Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu
Kitab Ihya’ (Bag Akhir, IV)
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu Kitab
Ihya’ (Bag Akhir, IV)
(Ibnu Jauzi telah menuduh 30-an hadis dalam kitab
Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya
ternyata banyak mengandung kesalahan)
ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ
Hadis XXV
No. 3737 Hal. 124
ﺣﺪﻳﺚ " ﻣَﺎ ﻋَﻈُﻤَﺖْ ﻧِﻌْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺒْﺪٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺜُﺮَﺕْ ﺣَﻮَﺍﺋِﺞُ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﻬَﺎﻭَﻥَ ﺑِﻬِﻢْ ﻋَﺮَﺽَ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔَ ﻟِﻠﺰَّﻭَﺍﻝِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ
ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﺑﻠﻔﻆ " ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻈُﻤَﺖْ ﻣَﺆُﻭْﻧَﺔُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻓَﻤَﻦْ
ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺘَﻤِﻞْ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﻤَﺆُﻭْﻧَﺔَ . . . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ
ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭﻗﺎﻝ : ﺇﻧﻪ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻋﻠﻰ
ﺣﺠﺎﺝ ﺍﻷﻋﻮﺭ .
‘Semakin besar nikmat dari Allah kepada seorang
hamba, maka akan semakin banyak kebutuhan
orang lain kepadanya. Barangsiapa yang
mempermainkan orang-orang (yang membutuhkan
tersebut), maka ia telah mempersiapkan lenyapnya
nikmat tersebut’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu
‘Adi dan Ibnu Hibban dalam kitab al-Dlu’afa’ dari
Muadz bin Jabal dengan redaksi yang berbeda. Ibnu
Hibban juga meriwayatkannya dalam kitab al-
Dlu’afa’ dari Ibnu Abbas. Ibnu Hibban berkata:
Hadis ini palsu, yang disampaikan oleh Hajjaj al-
A’war)
Al-Sakhawi dan al-Fattanni:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab
Syu’ab al-Iman (No: 7400/7664), Abu Ya’la, dan
al-‘Askari dari Muadz bin Jabal secara marfu’. Dari
sekian riwayat yang ada, sebagian saling
memperkuat yang lain (al-Maqashid al-Hasanah
I/583 dan Tadzkirah al-Maudlu’at I/64)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
kitab Lisan al-Mizan (No: 937), al-Qudla’i dalam al-
Musnad (No: 743), Musnad Syihab (No: 798) dan
Ibnu Abi al-Dunya dalam Qada’ al-Hawaij -nya (No:
48)
Hadis XXVI
No. 3377 Hal. 296
ﺣﺪﻳﺚ " ﻣﻌﺎﺫ ﺍﻟﻄﻮﻳﻞ "
** ﺑﻄﻮﻟﻪ ﻓﻲ ﺻﻌﻮﺩ ﺍﻟﺤﻔﻈﺔ ﺑﻌﻤﻞ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻭﺭﺩ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻟﻪ
ﻣﻦ ﻛﻞ ﺳﻤﺎﺀ ﻭﺭﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻪ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻋﺰﺍﻩ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺇﻟﻰ
ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩﻩ ﻋﻦ ﺭﺟﻞ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﻭﻫﻮ
ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺭﻭﺍﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﻓﻲ ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﻛﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺴﻢ ،
ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ
‘Sesungguhnya Allah menciptakan tujuh malaikat
sebelum Allah menciptakan langit dan bumi,
kemudian Allah menciptakan langit dan menjadikan
malaikat sebagai penjaga pintu di setiap langit.
Maka malaikat pencatat amal naik ke langit dengan
membawa amal seseorang sejak pagi hingga sore.
Amal itu bercahaya seperti matahari, hingga ketika
naik ke langit yang paling rendah, amal itu
dibersihkan. Malaikat penjaga itu berkata kepada
malaikat pencatat amal: Pukulkan amal ini ke wajah
pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga ghibah
(ngrumpi/rasan-rasan). Aku ditugaskan oleh
Tuhanku agar tidak meninggalkan perbuatan orang
yang suka ngrumpi. Kemudian datang malaikat
pencatat yang membawa amal saleh, ia
membersihkannya dan memperbanyaknya, sehingga
ketika sampai ke langit kedua, malaikat penjaga
berkata: Berhenti dan pukulkan amal ini ke muka
pemiliknya. Ia menghendaki dengan amalnya ini
untuk mencari kesenangan dunia. Saya
diperintahkan oleh Tuhan saya supaya tidak
meninggalkannya. Malaikat pencatat amal naik
dengan membawa amal yang bercahaya, amal
sedekah, puasa dan salat. Malaikat pencatat
terkagum-kagum dan melewati langit ketiga.
Malaikat penjaga berkata: Berhenti dan pukulkan
amal ini ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat
‘sombong’ yang diperintahkan oleh Tuhanku agar
tidak meninggalkan amalnya. Malaikat pencatat
amal membawa amal seseorang yang berkilau
seperti bintang, amal tasbih, salat, haji dan umrah,
hingga ia melewati langit keempat. Malaikat
penjaga berkata: Berhenti dan pukulkan amal ini ke
perut dan pantat pemiliknya. Aku adalah malaikat
‘bangga diri’. Tuhanku memerintahkan aku agar
tidak meninggalkan orang yang suka
membanggakan diri. Malaikat pencatat membawa
amal yang seperti pengantin yang dihias ke langit
kelima. Malaikat penjaga berkata: Berhenti dan
pukulkan ke wajah pemiliknya dan bebankan ke
pundaknya. Aku adalah malaikat ‘dengki’, dia telah
iri hati kepada orang-orang yang belajar dan
beramal, dan dia selalu iri terhadap orang yang
mendapat kebaikan dalam ibadah, Tuhanku
memerintahkan aku agar tidak meninggalkannya.
Malaikat pencatat membawa amal ibadah salat,
zakat, haji, umrah dan puasa, mereka melewati
langit keenam. Maka malaikat penjaga berjata:
Berhenti dan pukulkan ke wajah pemiliknya. Dia
tidak memiliki belas kasihan sedikitpun pada orang
lain, jika orang lain ditimpa musibah, maka ia
bergembira. Aku adalah malaikat ‘kasih sayang’
Tuhanku memerintahkanku agar tidak
meninggalkan amalnya . Malaikat pencatat itu
membawa amal ibadah puasa, salat, nafkah, zakat,
ijtihad dan wira’i, amal itu menggelegar seperti petir
dan bersinar seperti matahari, amal itu dikawal oleh
3000 malaikat dan melewati langit ketujuh. Malaikat
penjaga berkata: Berhenti dan pukulkan ke wajah
dan tubuhnya, kuncilah di dalam hatinya. Aku
menjadi penghalang bagi setiap amal yang tidak
bertujuan mencari ridla Tuhan. Dia beramal tidak
karena Allah, dia menginginkan pangkat dan
popularitas di kotanya. Aku diperintahkan oleh
Tuhanku agar tidak meninggalkan amal tersebut.
Setiap amal yang dilakukan tidak karena Allah,
maka dia telah berbuat riya’ (pamer). Dan Allah
tidak menerima amal orang yang penuh pamrih.....
(al-Iraqi: Hadis yang panjang ini tentang naiknya
malaikat pencatat amal dan peNo:lakan para
malaikat di setiap langit, sebagaimana menurut al-
Ghazali, adalah riwayat Abdullah Ibnu Mubarak dari
Muadz, begitu juga dalam kitab al-Zuhd yang salah
satu perawinya tidak disebut. Hadis ini dicantumkan
oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini palsu yang dikarang oleh seorang yang
sudah masyhur, Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari
dari Yahya bin Salam al-Ifriqi dari Tsaur bin Yazid.
Juwaibari adalah manusia paling dusta yang sudah
banyak memalsukan hadis Rasul Saw tanpa
terhitung. Abdullah bin Wahb adalah tukang
pemalsu hadis. Ibnu Hibban menyebutnya: Dia
adalah Dajjal, yang memalsukan hadis. Qasim al-
Makfuf digolongkan oleh Ibnu Hibban sebagai
pemalsu hadis. Di jalur riwayat lain ada Abd al-
Wahid bin Zaid, menurut Yahya bin Ma’in: Dia tidak
ada apa-apanya. Menurut al-Bukhari, Nasa’i, dan
Fallas: Dia matruk. Sedangkan perawi Ya’qub,
Ahmad, Hasan, Ali bin Ibrahim adalah orang-orang
yang tidak diketahui. Dari jalur Ali, kami tidak
meragukan lagi kepalsuannya. Ada banyak perawi
yang tidak diketahui, baik identitasnya maupun
perilakunya. Diantara perawinya adalah Qasim bin
Ibrahim, yang meriwayatkan hadis tanpa ada
dasarnya. (al-Maudlu’at III/161)
Jalaluddin al-Suyuthi
secara umum Jalaluddin al-Suyuthi sependapat
dengan Ibnu al-Jauzi (al-La’ali al-Mashnu’ah
II/284)
Ali al-Kannani:
Hadis ini disebutkan oleh al-Hafidz al-Mundziri
dalam kitabnya al-Targhib dari kitab al-Zuhd karya
Ibnu Mubarak. Al-Mundziri berkata: Tanda-tanda
kepalsuan hadis ini sudah tampak baik secara
riwayat maupun teks hadisnya. Wallahu A’lam.
(Tanzih al-Syariah II/289)
Hadis XXVII
No. 4138 Hal. 305
ﺣﺪﻳﺚ " ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺘَﺠَﻠَّﻰ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻋَﺎﻣَّﺔً ﻭَﻟِﺄَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮٍ ﺧَﺎﺻَّﺔً "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ . ﻭﻗﺎﻝ ﺑﺎﻃﻞ ﺑﻬﺬﺍ
ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻤﻴﺰﺍﻥ ﻟﻠﺬﻫﺒﻲ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﺭﻭﺍﻩ ﻋﻦ
ﺍﻟﻤﺤﺎﻣﻠﻲ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺓ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﺃﻥ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ
ﻋﺒﺪﺓ ﻛﺎﻥ ﻳﻀﻊ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺦ
ﺩﻣﺸﻖ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ ﻭﺃﺑﻲ
ﺑﺮﺩﺓ ﻭﻋﺎﺋﺸﺔ .
‘Sesungguhnya Allah menampakkan kepada
manusia secara umum, dan kepada Abu Bakar
secara khusus’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu
‘Adi dari riwayat Jabir. Ia berkata: Hadis ini batil
dengan sanad tersebut. Disebutkan dalam kitab
Mizan al-I’tidal , al-Dzahabi, bahwa Daruqutni
meriwayatkannya dari al-Mahamili dari Ali bin
Abadah. Daruqutni berkata, bahwa Ali bin Abadah
memalsukan hadis. Ibnu ‘Asakir juga
meriwayatkannya dalam kitab Tarikh Damaskus
(XXX/160-163). Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini tidak benar dari semua jalur riwayatnya.
Dari jalur riwayat Anas yang pertama, maka disana
ada Muhammad bin Abdi, menurut Abu Bakar al-
Khatib: Hadis ini tidak ada dasarnya bagi orang
yang memiliki pengetahuan, Muhammad bin Abdi
telah memalsukan hadis baik secara sanad maupun
matan (teks hadis). Yang kedua terdapat Banus, dia
majhul tidak diketahui.
Dari jalur riwayat Jabir yang pertama, Muhammad
bin Khalid menjadi perawi tunggal, yang dituduh
sebagai pendusta. Yang kedua ada Ali bin Abadah,
menurut Daruquthni: Dia memalsukan hadis. (al-
Maudlu’at I/307)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Ibnu Hibban memiliki dua jalur riwayat. Riwayat
pertama terdapat perawi yang bernama Ahmad al-
Yamami, ia dituduh sangat pendusta. Riwayat kedua
terdapat perawi bernama Abdullah bin Waqid, ia
dinilai matruk. Tetapi Ahmad bin Hanbal
mengomentarinya: Dia tidak memiliki kesalahan
yang berarti. Dari jalur lain adalah sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Husain bin Basyran
dalam kitab Fawaid- nya dari Ali bin Abi Thalib (al-
La’ali al-Mashnu’ah I/263)
Al-Fattanni:
Hadis ini punya banyak riwayat. Dari Anas dan Jabir
ada banyak jalur riwayat, dari Abu Hurairah hanya
satu riwayat. Tetapi kesemuanya tersebut memiliki
kelemahan. Sementara dari jalur riwayat Aisyah
belum ada yang mengomentarinya, para perawinya
adalah orang-orang terpercaya kecuali Abu
Qatadah (Abdullah bin Waqid) yang masih
diperselisihkan. Dengan demikian, riwayat ini sesuai
dengan standar kriteria hadis hasan (Tadzkirah al-
Maudlu’at I/93)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga oleh al-Hakim (No: 4463) dan
Abu Nuaim (al-Hilyah V/11).
Hadis XXVIII
No. 4238 Hal. 376
ﺣﺪﻳﺚ " ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﺒْﺪٍ ﻳُﺨْﻠِﺺُ ِﻟﻠﻪِ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻇَﻬَﺮَﺕْ
ﻳَﻨَﺎﺑِﻴْﻊُ ﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ﻣِﻦْ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻟِﺴَﺎﻧِﻪِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﻗﺪ ﺗﻘﺪﻡ .
‘Tidak seorangpun yang ikhlas kepada Allah selama
40 hari, kecuali akan tampak pancaran sumber
hikmah dari dalam hatinya yang keluar melalui
mulutnya’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dan
Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at dari Abu
Musa)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini tidak benar jika dari Rasulullah Saw. Sebab
dari jalur Abu Ayyub, terdapat seorang perawi
bernama Yazid bin Abd al-Raman al-Wasithi,
menurut Ibnu Hibban, dia sering salah, buruk
praduganya, kontradiksi dengan perawi yang lebih
terpercaya, tidak boleh berdalil dengan dia. Ada lagi
yang bernama Hajjaj, dia dinilai negative. Begitu
pula Muhammad bin Ismail, dia majhul. Seorang
perawi yang bernama Makhul tidak pernah
berjumpa dengan Abu Ayyub, para ulama menilai
Makhul lemah hadisnya.
Dari jalur Abu Musa, Ibnu ‘Adi menilai hadis ini
munkar. Terdapat perawi yang majhul, yaitu Abd al-
Malik. Sementara dari jalur Ibnu Abbas, terdapat
perawi yang dikomentari oleh Ahmad dan Nasa’i:
Siwar bin Mush’ab adalah matruk. Yahya bin Ma’in
berkata: Dia tidak dipercaya, hadisnya tidak boleh
ditulis (al-Maudlu’at III/145)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini memiliki jalur lain yang tidak menyebutkan
Muhammad bin Ismail dan Yasid (keduanya dinilai
sangat lemah), yaitu dari Makhul secara mursal.
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim (al-Hilyah
X/70), Hannad dalam kitab al-Zuhd (No: 678), Ibnu
Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf (No: 34344),
dan diperkuat oleh hadis Ibnu Abi al-Dunya dalam
kitab Dzamm al-Dunya (dan al-Baihaqi dalam kitab
Syu’ab al-Iman No: 10531) dari Shafwan bin Salim
secara mursal, yang berbunyi:
ﻣَﻦْ ﺯَﻫَﺪَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺃَﺳْﻜَﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔَ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ
‘Barangsiapa berperilaku zuhud di dunia, Allah akan
memasukkan kata hikmah ke dalam hatinya.’ (al-
La’ali al-Mashnu’ah II/277)
Ali al-Kannani:
Hadis ini melalui jalur Ibnu Abbas disebutkan oleh
Ruzain al-‘Abdari dalam kitab Jami’ -nya. Al-Hafidz
al-Mundziri berkata: Saya tidak temukan hadis
tersebut dengan sanad yang sahih atau hasan,
hadis ini hanya ditemukan dalam kitab-kitab dlaif,
seperti kitab al-Kamil V/307 (Ibnu ‘Adi) dan
lainnya. (Tanzih al-Syariah II/305)
Al-Sakhawi:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab
al-Hilyah dari jalur Makhul dari Abu Ayyub secara
mursal, dan sanadnya dlaif. Imam Ahmad juga
meriwayatkannya dalam kitab al-Zuhd secara
mursal, tanpa menyebut Abu Ayyub (al-Maqashid
al-Hasanah I/209)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Mubarak (al-Zuhd No:
1014) dan Musnad al-Qudla’i (No: 466).
Hadis XXIX
No. 4291 Hal. 409
ﺣﺪﻳﺚ " ﺗَﻔَﻜُّﺮُ ﺳَﺎﻋَﺔٍ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺳَﻨَﺔٍ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻌﻈﻤﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ
ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺑﻠﻔﻆ ﺳﺘﻴﻦ ﺳﻨﺔ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺍﺑﻦ
ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺍﻟﺪﻳﻠﻤﻲ ﻓﻲ
ﻣﺴﻨﺪ ﺍﻟﻔﺮﺩﻭﺱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﺑﻠﻔﻆ " ﺛﻤﺎﻧﻴﻦ ﺳﻨﺔ "
ﻭﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ
ﺑﻠﻔﻆ " ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﻗﻴﺎﻡ ﻟﻴﻠﺔ " .
‘Berfikir sejenak lebih utama daripada ibadah
selama satu tahun’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Abu
Syaikh [Ibnu Hibban] dalam kitab al-‘Adzamah dari
riwayat Abu Hurairah dengan redaksi ’60 tahun’
dengan sanad yang lemah. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at. Juga
diriwayatkan oleh Abu Mansur al-Dailami dalam
Musnad al-Firdaus dari riwayat Anas dengan
redaksi ’80 tahun’, sanadnya sangat lemah. Begitu
pula Abu Syaikh dari ucapan Ibnu Abbas dengan
teks ‘lebih baik daripada ibadal semalam’)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini tidak benar. Dalam sanadnya ada dua
perawi yang sangat pendusta. Pertama Ishaq bin
Najih, Ahmad berkata: Dia manusia paling dusta.
Yahya bin Ma’in berkata: Dia dikenal pendusta dan
pemalsu hadis. Al-Fallas berkata: Dia berdusta atas
nama Nabi Muhammad Saw secara terang-
terangan. Kedua adalah Utsman, menurut Ibnu
Hibban: Dia memalsukan hadis atas nama orang-
orang terpercaya (al-Maudlu’at III/144)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini diperkuat oleh riwayat al-Dailami dan Abu
Syaikh (Ibnu Hibban) dalam kitab al-Adzamah . (al-
La’ali al-Mashnu’ah II/276)
Hadis XXX
No. 4385 Hal. 463
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﺟِﺒْﺮِﻳْﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻟِﻴَﺒْﻚِ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻰ
ﻣَﻮْﺕِ ﻋُﻤَﺮَ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻵﺟﺮﻱ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ
ﺃﺑﻲ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﺑﺴﻨﺪ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ
‘Jibril berkata kepadaku bahwa (umat) Islam akan
menangis atas kematian Umar’ (Al-Iraqi:
Diriwayatkan oleh Abu Bakr al-Ajuri dalam kitab al-
Syariah dari riwayat Ubay bin Ka’ab dengan sanad
yang sangat lemah. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at)
Al-Haitsami:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tabrani, salah satu
perawinya adalah Habib, sekretaris raja, dia adalah
matruk dan sangat pendusta. (Majma’ al-Zawaid
IV/101).
Jumat, 06 Maret 2015
SEBUAH ANALISA HADIST DALAM KITAB IHYA' ULUMIDDIN, BAG :4
SEBUAH ANALISA HADIST DALAM KITAB IHYA' ULUMIDDIN, BAG :3
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu
Kitab Ihya’ (Bag III)
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu Kitab
Ihya’ (Bag III)
(Ibnu Jauzi telah menuduh 30-an hadis dalam kitab
Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya
ternyata banyak mengandung kesalahan)
ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ
Hadis XVII
No. 2764 Hal. 80
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﻧَﺎﻓِﻊٍ : ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ e ﻳَﻘُﻮْﻝُ " ﺃَﻳُّﻤَﺎ
ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﺍﺷْﺘَﻬَﻰ ﺷَﻬْﻮَﺓً ﻓَﺮَﺩَّ ﺷَﻬْﻮَﺗَﻪُ ﻭَﺁﺛَﺮَ ﺑِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻏَﻔَﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ
ﻟَﻪُ " ( ﻣﺮﺗﻴﻦ )
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ
ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Barang siapa yang memiliki hasrat birahi, kemudian
ia menolak syahwatnya tersebut dan mengalahkan
nafsunya, maka Allah akan mengampuninya’ (Al-
Iraqi: Diriwayatkan oleh Abu Syaikh Ibnu Hibban
dalam kitab al-Tsawab dengan sanad yang sangat
lemah. Dan Ibnu al-Jauzi mencantumkannya dalam
kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini palsu, diduga pelakunya adalah Amr bin
Khalid (al Maudluat III/138)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini palsu, diduga pelakunya adalah Amr bin
Khalid al-Wasithi. (al-La’ali al-Mashnu’ah II/272)
Al-Dzahabi:
Ibnu Hibban berkata: ‘Amr bin Khalid adalah orang
terpercaya yang sudah masyhur (Mizan al-I’tidal
III/258)
Ibnu ‘Asakir:
Daruquthni berkata bahwa hadis ini adalah Gharib
(asing) dari riwayat Habib dari Nafi’. ‘Amr bin Khalid
menjadi perawi tunggal. (Tarikh Dimasyqa
XXXI/142)
Hadis XVIII
No. 1407 Hal. 30
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺷَﻜَﻮْﺕُ ﺇِﻟَﻰ ﺟِﺒْﺮِﻳْﻞَ ﺿُﻌْﻔِﻲ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻮِﻗَﺎﻉِ ﻓَﺪَﻟَّﻨِﻲ ﻋَﻠَﻰ
ﺍْﻟَﻬﺮِﻳْﺴَﺔِ " ﻣﺮﺗﻴﻦ
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺬﻳﻔﺔ ، ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ،
ﻭﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻌﺎﺫ ﻭﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﺳﻤﺮﺓ ، ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ
ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺬﻳﻔﺔ ، ﻭﺍﻷﺯﺩﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ
ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺑﻄﺮﻕ ﻛﻠﻬﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ . ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ :
ﻣﻮﺿﻮﻉ ، ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ : ﺑﺎﻃﻞ
‘Saya mengadu kepada Jibril tentang lemah syahwat
yang saya alami, ia memberi petunjuk supaya
mengkonsumsi Harisah (sejenis adonan yang
terbuat dari susu dan madu).’ (Al-Iraqi:
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dari riwayat Hudzaifah
dan Ibnu Abbas, oleh al-Uqaili dari Muadz dan Jabir
bin Samurah, oleh Ibnu Hibban dalam kitab al-
Dlu’afa’ dari Hudzaifah, oleh al-Azdi dalam kitab al-
Dlu’afa’ dari Abu Hurairah, semuanya dengan sanad
yang dlaif. Ibnu ‘Adi mengatakan: Hadis tersebut
adalah palsu. Al-Uqaili berkata: Ini Hadis batil)
Al-Fattanni:
Semua jalur sanadnya adalah dlaif, dan ada yang
mengatakan palsu. (Tadzkirah al-Maudluat I/63)
Al-’Ajluni dan al-Fattanni:
Hadis-hadis yang berkaitan dengan makanan
Harisah tidak ada yang sahih. Hadis-hadis tersebut
dibuat-buat oleh Muhammad bin Hajjaj al-Lakhmi,
penjual makanan Harisah (supaya jualannya laku).
(Kasyf al-Khafa’ I/175 dan Tadzkirah al-Maudlu’at
I/145)
Hadis XIX
No. 3269 Hal. 237
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺍﻟﺴَّﺨَﺎﺀُ ﺷَﺠَﺮَﺓٌ ﻣِﻦْ ﺷَﺠَﺮِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺃَﻏْﺼَﺎﻧُﻬَﺎ ﻣُﺘَﺪَﻟِّﻴَﺔٌ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻐُﺼْﻦٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻗَﺎﺩَﻩُ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻐُﺼْﻦُ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻭﺍﺑﻦ
ﻋﺪﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺘﺠﺎﺩ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ
ﻭﺳﻴﺄﺗﻲ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ ﻭﻛﻼﻫﻤﺎ ﺿﻌﻴﻒ
ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺜﻬﻢ ﻭﻣﻦ
ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﻭﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ
‘Dermawan adalah sebuah pohon di surga, yang
dahannya terurai ke bumi. Barangsiapa yang
berpegang pada salah satu dahannya tersebut, ia
akan menuntunnya ke surga’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan
Ibnu Hibban dalam kitab al-Dlu’afa’ dari Aisyah,
oleh Ibnu ‘Adi dan Daruqutni dalam kitab al-
Mustajad dari riwayat Abu Hurairah, oleh Abu Nuaim
dari riwayat Jabir, kedua sanadnya dlaif. Ibnu al-
Jauzi mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at
dari semua jalur)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini dari semua jalurnya tidak benar. Pertama,
dari jalur Husain, terdapat perawi Said bin
Maslamah, yang menurut Yahya bin Ma’in: Dia tidak
ada apa-apanya. Kedua , jalur Abu Hurairah,
perawinya adala Abd al-Aziz bin Imran, menurut
Yahya bin Ma’in: Dia tidak dipercaya. Menurut
Nasa’i: Dia matruk hadisnya. Menurut al-Bukhari:
Hadisnya tidak ditulis. Begitu juga perawi Ibrahim
bin Ismail, menurut Yahya bin Ma’in: Dia tidak ada
apa-apanya. Ada juga Dawud bin Husain, menurut
Ibnu Hibban: Riwayat hadisnya harus dijauhi.
Daruquthni berkata: Hadis A’raj adalah palsu. Yahya
bin Ma’in berkata: Amr bin Jami’ tidak dipercaya,
Ma’mun adalah pendusta yang buruk, dan Said bin
Muhammad tidak ada apa-apanya. Ketiga , dari jalur
Abu Said, diantara perawinya adalah Muhammad bin
Maslamah, yang dinilai sangat lemah oleh Lalikani
dan Khallal. Keempat , jalur Jabir, diantara perawinya
adalah ‘Ashim bin Abdillah yang dinilai dlaif oleh
apa para ulama, juga ada Abd al-Aziz bin khaldun,
dinilai oleh Yahya bin Ma’in: Dia tidak ada apa-
apanya, sangat pendusta, mengaku-ngaku
meriwayatkan hadis yang sama sekali tidak
diwahyukan oleh Allah. Kelima, dari jalu Aisyah,
perawinya adalah Ismail bin Ubbad, menurut
Daruquthni: Dia matruk. (al-Maudlu’at II/182)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi ( Syu’ab
al-Iman No: 10449, ia menilainya dlaif) dan al-
Khatib. Teks riwayat al-Khatib adalah:
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ e ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﺨَﺎﺀَ ﺷَﺠَﺮَﺓٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺃَﻏْﺼَﺎﻧُﻬَﺎ
ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻐُﺼْﻦٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺟَﺮَّﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺒُﺨْﻞَ
ﺷَﺠَﺮَﺓٌ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺃَﻏْﺼَﺎﻧُﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻐُﺼْﻦٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
ﺟَﺮَّﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
‘Dermawan adalah sebuah pohon di surga, yang
dahannya terurai ke bumi. Barangsiapa yang
berpegang pada salah satu dahannya tersebut, ia
akan menariknya ke surga. Dan kikir (pelit) adalah
sebuah pohon di neraka, yang dahannya terurai ke
bumi. Barangsiapa yang berpegang pada salah satu
dahannya tersebut, ia akan menariknya ke neraka.’
’Ashim dinilai dlaif, dan gurunya sangat pendusta
(al-La’ali al-Mashnu’ah II/79)
Ali al-Kannani:
Penilaian hadis palsu ini dikaji ulang. Sebab hadis
ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Hasan dan Abu
Hurairah, ia menilainya dlaif. Sedangkan perawi
Said bin Maslamah status hadisnya bernilai hasan
apabila didukung riwayat lain. Dawud bin Hushain
dinilai terpercaya oleh mayoritas ulama, dan ahli
hadis yang enam (Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Kecacatannya
karena ia berbuat bid’ah. Dengan demikian, jalur
tunggal ini saja sudah baik (jayyid ), apalagi
didukung riwayat lain, seperti Ibnu ‘Asakir dari
Anas, al-Baihaqi, al-Khatib dalam kitab al-Bukhala’
dan Ibnu ‘Asakir dari riwayat Abdullah bin Jarad
(Tarikh Dimasyqa XXXXX /289). Menurut al-Baihaqi
sanadnya dlaif. (Tanzih al-Syariah II/137)
Hadis XX
No. 3271 Hal. 244
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ " ﻣَﺎ ﺟَﺒَﻞَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﺨَﺎﺀِ ﻭَﺣُﺴْﻦِ
ﺍﻟْﺨُﻠُﻖِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺘﺠﺎﺩ ﺩﻭﻥ ﻗﻮﻟﻪ " ﻭﺣﺴﻦ
ﺍﻟﺨﻠﻖ " ﺑﺴﻨﺪ ﺿﻌﻴﻒ ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺑﻘﻴﺔ
ﻋﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺴﻔﺮ ﻋﻦ ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺰﻫﺮﻱ ﻋﻦ
ﻋﺮﻭﺓ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ، ﻭﻳﻮﺳﻒ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ .
‘Allah tidak pernah memberi watak kepada kekasih-
Nya kecuali dengan dermawan dan moral yang
baik’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Daruqutni dalam
kitab al-Mustajad tanpa redaksi ‘moral yang baik’
dengan sanad yang lemah, oleh Ibnu al-Jauzi dala
kitab al-Maudlu’at, juga oleh Ibnu ‘Adi dari riwayat
Baqiyah dari Yusuf bin Abi Safar dari Auza’i dari
Zuhri dari ‘Urwah dari Aisyah. Yusuf adalah perawi
yang sangat lemah)
Ibnu al-Jauzi:
Ini adalah hadis yang tidak benar. Abu Zur’ah dan
Nasa’i berkata: Yusuf adalah matruk. Ibnu Hibban
berkata: Tidak boleh berdalil dengan Yusuf. (al-
Maudlu’at II/179)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Daruquthni berkata bahwa yusuf berdusta, hadisnya
tidak kuat (al-La’ali al-Mashnu’ah II/77)
Al-’Ajluni:
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Dailami dari
Aisyah secara marfu’ dengan sanad yang lemah.
Hadis ini diperkuat oleh riwayat lain, diantaranya:
ﻭَﻣِﻦْ ﺷَﻮَﺍﻫِﺪِﻩِ ﻣَﺎ ﺭَﻓَﻌَﻪُ ﺃَﻧَﺲٌ ﻗَﺎﻝَ e ﺃَﻥَّ ﺑُﺪَﻟَﺎﺀَ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟَﻢْ
ﻳَﺪْﺧُﻠُﻮْﺍ ﺍْﻟﺠَﻨَّﺔَ ﺑِﺼَﻮْﻡٍ ﻭَﻟَﺎ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺳَﺨَﺎﺀِ
ﺍﻟْﺄَﻧْﻔُﺲِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ
‘Sesungguhnya para wali Abdal dari umatku tidak
masuk ke surga karena salat puasa dan salat, tetapi
karena rahmat dari Allah, jiwa yang dermawan dan
kasih sayang kepada umat Islam.’ (Kasyf al-Khafa’
II/185)
Hadis XXI
No. 3277 Hal. 244
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ " ﺗَﺠَﺎﻓُﻮْﺍ ﻋَﻦْ ﺫَﻧْﺐِ ﺍﻟﺴَّﺨِﻲّ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺁﺧِﺬٌ
ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻛُﻠَّﻤَﺎ ﻋَﺜَﺮَ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻷﻭﺳﻂ ﻭﺍﻟﺨﺮﺍﺋﻄﻲ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﺭﻡ
ﺍﻷﺧﻼﻕ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺨﺮﺍﺋﻄﻲ " ﺃَﻗِﻴْﻠُﻮْﺍ ﺍﻟﺴَّﺨِﻲَّ ﺯُﻟَّﺘَﻪُ " ﻭﻓﻴﻪ
ﻟﻴﺚ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻠﻴﻢ ﻣﺨﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻴﻪ ﻭﺃﺑﻮ
ﻧﻌﻴﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻧﺤﻮﻩ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ
ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ .
‘Bersikaplah pemaaf atas kesalahan orang yang
dermawan. Sebab Allah akan memegang tangannya
setiap ia terlepas’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh
Thabrani dalam kitab Mu’jam al-Ausath (No: 5871),
oleh al-Kharaithi dalam kitab Makarim al-Akhlaq
dengan teks yang berbeda. Di dalam sanadnya
terdapat Laits bin Abi Salim yang masih
diperselisihkan, juga diriwayatkan oleh Thabrani
dan Abu Nuaim dari riwayat Ibnu Mas’ud, dengan
sanad yang lemah. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at dari
jalur Daruqutni)
Ibnu al-Jauzi:
Dalam riwayat ini, Abd al-Rahim bin Hammad
menjadi perawi tunggal. Al-Uqaili berkata: Abd al-
Rahim bercerita kepada A’masy dengan sesuatu
yang bukan hadisnya. (al-Maudlu’at II/185)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini dengan jalur sanad yang sama juga
diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-
Iman (No: 10444 - 10445). Ia berkata bahwa
sanadnya dhaif. Tuduhan bahwa Abd al-Rahim bin
Hammad al-Tsaqafi menjadi perawi tunggal juga
tidak benar, karena Thabrani dalam kitab Mu’jam
al-Ausath (No: 5871), Ibnu ‘Asakir, Abu Nuaim
dalam kitab al-Hilyah (IV/108) dan al-Khatib dalam
kitab al-Tarikh juga meriwayatkan hadis tersebut
dari jalur riwayat yang lain. (al-La’ali al-Mashnu’ah
II/80)
Ali al-Kannani:
Dalam kitab Lisan al-Mizan (Ibnu Hajar) disebutkan
bahwa Ibnu Hibban memasukan Abd al-Rahman ke
dalam kategori orang-orang terpercaya (Tanzih al-
Syariah II/138)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga oleh al-Qudla’i dalam kitab al-
Musnad (No: 677) dan Musnad Syihab (No: 726).
Hadis ini secara kandungan makna memiliki banyak
riwayat dengan teks hadis yang berbeda-beda,
perawinya sebagian ada yang sahih dan ada yang
dlaif. (al-Haitsami, Majma’ al-Zawaid III/120)
Hadis XXII
No. 3265 Hal. 236
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺃَﺑَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﺮْﺯُﻕَ ﻋَﺒْﺪَﻩُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ
ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻠﻰ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ
ﻭﺍﻩ ، ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Allah enggan untuk memberi rezeki kepada hamba-
Nya yang mukmin kecuali dari arah yang tak
terduga’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
dalam kitab al-Dlu’afa’ dari hadis Ali dengan sanad
yang sangat lemah, dan disebutkan oleh Ibnu al-
Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Abu Hatim dan Ibnu Hibban: Hadis ini palsu. Dalam
riwayat ini terdapat Ahmad bin Dawud, dia yang
memalsukan hadis. Menurut Daruqutni: Dia matruk
dan sangat pendusta (al-Maudlu’at II/153)
Jalaluddin al-Suyuthi:
al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentari hadis ini dalam
kitab Lisan al-Mizan bahwa hadis ini diriwayatkan
oleh Ibnu Abd al-Barr dalam kitab al-Tamhid .
Riwayat ini juga didukung oleh al-Baihaqi dalam
kitab Syu’ab al-Iman (No: 1197) dan menilai
sanadnya dlaif, juga oleh al-Hakim dalam kitab al-
Tarikh-nya. (al-La’ali al-Mashnu’ah II/59)
Al-Fattanni:
Hadis ini juga dinilai palsu oleh al-Shaghani
(sebagaimana Ibnu al-Jauzi). Dijelaskan dalam kitab
al-La’ali (al-Suyuthi) bahwa hadis panjang ini
memiliki banyak riwayat yang mengeluarkannya dari
kategori hadis palsu. Dalam kitab al-Maqashid (al-
Sakhawi) disebutkan bahwa sanadnya sangat
lemah, maknanya sesuai dengan QS. Al-Talaq: 3.
(Tadzkirah al-Maudlu’at I/190)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan pula oleh al-Qudla’i dalam al-Musnad
(No: 554), Musnad Syihab (No: 585) dan al-Dailami
dalam Musnad-nya (I/80). Begitu pula diriwayatkan
oleh al-‘Askari dengan sanad yang sembrono (al-
Munawi, Faidl al-Qadir I/71)
Hadis XXIII
No. 3286 Hal. 240
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ " ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔُ ﺩَﺍﺭُ ﺍﻟْﺄَﺳْﺨِﻴَﺎﺀِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺘﺠﺎﺩ
ﻭﺍﻟﺨﺮﺍﺋﻄﻲ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻻ ﻳﺼﺢ ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ
ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺬﻫﺒﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻨﻜﺮ ﻣﺎ
ﺁﻓﺘﻪ ﺳﻮﻯ ﺟﺤﺪﺭ ﻗﻠﺖ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺁﺧﺮ
ﻭﻓﻴﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ ﺍﻟﻤﻮﻗﺮﻱ ﻭﻫﻮ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ .
‘Surga adalah rumah orang-orang yang
dermawan’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi
dan Daruqutni dalam kitab al-Mustajad dan al-
Kharaithi (Makarim al-Akhlaq No: 561). Daruqutni
berkata: Hadis ini tidak sah. Dari jalur ini Ibnu al-
Jauzi mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at.
Al-Dzahabi berkata: Hadis ini munkar, tidak lain
bersumber dari Jahdar. Al-Iraqi: Daruqutni juga
meriwayatkannya dengan jalur sanad yang lain,
terdapat seorang perawi Muhammad bin Walid al-
Muqiri yang sangat lemah)
Ibnu al-Jauzi:
Ibnu ‘Adi berkata: Jahdar mencuri hadis, dia
meriwayatkan hadis-hadis munkar dan menambah-
nambah sanad. Daruquthni berkata: Hadis ini tidak
benar. (al-Maudlu’at II/185)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini diriwayatkan oleh Daruquthni dalam kitab
Mustajad, al-Kharaithi dalam kitab Makarim al-
Akhlaq (No: 561) dan Thabrani dalam kitab Mu’jam
al-Ausath . Jahdar bernama Ahmad bin Abd al-
Rahman bin Haris, dia diperkuat dalam riwayat lain.
Al-Khatib dalam kitab al-Bukhala’ meriwayatkan
hadis yang sama dari Anas, tetapi dalam sanad ini
terdapat perawi bernama Ibrahim bin Bakr al-
Syaibani yang dinilai matruk (al-La’ali al-Mashnu’ah
II/81)
Ali al-Kannani:
Riwayat Jahdar diperkuat oleh Baqiyyah, ia lebih
baik perilakunya. (Tanzih al-Syariah II/138)
Al-’Ajluni:
Hadis ini diriwayatkan oleh Daruquthni dari jalur
riwayat lain yang dlaif, tetapi memiliki hadis-hadis
pendukung. Juga diriwayatkan oleh Abu Syaikh
(Ibnu Hibban), al-Khatib dalam kitab al-Bukhala’ ,
dan al-Dailami dari Anas dengan redaksi:
ﺍْﻟﺠَﻨَّﺔُ ﺩَﺍﺭُ ﺍﻟْﺄَﺳْﺨِﻴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﺎ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
ﺑَﺨِﻴْﻞٌ ﻭَﻟَﺎ ﻋَﺎﻕٌّ ﻭَﺍﻟِﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﻣَﻨَّﺎﻥٌ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻋْﻄَﻰ .
‘Surga rumah bagi orang dermawan. Demi Tuhan
yang menguasai saya, tidak akan masuk surga
orang yang kikir, yang durhaka pada kedua orang
tuanya, dan orang yang selalu mengungkit-ungkit
pemberiannya’ (Kasyf al-Khafa’ I/337)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga oleh al-Qudla’i dalam al-Musnad
(No: 111), Musnad Syihab (No: 117) dan al-Dailami
dalam Musnad al-Firdaus (2608)
Hadis XXIV
No. 3365 Hal. 268
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻟِﻠْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺮِﺩْﻧِﻲ ﺑِﻌَﻤَﻠِﻪِ
ﻓَﺎﺟْﻌَﻠُﻮْﻩُ ﻓِﻲ ﺳِﺠِّﻴْﻦٍ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﺧﻼﺹ ﻭﺃﺑﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻌﻈﻤﺔ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ
ﺣﻤﺰﺓ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﻣﺮﺳﻼ ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Sesungguhnya Allah berfirman kepada para
Malaikat: Sesungguhnya orang ini tidak beramal
untuk-Ku, maka letakkan ia di neraka Sijjin’ (Al-
Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak dalam kitab
al-Zuhd , oleh Ibnu Abi al-Dunya dalam kitab al-
Ikhlash, juga oleh Abu Syaikh [Ibnu Hibban] dalam
kitab al-‘Adzamah dari riwayat Hamzah bin Habib
secara Mursal. Dan Ibnu al-Jauzi mencantumkannya
dalam kitab al-Maudlu’at)
Ishamuddin al-Shabithi:
Hadis ini dlaif (Jami’ al-ahadits al-Qudsiyah I/2).
SEBUAH ANALISA HADIST DALAM KITAB IHYA' ULUMIDDIN, BAG :2
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu
Kitab Ihya’ (Bag II)
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu Kitab
Ihya’ (Bag II)
(Ibnu Jauzi telah menuduh 30-an hadis dalam kitab
Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya
ternyata banyak mengandung kesalahan)
ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ
Hadis IX
No. 1297 Hal. 4
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺍَﻛْﺮِﻣُﻮْﺍ ﺍﻟْﺨُﺒْﺰَ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﻗﺎﻧﻊ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ
ﺑﻦ ﺃﻡ ﺣﺮﺍﻡ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Muliakanlah roti’ (al-Iraqi: Diriwayatkan oleh al-
Bazzar, Thabrani dan Ibnu Qani’ dari Abdullah bin
Ummi Haram, dengan sanad yang sangat lemah.
Hadis ini dicantumkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam
kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Ini adalah hadis yang tidak benar. Dalam sanadnya
terdapat Abdul Malik bin Abd al-Rahman, menurut
Abu Hafsh al-Fallas, dia sangat pendusta (al-
Maudlu’at II/291)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini memiliki jalur riwayat yang lain (tidak
melalui Abd Malik bin Abd al-Rahman), seperti yang
diriwayatkan oleh Hakim al-Tirmidzi, Abu Nuaim
dalam kitab al-Hilyah (V/246), Thabrani dalam kitab
Mu’jam al-Kabir (No: 18284), Baihaqi dalam kitab
Syu’ab al-Iman (No: 5869). Seperti teks riwayat
hakim al-Turmudzi:
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ e ﺃَﻛْﺮِﻣُﻮْﺍ ﺍْﻟﺨُﺒْﺰَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻧْﺰَﻟَﻪُ ﻣِﻦْ
ﺑَﺮَﻛَﺎﺕِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺃَﺧْﺮَﺟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﺮَﻛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ
‘Muliakanlah roti, karena Allah menurunkannya dari
berkah langit dan bumi’ (al-La’ali al-Mashnu’ah
II/181)
Al Hafidz al-Haitsami:
Hadis tersebut dari riwayat al-Bazzar dan Thabrani.
Ia menilai Abd Malik bin Abd al-Rahman sebagai
perawi dlaif, bukan pendusta. (Makma’ al-Zawaid
II/251)
Hadis X
No. 1333 Hal. 12
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻣَﻦْ ﺻَﺎﺩَﻑَ ﻣِﻦْ ﺃَﺧِﻴْﻪِ ﺷَﻬْﻮَﺓً ﻏَﻔَﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺮَّ
ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻓَﻘَﺪْ ﺳَﺮَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ "
ﺍ** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺪﺭﺩﺍﺀ " ﻣَﻦْ
ﻭَﺍﻓَﻖَ ﻣِﻦْ ﺃَﺧِﻴْﻪِ ﺷَﻬْﻮَﺓً ﻏُﻔِﺮَ ﻟَﻪُ " ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﺣﺪﻳﺚ
ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻭﺭﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ
ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ " ﻣَﻦْ ﺳَﺮَّ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺳَﺮَّ ﺍﻟﻠﻪَ . . . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
" ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ ﺑﺎﻃﻞ ﻻ ﺃﺻﻞ ﻟﻪ .
‘Barangsiapa yang mengabulkan keinginan
saudaranya, maka Allah akan mengampuninya. Dan
barangsiapa yang menyenangkan saudaranya yang
mukmin, maka ia telah menyenangkan Allah ‘azza
wa jalla’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan
Thabrani dari Abu Darda’ dengan redaksi ‘wafaqa’.
Ibnu al-Jauzi berkata bahwa hadis ini palsu. Juga
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan al-Uqaili dalam
kitab al-Dlua’fa’ dari Abu Bakar al-Shiddiq. Al-
Uqaili berkata bahwa hadis ini adalah bathil dan
tidak ada dasarnya)
Ibnu al-Jauzi:
Ini adalah hadis palsu. Dalam riwayat tersebut
terdapat Umar bin Hafsh, menurut Ahmad bin
Hanbal: Kami membakar hadisnya. Yahya bin Ma’in
berkata: Dia tidak ada apa-apanya. Nasa’i berkata:
Dia hadisnya matruk . (al-Maudlu’at II/171)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini juga diriwayatkan oleh az-Bazzar dan
Thabrani. Thabrani berkata: Hafsh bukan orang
yang kuat (dlaif). (al-La’ali al-Mashnu’ah II/72)
Ali al-Kannani:
Tuduhan atas hadis tersebut dikaji ulang, sebab
hadis ini diperkuat oleh hadis lain yang
diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman
No: 3231;
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻣَﺮْﻓُﻮْﻋًﺎ ﻗﺎَﻝَ e ﻣَﻦْ ﺃَﻃْﻌَﻢَ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢَ ﺷَﻬْﻮَﺗَﻪُ
ﺣَﺮَّﻣَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
‘Barangsiapa yang memberi makan kepada
saudaranya yang muslim sesuai dengan
keinginannya, maka Allah mengharamkan neraka
kepadanya.’ Tetapi dengan sanad ini al-Baihaqi
menilai munkar. (Tanzih al-Syariah II/135)
Al-Haitsami:
Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Thabrani dan al-
Bazzar, salah seorang perawinya adalah Ziyad bin
Namir, ia dinilai terpercaya oleh Ibnu Hibban. Ibnu
Hibban juga menilainya: Terkadang ia salah. Ziyad
juga dinilai dlaif oleh ulama lain. Di dalam sanad
tersebut ada seorang perawi yang tidak saya
ketahui. (Majma’ al-Zawaid V/29)
Hadis XI
No. 1334 Hal. 12
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺟَﺎﺑِﺮٍ " ﻣَﻦْ ﻟَﺬَّﺫَ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﺸْﺘَﻬِﻲ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﻟْﻒَ
ﺃَﻟْﻒِ ﺣَﺴَﻨَﺔٍ ﻭَﻣَﺤَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻟْﻒَ ﺃَﻟْﻒِ ﺳَﻴِّﺌَﺔٍ ﻭَﺭَﻓَﻊَ ﻟَﻪُ ﺃَﻟْﻒَ ﺃَﻟْﻒِ
ﺩَﺭَﺟَﺔٍ ﻭَﺃَﻃْﻌَﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺙِ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﺟَﻨَّﺔِ ﺍْﻟﻔِﺮْﺩَﻭْﺱِ ﻭَﺟَﻨَّﺔِ
ﻋَﺪْﻥٍ ﻭَﺟَﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠْﺪِ "
** ﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ
ﻧﻌﻴﻢ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻫﺬﺍ
ﺑﺎﻃﻞ ﻛﺬﺏ .
‘Barangsiapa yang memberi kesenangan kepada
saudaranya sesuai dengan keinginannya, maka Allah
mencatat baginya satu juta kebaikan, menghapus
satu juta kesalahannya, mengangkat satu juta
derajatnya, dan Allah memberinya makanan dari
tiga surga, surga firdaus, ‘adn dan khuldi’ (Al-Iraqi:
Hadis ini dicantumkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam
kitab al-Maudlu’at dari riwayat Muhammad bin
Nuaim dari Ibnu Zubair dari Jabir. Ahmad bin Hanbal
berkata: Hadis ini batil dan dusta)
Ibnu al-Jauzi:
Ahmad bin Hanbal berkata: Ini hadis batil dan
Muhammad bin Nuaim sangat pendusta. Abu Hatim
al-Razi berkata: Dia tidak dikenal (al-Maudlu’at
II/172)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Ahmad bin Hanbal berkata: Ini hadis batil dan
Muhammad bin Nuaim sangat pendusta (al-La’ali
al-Mashnu’ah II/73)
Al-Syaukani:
Ahmad bin Hanbal berkata: Hadis ini batil. Dalam
sanadnya ada perawi yang sangat pendusta, yaitu
Muhammad bin Nuaim. Hadis ini juga diriwayatkan
oleh al-Thabrani dari Jabir dengan redaksi:
ﻣَﻦْ ﺃَﻃْﻌَﻢَ ﺃَﺧَﺎﻩُ ﺧُﺒْﺰًﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺸْﺒِﻌَﻪُ ﻭَﺳَﻘَﺎﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺣَﺘَّﻰ
ﻳَﺮْﻭِﻳَﻪُ ﺑَﺎﻋَﺪَﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺳَﺒْﻊَ ﺧَﻨَﺎﺩِﻕ ﻛُﻞُّ ﺧَﻨْﺪَﻕٍ ﻣَﺴِﻴْﺮَﺓُ
ﺧَﻤْﺴِﻤِﺎﺋَﺔٍ
‘Barangsiapa memberi makan roti kepada
saudaranya hingga kenyang, atau memberi minum
hingga hilang dahaganya, maka Allah akan
menjauhkannya dari neraka dengan tujuh jurang,
yang masing-masing jurang jarak tempuhnya 500
tahun’
Ibnu Hibban berkata: hadis ini palsu. Menurut Ibnu
Hajar hadis ini diriwayatkan oleh al-Hakim dalam
kitab al-Mustadrak (No hadis: 7172), al-Hakim
berkata: Hadis ini sanadnya sahih dan al-Dzahabi
tidak memberi komentar atas tashih ini (bahkan ia
juga menilai sahih), padahal dalam sanad ini
terdapat perawi yang bernama Raja’ bin Abi Atha’
al-Ma’afiri. Al-Hakim dalam kitabnya al-Tarikh dan
al-Dzahabi mengatakan bahwa Raja’ bin Abi ‘Atha’
terkadang meriwayatkan hadis palsu. (al-Fawaid al-
Majmu’ah I/36)
Al-Haitsami:
Hadis ini (riwayat al-Hakim secara sanad, dan teks
hadis yang sedikit berbeda) juga diriwayatkan oleh
al-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir (No
hadis: 1498) dan kitab al-Mu’jam al-Ausath (No
hadis: 6706), tetapi Raja’ bin Abi Atha’ adalah
perawi dlaif. (Majma’ al-Zawaid III/173)
Hadis XII
No. 1425 Hal. 38
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ e ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻥَّ ﻟِﻲ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓً ﻟَﺎ ﺗَﺮُﺩُّ
ﻳَﺪَ ﻟَﺎﻣِﺲٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻃَﻠِّﻘْﻬَﺎ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻧِّﻲ ﺃُﺣِﺒُّﻬَﺎ . ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻣْﺴِﻜْﻬَﺎ "
** ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ، ﻗﺎﻝ
ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ : ﻟﻴﺲ ﺑﺜﺎﺑﺖ ، ﻭﺍﻟﻤﺮﺳﻞ ﺃﻭﻟﻰ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ . ﻭﻗﺎﻝ
ﺃﺣﻤﺪ : ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻨﻜﺮ ، ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Seseorang datang kepada Rasulullah Saw. Ia
bertanya: Saya mempunyai istri yang tidak menolak
dari sentuhan tangan lelaki lain. Nabi bersabda:
“Ceraikan dia!” Orang tersebut berkata: “Tapi saya
masih mencintainya.” Nabi bersabda: “Jangan kau
ceraikan dia” (al-Iraqi: HR Abu Dawud dan Nasa’i
dari Ibnu Abbas. Nasa’i berkata: Hadis ini tidak
kuat. Hadis ini lebih tepatnya sebagai hadis mursal.
Ahmad berkata: Hadis ini munkar. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Ahmad bin Hanbal berkata: Hadis ini tidak dari
Rasulullah Saw, tidak ada dasarnya (al-Maudlu’at
II/272)
Jalaluddin al-Suyuthi:
al-Hafidz Ibnu Hajar pernah ditanya mengenai hadis
ini, beliau menjawab: Hadis ini adalah Hasan-Sahih,
dan tidak benar orang yang menilainya sebagai
hadis palsu (al-La’ali al-Mashnu’ah II/1145)
Al-Hafidz Ibnu Hajar:
Perawi hadis ini adalah orang-orang terpercaya
(Raudlat al-Muhadditsin III/80)
Al-Hafidz al-Haitsami:
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dalam
Mu’jam al-Ausath (No: 4863 dan 6597), perawinya
adalah perawi-perawi hadis sahih (Majma’ al-
Zawaid II/228)
Hadis XIII
No. 1465 Hal. 43
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﺃَﻭَّﻝُ ﺣُﺐٍّ ﻭَﻗَﻊَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺣُﺐُّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲّ e ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ "
** ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﻌﺎﺹ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ : ﺃﻱ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻚ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : " ﻋﺎﺋﺸﺔ . . .
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ " ﻭﺃﻣﺎ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻭﻝ ﻓﺮﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ، ﻭﻟﻌﻠﻪ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻵﺧﺮ ﺃﻥ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﺃﻭﻝ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻳﺮﻳﺪ
ﺑﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ، ﻭﺇﻻ ﻓﻤﺤﺒﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ e ﻟﺨﺪﻳﺠﺔ ﺃﻣﺮ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺗﺸﻬﺪ
ﻟﻪ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ .
‘Rasa cinta yang pertama kali terjadi dalam Islam
adalah cinta Nabi Muhammad Saw kepada
Aisyah’ (Al-Iraqi: HR Bukhari-Muslim dari hadis Amr
bin ‘Ash, ia bertanya: Siapa yang paling engkau
cintai, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Aisyah.
Sedangkan tentang ‘Rasa cinta yang pertama kali’
disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-
Maudlu’at dari hadis Anas)
Ibnu al-Jauzi:
al-Muqiri adalah perawi tunggal hadis ini dan tidak
ada yang meriwayatkan darinya kecuali Musa bin
Muhammad bin Atha’, dan keduanya sangat
pendusta. Ahmad dan Yahya berkata: al-Muqiri
tidak ada apa-apanya. Ibnu Hibba berkata: Musa bin
Muhammad memalsukan beberapa hadis atas nama
perawi-perawi terpercaya (al-Maudlu’at II/267)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Khatib dari al-
Hafidz Abu Nuaim (al-Hilyah II/44) dari jalur Zuhri
dari Anas. (al-La’ali al-Mashnu’ah II/141)
Ali al-Kannani:
Tuduhan palsu ini dikaji ulang. Selain al-Muqiri,
Muhammad bin Zubair juga turut meriwayatkan dari
Zuhri. (Tanzih al-Syariah II/206)
Hadis XV
No. 1526 Hal. 55
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺃَﻧَﺲٍ " ﻣَﻦْ ﺣَﻤَﻞَ ﻃَﺮْﻓَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴُّﻮْﻕِ ﺇِﻟَﻰ ﻋِﻴَﺎﻟِﻪِ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ
ﺣَﻤَﻞَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺻَﺪَﻗَﺔً "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺨﺮﺍﺋﻄﻲ ﺑﺴﻨﺪ ﺿﻌﻴﻒ ﺟﺪﺍ ، ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ
ﻋﺪﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺎﻣﻞ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ : ﺣﺪﻳﺚ ﻣﻮﺿﻮﻉ
‘Barangsiapa yang membawa sesuatu dari pasar
untuk keluarganya, maka seolah dia telah membawa
sedekah untuk mereka’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh
al-Kharaithi dengan sanad yang sangat lemah, dan
oleh Ibnu ‘Adi dalam kitab al-Kamil . Ibnu al-Jauzi
mengatakan: Ini hadis palsu)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini palsu. Terdapat banyak perawi dlaif,
seperti Yazid Raqqasyi yang sering salah dalam
meriwayatkan hadis. Juga terdapat Dlirar bin Amr,
bapaknya dlirar, dan Hammad bin Amr, menurut
Yahya bin Ma’in: Mereka tidak ada apa-apanya. (al-
Maudlu’at II/276)
Jalaluddin al-Suyuthi:
al-Iraqi dalam kitab Takhrij- nya menilai hadis ini
sangat lemah (al-La’ali al-Mashnu’ah II/150)
Ali al-Kannani:
Penilaian palsu terhadap hadis ini dikaji ulang.
Karena hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Dailami
dan Abu Nuaim dalam kitab Fadlilah al-Muhtasibin
dari Ibnu Abbas. Tapi dalam sanad ini terdapat Ali
bin Hatim al-Makfuf dari Syarik, dalam kitab al-
Mizan (al-Dzahabi) dia adalah majhul atau tidak
dikenal dan terkadang ucapannya mengandung
kemungkaran (Tanzih al-Syariah II/209)
Hadis XVI
No. 1636 Hal. 88
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻣَﻦْ ﺃَﻛْﺮَﻡَ ﻓَﺎﺳِﻘًﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﻋَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺪْﻡِ ﺍﻟْﺈِﺳْﻼَﻡِ
" ( ﻣﺮﺗﻴﻦ )
** ﻏﺮﻳﺐ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻠﻔﻆ ، ﻭﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ " ﻣَﻦْ ﻭَﻗَّﺮَ ﺻَﺎﺣِﺐَ
ﺑِﺪْﻋَﺔٍ . . . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ ،
ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻷﻭﺳﻂ ، ﻭﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ
ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻳﺴﺮ ﺑﺄﺳﺎﻧﻴﺪ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ : ﻛﻠﻬﺎ
ﻣﻮﺿﻮﻋﺔ .
‘Barangsiapa yang memuliakan oran fasiq, maka ia
telah turut andil dalam menghancurkan Islam’ (Al-
Iraqi: Dengan redaksi tersebut hadis ini dinilai
gharib (langka). Yang populer dengan teks:
Barangsiapa yang mengagungkan pelaku bid’ah…
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dari riwayat Aisyah,
oleh Thabrani dalam kitab Mu’jam al-Ausath (No:
6963), dan oleh Abu Nuaim dalam kitab al-Hilyah
(V/218 – VI/97 – VIII/103) dari riwayat Abdullah bin
Yusr, semua sanadnya dlaif. Ibnu al-Jauzi
mengatakan: Semua hadis tersebut adalah palsu)
Ibnu al-Jauzi:
Semua riwayat tentang hadis ini adalah batil dan
palsu. Riwayat pertama dari Ibnu Umar, disini
terdapat Abd al-Aziz bin Abi Dawud, menurut Ibnu
Hibban: Dia menceritakan hadis dengan perkiraan
dan penghitungan, sehingga tidak bisa dijadikan
dalil. Riwayat kedua dari Ibnu Abbas, terdapat
perawi bernama Bahlul, menurut Ibnu Hibban: Dia
mencuri hadis, sehingga tidak bisa dijadikan dalil.
Riwayat ketiga dari Aisyah, diantara perawinya
adalah al-Khasyani, menurut Ibnu ‘Adi: Ini hadis
batil dan palsu. Al-Khusyani meriwayatkan hadis
yang tak ada dasarnya atas nama para perawi
terpercaya. Yahya bin Ma’in berkata: Ia tidak ada
apa-apanya (al-Maudlu’at I/270)
Jalaluddin al-Suyuthi:
(Hasan bin Yahya) Al-Khasyani dikutip hadisnya
oleh Ibnu Majah (sebanyak 2 kali), menurut Dahim:
Dia tidak apa-apa ( ta’dil ), menurut Abu Hatim: Dia
sangat jujur, tetapi akurasi hafalannya kurang. Ibnu
Adi berkata: Hadisnya bisa diterima. Dan dia
diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
‘Asakir dalam kitab Tarikh (XIV/4). (al-La’ali al-
Mashnu’ah I/231)
Al-Haitsami:
Dari Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ e ﻣَﻦْ ﻣَﺸَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﺎﺣِﺐِ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﻟِﻴُﻮَﻗِّﺮَﻩُ ﻓَﻘَﺪْ
ﺃَﻋَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺪْﻡِ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ
‘Barangsiapa yang berjalan menuju pelaku bid’ah
untuk memuliakannya, maka ia telah turut andil
dalam menghancurkan Islam.’ HR Thabrani dalam
kitab Mu’jam al-Kabir (No: 16614), diantara
perawinya adalah Baqiyyah, dia dlaif. (Majma’ al-
Zawaid I/114).
SEBUAH ANALISA HADIST DALAM KITAB IHYA' ULUMIDDIN
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu
Kitab Ihya’ (Bag I)
Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu Kitab
Ihya’ (Bag I)
(Ibnu Jauzi telah menuduh 30-an hadis dalam kitab
Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya
ternyata banyak mengandung kesalahan)
ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻻﻭﻝ
Hadis I
No. 39 Hal. 20
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺃَﺑِﻲ ﺫَﺭٍّ " ﺣُﻀُﻮْﺭُ ﻣَﺠْﻠِﺲِ ﻋِﻠْﻢٍ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺃَﻟْﻒِ
ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻭَﻋِﻴَﺎﺩَﺓِ ﺃَﻟْﻒِ ﻣَﺮِﻳْﺾٍ ﻭَﺷُﻬُﻮْﺩِ ﺃَﻟْﻒِ ﺟَﻨَﺎﺯَﺓٍ ، ﻓَﻘِﻴْﻞَ ﻳَﺎ
ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ : ﻭَﻣِﻦْ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺍْﻟﻘُﺮْﺁﻥِ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﻭَﻫَﻞْ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ؟ "
** ﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻤﺮ ﻭﻟﻢ
ﺃﺟﺪﻩ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ .
‘Menghadiri majlis ilmu lebih utama daripada salat
(sunah) seribu rakaat, atau mengunjungi seribu
orang sakit, atau menghadiri janazah. Rasul ditanya:
(apakah lebih utama) dari membaca al-Quran?
Rasul Saw menjawab: Bukankah al-Quran tidak
berguna kecuali dengan ilmu? (al-Iraqi: Hadis ini
dicantumkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-
Maudlu’at dari riwayat Umar, dan tidak saya
temukan dari riwayat Abi Dzar)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini palsu. Salah satu perawi hadis ini bernama
Mudzakkir, menurut Abu Bakar al-Khatib: Ia adalah
perawi matruk (ditinggalkan). Salah satu perawi
lainnya adalah al-Harawi, dia adalah al-Juwaibari,
orang yang memalsukan hadis. Ahmad bin Hanbal
berkata: Ishaq bin Bahbah (salah satu perawi yang
juga guru dari al-Juwaibari) adalah orang paling
pendusta (al-Maudlu’at I/223)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini palsu, yang dibuat-buat oleh al-Juwaibari.
Gurunya (Ishaq bin Bahbah) adalah orang paling
pendusta. Dan Mudzakkir adalah perawi matruk
(ditinggalkan). (al-La’ali al-Mashnu’ah I/182)
Hadis II
No. 146 Hal. 62
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﻣُﻌَﺎﺫٍ " ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟْﻜَﻠَﺎﻡُ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻤَﺎﻉِ " ﺹ 62
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Diantara cobaan orang yang berilmu adalah lebih
senang berbicara daripada mendengarkan’ (al-Iraqi:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Ibnu al-
Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini batil baik secara sanad hadis atau
perkataan sahabat. Hadis ini tidak pernah
diucapkan oleh Rasulullah, atau Muadz bin Jabal.
(Dalam hal ini Ibnu al-Jauzi memiliki dua jalur
sanad) Dalam sanad yang pertama, terdapat Khalid
bin Yazid, yang menurut Yahya bin Ma’in dan Abu
Hatim al-Razi: Dia sangat pendusta. Dalam sanad
ini juga terdapat perawi Jabarah bin Mughallis,
menurut Abdullah bin Ahmad: Hadis-hadisnya palsu.
Menurut Ibnu Hibban: Jabarah membalik-balikkan
sanad hadis, dan me- marfu’ -kan hadis yang mursal.
Juga terdapat perawi yang bernama Mindal bin Ali,
yang dinilai dlaif oleh Imam Ahmad, Yahya bin
Ma’in dan Nasa’i. Menurut Ibnu Hibban: Ia berhak
untuk ditinggalkan ( matruk ).
Dalam sanad yang kedua, terdapat Thalhah bin
Zaid. Nasa’i berkata: Ia hadisnya ditinggalkan. Ibnu
Hibban berkata: Tidak halal menjadikan hadisnya
sebahai dalil (hujjah). (al-Maudlu’at I/264)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Riwayat ini disebutkan oleh al-Marhabi dalam kitab
Fadl al-Ilmi . Dengan demikian, prasangka yang
dituduhkan kepada Khalid menjadi hilang. Begitu
pula diriwayatkan oleh al-Dailami dalam Musnad al-
Firdaus, juga oleh Ibnu Mubarak dalam kitab al-
Zuhd yang me- mauquf -kan riwayat tersebut kepada
Yazid. Hal yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnu
Abdi al-Barr dalam kitab al-Ilmi , dan dia berkata:
Seperti ucapan Yazid bin Abi Habib ini, mulai awal
hingga akhir, telah diriwayatkan dari Muadz bin
Jabal dari beberapa jalur berbeda yang terputus (al-
La’ali al-Mashnu’ah I/203)
Ali al-Kannani:
Jabarah adalah seorang perawi yang dikutip
hadisnya oleh Ibnu Majah (disebut sebanyak 22
kali). Ibnu Namir berkata: Dia orang yang sangat
jujur. Maslamah bin Qasim berkata: Dia terpercaya
Insyaallah . Nashr bin Ahmad al-Baghdadi berkata:
Jabarah pada dasarnya sangat jujur, hanya saja Ibnu
Hammani merusak kitab-kitabnya. Ibnu ‘Adi
berkata: Ia tidak pernah berdusta secara disengaja,
hanya lupa saja. Sedangkan Mindal, hadis-hadisnya
telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah,
dan tidak dituduh pendusta hadis. Dikutip dari Ibnu
Ma’in bahwa tidak ada kesalahan yang berarti pada
Mindal, hadisnya boleh ditulis. Ibnu Sa’d berkata:
Mindal adalah dlaif, tapi sebagian ulama menerima
hadisnya dan menilainya sebagai orang yang bisa
dipercaya, dia orang baik dan utama. Dengan
demikian secara global, hadis tersebut dlaif.
Sementara menurut al-Hafidz al-Iraqi, riwayat
diatas adalah perkataan Yazid bin Abi Habib, yang
dikutip oleh Ibnu Mubarak dalam kitab al-Raqaiq wa
al-Zuhd . (Tanzih al-Syari’ah I/269)
Catatan Penulis:
Imam al-Ghazali mencantumkan teks dan riwayat ini
sebanyak dua kali dalam kitab Ihya’. Pertama dalam
bab al-Ulama al-Akhirah , beliau menyebutnya
sebagai riwayat mauquf pada Muadz bin Jabal dan
hadis marfu’. Kedua dalam bab al-Khaudl fi al-
Bathil , sebagai riwayat dari Yazid bin Abi Habib.
Hadis III
No. 148 Hal. 62
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺟَﺎﺑِﺮٍ " ﻟَﺎ ﺗَﺠْﻠِﺴُﻮْﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﻛُﻞِّ ﻋَﺎﻟِﻢٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﻟِﻢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻛُﻢْ
ﻣِﻦْ ﺧَﻤْﺲٍ ﺇِﻟَﻰ ﺧَﻤْﺲٍ : ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻚِّ ﺇِﻟَﻰ ﺍْﻟﻴَﻘِﻴْﻦِ ، ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﻳَﺎﺀِ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹِ ، ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﻏْﺒَﺔِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺰُّﻫْﺪِ ، ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮِ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻟﺘَّﻮَﺍﺿُﻊِ ، ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺪَﺍﻭَﺓِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴْﺤَﺔِ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Janganlah kalian duduk di sanding orang yang
berilmu kecuali ia mengajak kalian dari 5 hal menuju
ke 5 hal yang lain; yaitu dari ragu manuju yakin, dari
pamrih menuju ikhlas, dari cinta materi secara
berlebih menuju zuhud (tidak mencintai materi), dari
sombong menuju merendahkan diri, dan dari
permusuhan menuju nasehat’ (al-Iraqi: Hadis ini
diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab al-Hilyah
dan Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Ini bukanlah perkataan Rasulullah Saw. Abu Nuaim
berkata ( al-Hilyah VIII/70) : Ini adalah ucapan
Syaqiq yang berceramah di hadapan murid-
muridnya. Sehingga orang-orang salah persepsi dan
menganggapnya sebagai hadis marfu’. (al-
Maudlu’at I/257)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Abu Nuaim berkata ( al-Hilyah VIII/70) : Ini adalah
ucapan Syaqiq yang berceramah di hadapan murid-
muridnya. Sehingga orang-orang salah persepsi dan
menganggapnya sebagai hadis marfu’ dan mereka
mencantumkan sanadnya. (al-La’ali al-Mashnu’ah
I/194)
Hadis IV
No. 160 Hal. 68
ﺣَﺪِﻳْﺚُ ﺃَﻧَﺲٍ " ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ﺃُﻣَﻨَﺎﺀُ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ﻣَﺎﻟَﻢْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻄُﻮْﺍ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻃِﻴْﻦَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠُﻮْﺍ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﺎﻧُﻮْﺍ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞَ
ﻓَﺎﺣْﺬَﺭُﻭْﻫُﻢْ ﻭَﺍﻋْﺘَﺰِﻟُﻮْﻫُﻢْ " ( ﻣﺮﺗﻴﻦ )
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﻌﻘﻴﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ، ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ .
‘Ulama adalah kepercayaan para Rasul atas hamba-
hamba Allah, selama mereka tidak berbaur dengan
para raja (pemerintah). Jika mereka melakukan hal
itu, maka mereka telah berkhianat kepada para
Rasul. Maka waspadalah terhadap mereka dan
jauhilah mereka’ (al-Iraqi: Diriwayatkan oleh al-
Uqaili dalam kitab al-Dlu’afa’ dan Ibnu al-Jauzi
dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini bukan dari Rasulullah Saw. Dalam riwayat
tersebut terdapat Umar al-Abdi, menurut Ahmad
bin Hanbal: Kami membakar hadisnya. Yahya bin
Ma’in berkata: Dia tidak ada apa-apanya. Nasa’i
berkata: Dia matruk. Ada juga perawi Ibrahim bin
Rustum, Ibnu ‘Adi mengomentarinya: Dia tidak
dikenal. Sementara Muhammad bin Muawiyah dinilai
oleh Ahmad bin Hanbal sebagai orang yang sangat
pendusta. (al-Maudlu’at I/262)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini tidak palsu. Karena diriwayatkan melalui
jalur lain, yaitu oleh Hasan bin Sufyan dalam
Musnad-nya. Diantara perawinya adalah Ibrahim bin
Rustum, ia dikenal dengan al-Marwazi, dia orang
besar. Ibnu Hajar berkata dalam kitab Lisan al-
Mizan bahwa Yahya bin Ma’in dan Abu Hatim
menilainya sebagai orang terpercaya. Menurutnya
dia berilmu fikih dan ibadah, semestinya adalah
orang jujur. Ibrahim bin Rustum pernah ditawari
oleh khalifah al-Ma’mun untuk menjadi seorang
hakim tetapi ia menolak, dan dia termasuk orang
yang dihormati oleh al-Ma’mun. Hal ini disampaikan
oleh al-Hakim dalam kitabnya al-Tarikh . (al-La’ali
al-Mashnu’ah I/200)
Al-Sakhawi dan al-’Ajluni:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-‘Askari dari riwayat
‘Awam bin Hausyab dari Abi Shadiq dari Ali secara
marfu’. Awam adalah dlaif sanadnya. (al-Maqashid
al Hasanah I/160 dan Kasyf al-Khafa’ II/87)
Hadis V
No. 629 Hal. 203
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﻳَﺼُﻮْﻡُ ﺃَﻭَّﻝَ ﺧَﻤِﻴْﺲٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺟَﺐَ ﺛُﻢَّ ﻳُﺼَﻠِّﻲ
ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻌَﺘَﻤَﺔِ ﺍِﺛْﻨَﺘَﻲْ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻳَﻔْﺼِﻞُ ﺑَﻴْﻦَ ﻛُﻞِّ
ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﺑِﺘَﺴْﻠِﻴْﻤَﺔٍ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻣَﺮَّﺓً ﻭَﺇِﻧَّﺎ
ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺛَﻠَﺎﺙَ ﻣَﺮَّﺍﺕٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺍِﺛْﻨَﺘَﻲْ
ﻋَﺸَﺮَﺓَ ﻣَﺮَّﺓً ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻓَﺮَﻍَ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺗِﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻲَّ ﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻣَﺮَّﺓً
ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺍﻟْﺄُﻣِّﻲِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺛُﻢَّ
ﻳَﺴْﺠُﺪُ ﻭَﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻓِﻲ ﺳُﺠُﻮْﺩِﻩِ ﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻣَﺮَّﺓً : ﺳُﺒُّﻮْﺡٌ ﻗُﺪُّﻭْﺱٌ ﺭَﺏُّ
ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ ﻭَﺍﻟﺮُّﻭْﺡِ ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺮْﻓَﻊُ ﺭَﺃْﺳَﻪُ ﻭَﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻣَﺮَّﺓً : ﺭَﺏِّ
ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻭَﺍﺭْﺣَﻢْ ﻭَﺗَﺠَﺎﻭَﺯْ ﻋَﻤَّﺎ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﺄَﻋَﺰُّ ﺍﻟْﺄَﻛْﺮَﻡُ ، ﺛُﻢَّ
ﻳَﺴْﺠُﺪُ ﺳَﺠْﺪَﺓً ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻭَﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﺠْﺪَﺓِ
ﺍﻟْﺄُﻭْﻟَﻰ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﺣَﺎﺟَﺘَﻪُ ﻓِﻲ ﺳُﺠُﻮْﺩِﻩِ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﺗُﻘْﻀَﻰ "
** ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺮﻏﺎﺋﺐ ﺃﻭﺭﺩﻩ ﺭﺯﻳﻦ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻭﻫﻮ ﺣﺪﻳﺚ
ﻣﻮﺿﻮﻉ .
‘Tidak seorangpun yang berpuasa di awal hari kamis
di bulan Rajab, kemudia di malam harinya antara
salat maghrib dan isya’ melakukan salat sunah
sebanyak 12 rakaat dengan sekali salam setiap dua
rakaat, di setiap rakaat membaca al-Fatihah 1 kali,
surat al-Qadr 3 kali, dan al-Ikhlas 12 kali, selesai
salat membaca salawat 70 kali, lalu sujud dan
membaca doa Subbuhun Quddusun Rabb al-
Malaikati Wa al-ruh 70 kali, kemudian bangun dari
sujud dan membaca doa Rabbi ighfir wa irhamwa
tajawaz ‘amma ta’lamu innaka anta al-a’azzu al-
akramu, sujud lagi yang kedua dan membaca doa
yang sama dengan sujud pertama, terus meminta
hajatnya ketika sujud, maka akan dikabulkan’ (al-
Iraqi: Hadis ini dikutip oleh Ruzain dalam kitabnya,
dan ini adalah hadis palsu)
Imam al-Nawawi:
Salat Raghaib, yaitu salat 12 rakaat yang dilakukan
antara salat Maghrib dan Isya’ di awal Jumat bulan
Rajab, dan salat malam Nishfu Sya’ban 100 rakaat,
keduanya adalah bid’ah yang buruk dan munkar.
Jangan tertipu karena keduanya dicantumkan dalam
kitab Qut al-Qulub dan Ihya’ ‘Ulum al-Din , dan juga
jangan tertipu dengan hadis-hadisnya, kesemuanya
adalah hadis batil (al-Majmu’ IV/56)
Hadis VI
No. 811 Hal. 259
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻣَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﺳَﻌَﺔً ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻔُﺪْ ﺇِﻟَﻰَّ ﻓَﻘَﺪْ ﺟَﻔَﺎﻧِﻲ "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻓﻲ ﻏﺮﺍﺋﺐ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﺑﻦ
ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻭﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻭﺍﺓ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻓﻲ
ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ " ﻣَﻦْ ﺣَﺞَّ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺰُﺭْﻧِﻲ ﻓَﻘَﺪْ ﺟَﻔَﺎﻧِﻲ " ﻭﺫﻛﺮﻩ
ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ . ﻭﺭﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺭ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺦ
ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ " ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟَﻪُ ﺳَﻌَﺔٌ ﺛُﻢَّ
ﻟَﻢْ ﻳَﺰُﺭْﻧِﻲ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭٌ " .
‘Barangsiapa memiliki kelapangan rezeki dan tidak
berkunjung kepadaku, maka dia telah menyakiti
aku’ (al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dan
Daruquthni dalam kitab Gharaib Malik , Ibnu Hibban
dalam kitab al-Dluafa’ , al-Khatib dalam kitab al-
Ruwat ‘an Malik dalam hadis Ibnu Umar:
‘Barangsiapa beribadah haji dan tidak berziarah
kepadaku, maka dia telah menyakiti aku’, dan hadis
ini dicantumkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-
Maudlu’at. Ibnu Najjar juga meriwayatkan dalam
kitab Tarikh al-Madinah dari hadis Anas: Tidak
seorangpun dari umatku yang memiliki kelapangan
rezeki tapi tidak berziarah kepadaku, maka tiada
udzur baginya)
Ibnu al-Jauzi:
Dalam riwayat tersebut terdapa Nu’man bin Syibli
(al-Bahili). Menurut Ibnu Hibban: Dia membawa
petaka dari orang-orang terpercaya. Menurut
Daruquthni: Kecacatan hadis ini adalah dari
Muhammad bin Muhammad, bukan dari Nu’man bin
Syibli (al-Maudlu’at II/217)
Ali al-Kannani:
Hadis ini dikaji ulang, Zarkasyi berkata dalam kitab
Takhrij Ahadits al-Rafi’i bahwa hadis tersebut dlaif,
dan Ibnu al-Jauzi bersikap keterlaluan yang telah
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at.
Menurut Ibnu ‘Adi: Saya tidak menemukan hadis-
hadis gharib milik Nu’man yang melewati batas.
(Tanzih al-Syariah II/170)
Al-’Ajluni:
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitab Takhrij
Ahadits Musnad al-Firdaus bahwa hadis tersebut
memiliki jalur riwayat dari Umar. Hadis ini oleh Ibnu
‘Adi dan Ibnu Hibban dicantumkan dalam kitab al-
Dlu’afa’ , oleh Daruquthni dalam kitab Gharaib Malik ,
dan oleh al-Khatib dalam kitab al-Ruwat ‘an Malik .
Dengan demikian, tidak selayaknya menghukumi
hadis tersebut sebagai hadis palsu. (Kasyf al Khafa’
II/244)
Hadis VII
No. 1179 Hal. 335
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻓَﻀْﻞُ : ﻗُﻞِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚِ ﺗُﺆْﺗِﻲ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ
ﻭَﺗَﻨْﺰِﻉُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣِﻤَّﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﻌِﺰُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﺬِﻝُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﺑِﻴَﺪِﻙَ
ﺍﻟْﺨَﻴْﺮُ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ () ﺗُﻮﻟِﺞُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ
ﻭَﺗُﻮﻟِﺞُ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺗُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﺗُﺨْﺮِﺝُ
ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻲِّ ﻭَﺗَﺮْﺯُﻕُ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣِﺴَﺎﺏٍ [ﺁﻝ
ﻋﻤﺮﺍﻥ26/، 27 ] "
** ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻔﺮﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻠﻲ " ﺃﻥ
ﻓﺎﺗﺤﺔ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺁﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﻭﺍﻵﻳﺘﻴﻦ ﻣﻦ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺷﻬﺪ
ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻗﻞ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺇﻟﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺑﻐﻴﺮ
ﺣﺴﺎﺏ ﻣﻌﻠﻘﺎﺕ ﻣﺎ ﺑﻴﻨﻬﻦ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﺠﺎﺏ . . . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ "
ﻭﻓﻴﻪ " ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘﺮﺃﻛﻦ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻱ ﺩﺑﺮ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ﺇﻻ
ﺟﻌﻠﺖ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻣﺜﻮﺍﻩ . . . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ " ﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ
ﻭﻓﻲ ﺗﺮﺟﻤﺘﻪ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻭﻗﺎﻝ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻻ
ﺃﺻﻞ ﻟﻪ ﻭﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﻳﺮﻭﻱ ﻋﻦ ﺍﻷَﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ . ﻗﻠﺖ :
ﻭﺛﻘﻪ ﺣﻤﺎﺩ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﺎﺗﻢ
ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺭﻭﻯ ﻟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺗﻌﻠﻴﻘﺎ .
‘Keutamaan membaca QS. Ali Imran: 26-27.’ (al-
Iraqi: HR al-Mustaghfiri dalam kitab al-Da’awat dari
Ali. Salah satu perawinya adalah Haris bin Umair,
oleh Ibnu Hibban dicantumkan dalam kitab al-
Dluafa’ , dan dia berkata: Hadis ini palsu, tidak ada
dasarnya dan dia meriwayatkan hadis-hadis palsu
dari Atsbat. Tetapi ia (Harits) dinilai sebagai orang
terpercaya oleh Hammad bin Yazid, Yahya bin
Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Nasa’i, dan al-
Bukhari meriwayatkannya sebagai hadis mu’allaq)
Ali al-Kannani:
al-Iraqi ditanya mengenai hadis ini, dia menjawab:
Para perawi hadisnya dinilai terpercaya oleh ulama
terdahulu, tetapi ulama muta’akhirin mengomentari
sebagian perawinya. Yang dibicarakan adalah
Muhammad bin Zanbur dan Harits bin Umair. Ibnu
Zanbur dinilai terpercaya oleh Nasa’i dan Ibnu
Hibban, menurut Ibnu Khuzaimah: Dia dlaif.
Sedangkan Haris bin Umair dinilai sebagai orang
terpercaya oleh Hammad bin Yazid, Yahya bin
Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Nasa’i, dan al-
Bukhari meriwayatkannya sebagai hadis penguat
dalam kitab sahihnya, begitu pula pengarang kitab-
kitab Sunan. Tetapi ia dinilai dlaif oleh al-Hakim
dan al-Dzahabi (Tanzih al-Syariah I/288)
Al-Hafidz Ibnu Hajar:
Hadis ini munkar, sebagaimana menurut al-Dzahabi
(Raudlah al-Muhadditsin X/54)
Hadis VIII
No. 931 Hal. 298
ﺣَﺪِﻳْﺚُ " ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺇِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺣَﺴَﻨَﺔٍ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻬَﺎ ﺗُﻮْﺯَﻥُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
ﺇِﻟَّﺎ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﻮْﺿَﻊُ ﻓِﻲ ﻣِﻴْﺰَﺍﻥٍ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻮْ
ﻭُﺿِﻌَﺖْ ﻓِﻲ ﻣِﻴْﺰَﺍﻥِ ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻟَﻬَﺎ ﺻَﺎﺩِﻗًﺎ ﻭَﻭُﺿِﻌَﺖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕُ
ﺍﻟﺴَّﺒْﻊُ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭَﺿُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊُ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻴْﻬِﻦَّ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺭْﺟَﺢَ
ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ "
** ﻗﻠﺖ ﻭﺻﻴﺔ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻫﺬﻩ ﻣﻮﺿﻮﻋﺔ . ﻭﺁﺧﺮ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻔﺮﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ " ﻭﻟﻮ ﺟﻌﻠﺖ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ "
ﻭﻫﻮ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ " ﻟﻮ ﺃﻥ
ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﻭﺍﻷﺭﺿﻴﻦ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﻓﻲ ﻛﻔﺔ ﻣﺎﻟﺖ ﺑﻬﻦ ﻻ ﺇﻟﻪ
ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ " ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻭﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ
ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ .
‘Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya setiap kebaikan
yang engkau perbuat akan ditimbang di hari kiamat,
kecuali kalimat syahadat La ilaha illallah (Tiada
Tuhan selain Allah). Kalimat itu tidak diletakkan
dalam timbangan, sebab jika kalimat itu diletakkan
dalam timbangan seseorang yang mengucapkannya
dengan keikhlasan dan titimbang dengan langit
tujuh, bumi tujuh dan seisinya, niscaya kalimat
syahadat tersebut akan mengunggulinya’ (al-Iraqi:
Saya berkata bahwa wasiat kepada Abu Hurairah ini
adalah Palsu. Kalimat terakhir hadis tersebut
diriwayatkan oleh al-Mustaghfiri dalam kitab al-
Da’awat , redaksi teks hadis terakhir diriwayatkan
oleh al-Nasa’i dalam kitab al-Yaum wa al-Lailah ,
Ibnu Hibban dan al-Hakim, ia menilainya sebagai
hadis sahih)
Al-’Ajluni:
Hadis ini riwayat al-Mustaghfiri dari Abu Hurairah,
yang populer adalah dari Abu Said al-Khudri,
dengan redaksi hadis:
ﻟَﻮْ ﻭُﺿِﻌَﺖْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ ﻛَﻔَّﺔٍ ﻭَﻭُﺿِﻌَﺖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮَﺍﺕُ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ
ﻓِﻲ ﻛَﻔَّﺔٍ ﻟَﺮَﺟَﺤَﺖْ ﺑِﻬِﻦَّ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ
’Seandainya kalimat La ilaha illallah diletakkan di
telapak tangan, kemudian langit dan bumi di
telapak tangan yang lain, maka kalimat La ilaha
illallah akan lebih berat’. HR. Nasa’i, Ibnu Hibban
dan al-Hakim, keduanya menilai sahih (Kasyf al-
Khafa’ II/174).