dapat dipisahkan dari aktifitas sehari-harinya, bahkan seolah belum lengkap jika tidak disertai kopi sebagai penyanding. Tak terkecuali santri Huffadz, yang dalam aktifitas mudarosahnya , simaan, maupun khotmil Quran dalam skala halaqoh2 kecil maupun besar, pasti diantaranya tak lepas dari seorang perokok. Sehingga pada saat moment tersebut seringkali kita jumpai selepas baca Al-Quran 1-2 juz lantas kemudian me-rileks-kan diri sambil merokok.
Nah..bagaimana hal ini menurut tinjauan fiqih dalam kaitannya dengan Lihurmatil Qur'an.

Dalam kitab Faidhul Khobir, Hal. 173. disebutkan begini ;

ويحرم ايضا قراءة القرآن بحضرة من يشرب الدخان او يستنشق تابغا وفاعل ذلك ممقوت عند الله وعند المؤمنين. وبالجملية فيجب على القارئ ان يحافظ على منزلة القرآن ومكانته العظيمة.

" Dan diharamkan pula membaca Al Quran dihadapan perokok atau orang yang menghisap tembakau, dan pelakunya dibenci menurut pandangan Alloh dan orang2 mu'min. Dan demi menjaga kelestarian ( keindahan suasana ) maka wajib bagi Qori' menjaga kedudukan ( kehormatan ) AlQuran serta  tempat pembacaan AlQuran yang agung tersebut.

Kemudian dalam kitab Tsamrotur Roudhoh, Hal. 23.

مسئلة : ما حكم شرب الدخان عند قارئ القرآن وبينهما قدر ثلاث اذرع فهل يعد في مجلس القران فيحرم او لا.
الجواب : حرام حيث اعتد انهما في مجلس واحد كما صرح به في " السم القاتل " نقلا عن قول الشبراوى الشافعي في شرح ورد السحر. وعبارته : قال شيخنا محمد السباعى الذي ندين الله عليه حرمة شرب الدخان في مجلس القران ولا وجه للكراهة قلنا نقول مثل ما قال الامام الشيخ المذكور بل نقل الامام الحنفي عن بعض اشياخه العارفين ان شربه في مجلس القرآن يخشى منه سوء الخاتمة اعاذنا الله تعالي منها بمنه وكرمه انه جواد الكريم.

Mas'alah : " Apa hukum merokok disamping pembaca Al-Qur'an yang diantara keduanya terdapat jarak sekitar 3 dziro' /hasta, apakah masih termasuk dalam  majelis Qur'an itu sendiri, dan hal itu diharamkan atau tidak..?

Jawaban ; " Sekiranya antara keduanya itu masih terbilang satu majelis, maka Haram ( hukumnya ) sebagaimana hal tersebut dijelaskan pada bab As Sammul Qotil (Membunuh dengan cara meracuni ) menukil pendapat dari Imam As Sibrowy Asy-Syafi'i didalam Syarah wird As Sihr. pada ungkapannya : " Telah berkata guru kami Muhammad As Siba'iy yang sangat religius tentang keharaman merokok dimajelis Quran bahwa ( hal tersebut ) " tidak ada pendapat yang me makruhkan nya".
Kami mengatakan sebagaimana yang kami nukil dari perkataan Syaikh tersebut. Bahkan Imam Hanafi menukil keterangan dari beberapa gurunya dari golongan kaum 'Arifin ( Arifubillah ) bahwa merokok di majelis Quran dikhawatirkan daripadanya su'ul khotimah, semoga Alloh melindungi kami dengan anugerahNya serta kedermawananNya, sesungguhnya Dia Dzat Maha Pemurah lagi Dermawan.

(*) Keterangan diatas saya terjemahkan dari kitab " Syurbatudz Dzhom`an fii Qhororoti Mabaahitsati Masaailil Qur'an Lirobhithotil huffadz li Ma'hadi Yanbu'ul Majlis Nuzulus Sakinah Qur'an,  Majlis Nuzulus Sakinah, Hal. 18-19.

——————

(9). HUKUM MENYENTUH TAFSIR AL-QUR'AN BAGI ORANG YANG HADAST.

Hukum menyentuh AlQuran terjemah atau Tafsir bagi muhdist ( orang yang hadast ) itu ditafshil ;
1. Apabila teks AlQurannya lebih banyak, hukumnya Haram.
2. Apabila teks Al Quran dan Tafsirnya sama, atau disangsikan banyak sedikitnya, maka ada Khilaf dikalangan jumhur Ulama, menurut Imam Ibnu Hajar hukumnya Makruh, sedang menurut Ulama lainnya Haram.
3. Apabila Tafsir dan Terjemahnya lebih banyak, hukumnya Makruh.

قرة العين بفتاوى اسماعيل الزين , ص 51.
ما نصه , وعبارته, س: ما قولكم فيمن مس القرآن مع ترجمة وكذلك حمله وهو محدث.
ج :
والله سبحانه وتعالى الموفق للصواب ان ترجمة القرآن ذاته لا تجوز فان كانت الترجمة لمعناه فهي كالتفسير فلها حينئذ حكم التفسير فان كانت اكثر من القرآن الفاظا جاز للمحدث حملها مع القران وكذلك ان كانت مساوية فان كانت اقل من الفاظ القران فلا يجوز للمحدث مسها ولا حملها تغليبا للقرآن الكريم والله اعلم.

Ta'bir kitab lain bisa dirujuk pada ;
1. Nihaayatuz Zen, Hal. 33.
2. Kasyifatus Saja', Hal. 30.
3. Hasyiyah I'anatut Tholibin ma'a Hamisyha, Juz 1, Hal. 66-67. pada bab فصل في شروط الصلاة
4. Hasyiyah Sulaiman Jamal 'ala Syarhil Minhaj, Juz 1, Hal. 77 pada باب الاحداث
5. Faidhul Khobir, Hal. 23, pada nash " Qouluhu hamluhu fii mataa' ". dan Hal. 26.

Adapun khusus menyentuh Tafsir atau Terjemah AlQuran yang formatnya terpisah ( seperti Al Quran dan terjemah cetakan Kudus ) dan yang disentuh adalah teks AlQuran nya, atau paling tidak lebih banyak menyentuh teks Al Quran nya, maka hukumnya tetap HARAM, sebagaimana hasil bahtsul masail Quran Majlis Nuzulus Sakinah, Yanbu'ul Quran, Kudus.
Lihat dikitab :

( شربة الظمآن, في قرارات مباحثة مسائل القرآن, ص 91-93 )

Selamat menerjuni dunia Al Quran.

Bersambung....

( Danny Ma'shoum )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar