Selasa, 03 Maret 2015

SEPUTAR KAJIAN AL-QUR'AN

DASAR SEBUTAN AL HAFIDZ ATAU AL-HAMIL BAGI PENGHAFAL AL-QUR'AN & HIKMAHNYA.

Sebutan Al Hafidz dengan Al Hamil, bagi penghafal Quran adalah sama saja, sama baiknya dan sama benarnya. Hanya saja dalam konteks sekarang lebih tepatnya dengan sebutan Al Hafidz.

ta'bir kitab :

١. المعجم الوسيط، الجزء الاول، ص ١٨٥.
الحافظ : من يحفظ القرآن الكريم او من يحفظ عددا عظيما من الحديث.

1. Kitab Al Mu'jamul Wasith, juz 1, Hal. 185.

Al Hafidz : yaitu orang yang menjaga / menghafal Al Quran Al Kariim, atau orang yang menghafal dalam jumlah besar dari Hadist Nabi SAW.

٢. مختار الصحاح، ص ١٥٦.

قلت وكذا ذكر ثقلت في الفصيح و ( الحملة ) بفتحتين جمع حامل يقال هم حملة العرش وحملة القرآن.

2. Kitab Mukhtarus Shohah, Hal. 156.
Aku berkata " seperti halnya  pentingnya kefasihan didalam membaca Al Quran. dan lafadz " Al Hamalah " bentuk jamak dari lafadz " Haamil ". Dikatakan ; mereka yang memikul Arsy dan Al Quran.

٣. المعجم الوسيط، ج ١ / ١١٩ —مادة : ح م ل.

( حملت ) المرأة—حملا. الى ان قال ؛ و—القرآن. ونحوه : حفظه وعمل به.

3. Kitab Al Mu'jamul Wasith, jilid 1, Hal. 119 pada materi lafad ح م ل / حمل.

Perempuan itu mengandung / membawa beban—sampai pada perkataan ; " Dan—Al Quran ( — maksudnya membawa / menopang ). semisal ; Menghafalnya dan mengamalkannya.

Jadi kalau dapat kami simpulkan, bahwa Istilah Al Hafidz lebih tertuju pada peranan menghafalnya beserta menjaganya. Sedangkan Al - Hamil lebih pada kesamaan dari pengertian Al-Hafidz, hanya saja kalau dilihat dari makna lafadz memberikan indikasi bahwa tidak sekedar hafal, menjaga, tapi lebih menuju pada pengamalan itu sendiri.

Adapun asumsi kami, para Masyayikhul Quran didalam penggunaan istilah Al Hafidz untuk saat ini, adalah semata-mata tabarruk pada mafhum dari pada ayat ;

(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ) [Surat Al-Hijr : 9]

" Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ".
Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa Alloh menggunakan istilah " Kami ", bukan " Aku ". Inilah salah satu pengajaran dari Alloh kepada kita akan ketawaddu'an dalam mendefinisikan diri kita ketika berbicara ataupun selainnya. Dengan menghilangkan ke " aku" an dalam diri kita, maka kita akan terhindar dari sifat ujub, takabbur.
Karena seringkali kita lupa menjelaskan kedudukan nikmat dapat menghafal 30 Juz yang ada pada diri kita, semisal ditanya seseorang tentang bagaimana agar cepat hafal, dan apa kiat2nya ?  lalu kita mengatakan ," Bacalah doa ini, itu agar cepat hafal..dsb.
Disini ke " aku "an kita tampak sekali, seyogyanya pertama kali jawaban yang harus kita utarakan adalah, " pertama-tama mohonlah kepada Alloh agar dipermudah dalam menghafal dan diberikan daya ingat yang kuat..", 
Nah..kita kedepankan dulu Hak Sang Pemberi Nikmat sebagaimana Dia berikan kepada kita, selanjutnya kita beri saran2 sesuai dengan pengalaman atau metodologi belajar kita.
Sesungguhnya orang yang bertanya kepada kita, pada dasarnya Alloh mempercayakan kepadanya bahwa dengan pertanyaan yang diajukan kepada kita memberikan suatu keyakinan bahwa kita yang bisa menyelesaikan problemnya. Tetap dengan Fadholnya Alloh juga tentunya.

Itulah kiranya bahwa Ahlul Quran adalah Ahlulloh.
Sebagaimana Hadist yang diriwayatkan Imam An-Nasai dalam kitabnya " Fadhoilul Qur'an ", Hal. 98 ;

اخبرنا عبيد الله ابن سعيد عن عبد الرحمن قال : حدثني عبد الرحمن بن بديل ميسرة عن ابيه عن انس ابن مالك قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : ان لله اهلين من خلقه، قالوا : ومن هم يا رسول الله ؟ قال : اهل القرآن هم اهل الله وخاصته.

اسناده حسن فرجاله كلهم ثقات سوي عبد الرحمن بن بديل، قال عنه الحافظ لا بأس به انظر التقريب ١/٤٧٣ ووثقه الطيالسي وقد صحح هذا الحديث المنذري في الترغيب والترهيب انظر ٢/٣٥٤، والبوصيرى في مصباح الزجاجة بزوائد ابن ماجه ورقة ١٤. وقد اخرجه احمد في مسنده ٣/١٢٧ ،١٢٨، ٢٤٢ ، والحاكم في المستدرك ١/٥٥٦، وابن ماجه في سننه رقم ٢١٥، وابو داوود الطيالسي ذكره البوصيرى والدارمي في سننه رقم ٣٣٢٩، والبزار في مسنده ذكره القرطبي في تفسيره ١/١.

" Telah memberitahukan kepada kami 'Ubaidulloh ibn Sa'id dari 'Abdur Rohman, yang berkata : Abdur Rohman ibn Bidyl bercerita kepadaku dari ayahnya dari Anas ibn Malik, berkata Anas : Rosululloh SAW bersabda : " Sesungguhnya Alloh memiliki keluarga dari makhluk ciptaanNya ". Maka berkata para sahabat, " Siapakah mereka wahai Rosululloh ?, Rosululloh berkata ;" Ahlul Qur'an itulah keluarganya Alloh, dan Alloh mengkhususkannya ".

Isnad Hadist ini hasan dan para rijalul hadistnya  semuanya terpercaya kecuali Abdur Rohman ibn Bidyl/ Budayl, Al Hafidz ibnu Hajar berkata tentangnya, " tidak ada masalah dengan Abdur Rahman ibn Bidyl " Lihat kitab At-Taqrib juz 1 / Hal. 473, dan Imam At-Thoyalisy menganggapnya sebagai rowi yang tsiqoh. Imam Al Hafidz Al Mundziry mensohihkannya sebagaimana dalam kitabnya At-Targhib wat Tarhib, jilid 2, Hal. 354, serta Imam Al-Bushiry dalam kitabnya yang berjudul Mishbahuz Zujaajah bi Zawaaidi bni Majah, lembar ke 14. Imam Ahmad ibn Hanbal mengeluarkan riwayat hadist ini dalam Musnadnya, jilid 3, Hal. 127, 128, 242, dan Imam Al-Hakim dalam Mustadrok nya , jilid 1, Hal. 556. Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan nya pada No. 215, dan Imam Abu Dawud At-Thoyalisy sebagaimana yang dituturkan Imam Al-Bushiry dan Imam Ad-Darimi dalam Sunan Ad-Darimi, No. 3329, dan Imam Al-Bazzar didalam Musnad nya sebagaimana yang telah dituturkan Imam Al-Qurthuby didalam Tafsirnya jilid 1, Hal. 1.

Kekhususan itu adalah miliknya, selayaknya yang dimiliki berkata dengan bahasa " KAMI / KITA ", entah kapan dari masing-masing kita memulainya, tapi yang jelas seyogyanya kita mengarahkan diri kita kesana suatu hari nanti.

Faminhum Dzholimun linafsih, Wa minhum muqtashid, Wa minhum Saabiqun Bil Khoirooti bi idznillah..adalah bagian dari macam2 karakter keluargaNya. Suatu hari nanti kita harus berazam agar mampu menjadi keluarga VIP Nya ( Saabiqun bil Khoirooti ) adapun " Bi Idznillah " ( dengan izin Alloh ) harus kita raih sebab itu adalah hidayah, dan hidayah tidak akan diturunkan jikalau kita tidak memaksa diri untuk menyongsongnya.

Baarokallohu lanaa wa lakum, athoolallohu baqooanaa wa iyyakum bil Islaami wal Imaani wal Ihsaan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar