Jumat, 06 Maret 2015

SEJARAH " USTADZ ", ANTARA GELAR DAN OTORITAS KEILMUAN

SEJARAH USTADZ: ISTILAH “USTADZ” BERASAL
DARI IRAN (PERSIA)

Ustadz (bahasa Arab jamak , asatidz) adalah istilah
yang sangat sering dipakai di Indonesia untuk
panggilan kalangan orang yang dianggap pintar dan
ahli di bidang ilmu agama. Ustadz sejajar dengan
istilah buya, kyai, da’i, mubaligh. Di sebagian
pesantren, pengasuh/pimpinan pesantren disebut
Ustadz. Di sebagian pesantren yang lain, ustadz
statusnya di bawah kyai.

PENGERTIAN DAN DEFINISI USTADZ

Sebenarnya, kata ustadz bukan asli bahasa Arab. Ia
adalah kata ajami (non-Arab) persisnya bahasa Persia
(Iran) yang kemudian dijadikan bahasa Arab
(muarrob).[1]
Asal kata dari ustadz (ﺃُﺳﺘﺎﺫ ) adalah ustad.
Dalam kamus Arab-Arab Al-Mu’jamul Wasith (ﺍﻟﻤﻌﺠﻢ
ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ) kata ustadz memiliki beberapa makna sebagai
berikut:
ﺍﻷُﺳﺘﺎﺫ – ﺃُﺳﺘﺎﺫ :
ﺍﻷُﺳﺘﺎﺫ : ﺍﻟﻤﻌﻠِّﻢ .
ﻭ ﺍﻷُﺳﺘﺎﺫ ﺍﻟﻤﺎﻫﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻨﺎﻋﺔ ﻳُﻌﻠِّﻤﻬﺎ ﻏﻴﺮَﻩ .
ﻭ ﺍﻷُﺳﺘﺎﺫ ﻟﻘﺐ ﻋﻠﻤﻲ ﻋﺎﻝٍ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ . ﻭﺍﻟﺠﻤﻊ : ﺃَﺳﺎﺗﺬﺓ ،
ﻭﺃَﺳﺎﺗﻴﺬ
1. pengajar
2. orang yang ahli dalam suatu bidang industri dan
mengajarkan pada yang lain.
3. Julukan akademis level tinggi di universitas.
Jamaknya adalah asatidzah dan asatiidz.

USTADZ ADALAH PAKAR SPESIALIS TINGKAT
TINGGI

Pengertian lain dari kata ustadz adalah orang yang
sangat ahli dalam suatu bidang.
Menurut pengertian ini, maka seseorang tidak pantas
disebut Ustadz kecuali apabila dia memiliki keahlian
dari 18 atau 12 ilmu atau bidang studi. Dalam sastra
Arab seperti ilmu nahwu, shorof, bayan, badi’,
ma’ani, adab, mantiq, kalam, perilaku, ushul fiqih,
tafsir. hadits.[2]
Konon, orang pertama yang mendapat gelar ustadz
adalah Kafur Al Ikhsyidi Al Isfirayini.
Di negara Arab, istilah ustadz merujuk pada dosen
atau ahli/akademisi yang memiliki kepakaran di
bidang tertentu. Seperti pakar tafsir dikatakan ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ
ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ

PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN NAMA USTADZ
DI INDONESIA

Sedang di Indonesia, seperti disebut di muka, kata
ustadz merujuk pada banyak istilah yang terkait
dengan orang yang memiliki kemampuan ilmu agama
dan bersikap serta berpakaian layaknya orang alim.
Baik kemampuan riil yang dimilikinya sedikit atau
banyak.
Orang yang disebut ustadz antara lain: da’i,
mubaligh, penceramah, guru ngaji Quran, guru
madrasah diniyah, guru ngaji kitab di pesantren,
pengasuh/pimpinan pesantren (biasanya pesantren
modern).

PENGERTIAN USTAD DI INDIA, PAKISTAN DAN
BANGLADESH

Kata ustad (tanpa huruf ‘z’ juga cukup populer
dipakai di India, Pakistan dan Bangladesh (dulu
ketiga negara ini bernama Hindustan). Namun dengan
konotasi makna yang berbeda.
Di ketiga negara tersebut, ustad lebih dikenal sebagai
master or maestro yaitu orang yang memiliki keahlian
khusus tertentu terutama di bidang seni. Baik seni
sastra atau musik. Dan umumnya beragama Islam
sedang yang Hindu biasanya disebut Pandit (pundit).
Tidak semua pemusik dapat kehormatan mendapat
julukan ustad. Beberapa seniman yang mendapat
julukan ustad di India dan Pakistan antara lain:
Ustad Salamat Ali Khan, Ustad Nusrat Fateh Ali Khan,
Ustad Talib Hussain Pakhawaji, Ustad Muhammad
Hussain Alvi, Ustad Tafo Khan, dll.

ASAL MULA KATA USTADZ

Dr. Ali Jasim Salman dalam kitab Mausuah al-Akhta’
al-Lughawiyah as-Syai’ah ( ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻷﺧﻄﺎﺀ ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ
ﺍﻟﺸﺎﺋﻌﺔ) menguraikan sebagai berikut: kata ustadz
(Arab, ﺃﺳﺘﺎﺫ ) berasal dari bahasa Persia klasik yang
dalam bahasa Persia (Iran) ditulis istad (Persia,
ﺇﺳﺘﺎﺩ ). Dari segi arti ia mendekati kata khwaja
(ﺧﻮﺍﺟﺔ ) sebuah kata bahasa Parsi yang bermakna
pengajar, tuan, atau orang tua.
Menurut suatu pendapat, asal penyebutan “ustadz”
berasal dari kisah sejarah di mana kalangan elit suatu
komunitas tertentu mendidik anak-anak mereka
secara private dengan mendatangkan para pengajar ke
istana mereka. Ketika mereka kuatir akan istri-istri
mereka takut berselingkuh dengan para guru private
ini, maka mereka mengebiri guru privat tersebut
supaya hati mereka tenang saat para guru itu
memasuki rumah mereka. Orang yang dikebiri dalam
bahasa kaum tersebut adalah ‘ustadz’. Seiring
berjalannya waktu, maka setiap guru diberi julukan
sebagai orang yang dikebiri. Saat praktik itu tidak
terjadi lagi saat ini, maka julukan ‘ustadz’ lah yang
dipakai saat ini.
Namun Al-Khaffaji dalam Shifa al-Ghalil fima fi Kalam
al-Arab min ad-Adakhil tidak sependapat dengan
asumsi di atas. Ia menyatakan: Kata ustadz dengan
makna “orang yang dikebiri” tidak ada dalam kosa
kata para ahli bahasa maupun kalangan awam di era
Jahili (pra Islam). Karena ustadz mengajar anak kecil
dengan gaji tinggi.
Kata ustadz tidak terdapat dalam syair Jahili atau era
pra Islam dan bukanlah bahasa Arab. Ia berasal dari
bahasa Persia. Semua huruf dalam ustadz adalah
bentuk asal. Seandainya ia berasal dari bahasa Arab,
niscaya huruf asalnya adalah astadza ( ﺃﺳﺘـَﺬ ) ikut
wazan fu’lal ( ﻓُﻌﻼﻝ ) bukan dari satadza ( ﺳَﺘـَﺬ َ).
Apabila tidak, niscaya ia ikut wazan af’al ( ﺃﻓﻌﺎﻻ). Ini
tidak ada dalam bahasa Arab. Penduduk Irak
memakainya karena hubungan mereka dengan bangsa
Parsi (Iran). Lalu mereka pindah ke Teluk dan Suriah
lalu ke belahan negara Arab yang lain.
Istilah ustadz lalu dimaknai secara umum sebagai
profesi tenaga ahli seperti ahli hukum, pengacara di
pengadilan di mana profesi ini setingkat dengan level
pengajar di perguruan tinggi.
Kata ustadz tidak ada bentuk muannats (bentuk
perempuan) karena ia bukan sifat. Jadi, yang benar
adalah kata ustadz dipakai untuk laki-laki dan
perempuan
Muhammad Al-Murtadha Az-Zubaidi dalam kitab Tajul
Arus min Jawahiril Qamus menyatakan: Guru kami
menjelaskan tentang kata ustadz. Kata ini berasal
dari kata yang populer yang harus dijelaskan
walaupun ia bukan berasal dari bahasa Arab. Huruf
hamzah yang menjadi asal telah membuat penulis
buku As-Syihab Al-Fayyumi memasukkannya dalam
daftar huruf hamza. Ia mengatakan, ustadz adalah
kata non-Arab (ajami); maknanya adalah orang yang
ahli di bidang tertentu.
Menurut Al-Hafidz Abul Khattab bin Dihya dalam kitab
Al-Muttarib fi Ash’ari Ahlil Maghrib demikian: Ustadz
bukan kata bahasa Arab dan tidak terdapat di syair
Jahiliyah. Masyarakat awam memakai kata ini apabila
mereka mengagungkan orang yang disuka mereka
menyebutnya dengan ustadz seperti orang yang ahli
dengan pekerjaannya. Karena ketika dia mendidik
anak-anak maka seakan-akan dia seorang ustadz
karena kebaikan perilakunya. Segolongan ahli di
Baghdad mengisahkan hal ini pada saya salah
satunya adalah Abul Faraj bin Al-Jauzi. Dia berkata:
Saya mendengar dari guru bahasaku Abu Manshur Al-
Jawaliq dalam kitabnya Al-Mu’arrob.
==================
[1] Lihat kitab [ ﺍﻟﻼﻣﻊ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰﻱ ﺷﺮﺡ ﺩﻳﻮﺍﻥ ﺍﻟﻤﺘﻨﺒﻲ ﻷﺑﻲ
ﺍﻟﻌﻼﺀ ﺍﻟﻤﻌﺮّﻱ ] hal. 1/27
[2] Lihat kitab [ ﺍﻟﻤﻌﺮّﺏ ﻟﻠﺠﻮﺍﻟﻴﻘﻲ ] hal. 25.

Source: alkhoirot.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar